Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Hari-hari sudah berlalu, suasana hati Arsen semakin membaik, benar yang Nico katakan, berdamai dengan masalalu membuatnya lebih tenang.
Meskipun hubungannya dengan sang Ayah sudah membaik, Arsen tetap ingin tinggal bersama kedua sahabatnya.
Dan untuk urusan pekerjaan dia tetap di rencana awal, membiarkan kakaknya untuk membuktikan cara kerjanya sendiri, dalam waktu dua bulan harus memberikannya keuntungan.
Begitu juga dengan Erlan, apa yang diinginkan sudah tercapai, meskipun tidak satu rumah yang penting hubungan mereka sudah layak untuk disebut sebagai keluarga.
Erlan menutup hatinya dan membuat benteng kuat untuk tetap hidup menyendiri tanpa pendamping, baginya memiliki Arion dan Arsen sudah lebih dari cukup.
Erlan juga tidak ikut campur urusan pekerjaan kedua putranya, tetapi tetap mengawasinya. Terlebih Arion yang sering kali melakukan kecerobohan.
Sudah jalan satu bulan, ada sedikit kemajuan, perusahaan itu mulai mendapatkan pemasukan, tentu saja itu membuat Arion merasa senang. Sementara Lucas yang menganggap dirinya paling waras, terus khawatir.
“Apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya Lexi menatap serius lawan bicaranya.
“Bekerja, memang apa lagi?" Jawab Arion
Lexi mengerutkan kedua alisnya. “Bekerja di tempat seperti ini? kau benar-benar unik." Ucap Lexi, melihat sekeliling, mana ada seorang CEO mengerjakan pekerjaan di gudang kosong seperti ini.
“Aku hanya bosan dan butuh suasana baru, diam lah dan temani aku di sini." Tidak ada angin tidak ada hujan, Arion meminta Lexi mengantarnya ke gudang pinggir hutan.
Lexi sama sekali tidak masalah, karena dia mendapatkan uang dan tentunya juga makanan gratis, Arion memberikan bayaran cukup tinggi, sehingga dia menerima tawaran kakak dari sahabatnya itu.
“Baiklah dan cepat selesai pekerjaanmu, disini sangat membosankan, tidak ada gadis cantik untuk dilihat, hanya saudara kembarmu saja dari tadi yang lewat." Lexi duduk sembari matanya melihat kearah monyet yang bergelantungan.
Arion ingin marah tetapi dia memejamkan matanya dan mengendalikan kekesalannya. “Ck"
“Hidupku tidak akan sia-sia, punya bos kaya dan Klein kaya. Uangku semakin banyak." Gumam Lexi membayangkan rekeningnya meledak sangking banyaknya uang.
Sampai beberapa menit kemudian, Lexi menghentikan pergerakan tangannya, dia melirik kearah samping ada beberapa mobil datang.
Lalu matanya melihat kearah Arion. “Siapa mereka? apakah itu orang-orang mu?"
Arion mengangguk. “Hmm, mereka hanya ingin menghiburmu agar tidak semakin bosan di sini."
Lexi menganggukkan kepalanya namun bukan hanya satu atau lima mobil yang datang, ada lebih dari sepuluh mobil.
“Arion!.. Apa kamu sedang menipuku?" Lexi bertanya dengan nada yang datar dan tatapan siap membunuh.
“Maaf Lexi. tetapi aku memang sedang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan keuntungan, mereka menginginkan Arsen, tetapi aku menggantikannya denganmu." Arion memberikan jawaban dengan tatapan rasa bersalah. Dia tidak ingin mengorbankan adiknya, maka dia mengambil Lexi yang mudah dibujuk dengan uang.
Dibelakang mobil itu terdapat lebih dari lima puluh motor datang berboncengan, Lexi menggelengkan kepalanya, dia terjebak, Awalnya tidak menaruh curiga sama sekali pada Arion.
“Sial! jadi ini balasanmu setelah aku membuatmu berdamai dengan Arsen?"
Arion kembali menundukkan kepalanya. “Maafkan aku Lex."
Tepuk tangan seseorang mengalihkan pandangan Lexi. “Arion, apakah ini yang kamu bilang kelemahan Arsen?"
Arion mengangguk. “Hmm, dia kesayangan dari klan The Silent Reapers"
Pria dewasa itu menyeringai. “Kerja bagus Arion, untuk mendapatkan ikan besar, kita memang harus memberikan umpan yang baik."
Sekuat dan secerdik apa pun Lexi, jika dia hanya sendiri melawan puluhan orang tentu saja tidak akan sanggup, dia bukan Arsen ataupun Nico.
Lexi tetap melawan meskipun wajahnya sudah babak belur, pantang baginya untuk menyerah tanpa perlawanan.
Justin kagum dengan kemampuan Lexi, pemuda itu bisa melumpuhkan beberapa anak buahnya hanya dalam hitungan detik saja. Sampai dia meminta Asisten nya maju.
Lexi mendapatkan lawan yang seimbang, namun tenaga yang sudah mulai berkurang. Memang gila Arion membiarkannya sendirian melawan puluhan orang.
Justin tertawa keras, Lexi sudah tidak bisa melawan lagi, mereka membereskan tempat untuk menyambut kedatangan ketua The Silent Reapers.
Dilain tempat Arsen yang baru saja mendapatkan laporan mengumpat kebodohan kakaknya.
“Shit!! benar-benar tidak berguna!"
“Ada apa?" Tanya Nico yang baru saja masuk.
“Kita pergi sekarang, Lexi dan Arion dalam masalah."
Nico tidak lagi bertanya dia segera meminta anak buahnya bersiap. Setelah itu Nico dan Arsen di ikuti oleh anak buahnya menuju lokasi.
Arsen yang tidak pernah basa-basi, jika memang musuh sudah membuatnya marah, maka tidak ada negosiasi lagi.
“Kalian masuk dan serang mereka, habisi mereka semua!" Titah Arsen, mereka langsung masuk dan menembaki musuh. Kedatangan Arsen yang tidak sesuai dengan rencana mereka, membuat musuh kewalahan.
“Arsen!!" Murka Justin memberikan kilatan emosi. Semua tak sesuai dengan rencananya.
Arsen turun dari mobilnya dan menarik sudut bibirnya. “Dimana Lexi dan Arion?"
Justin tertawa. “Kamu menginginkan mereka berdua? menyerah lah." Jawabnya sembari meminta anak buahnya membuka pintu kontainer, tetapi sebelum pintu terbuka, suara dobrakan dari dalam membuat mereka semua tersentak dan menoleh.
Dor
Dor
Suara tembakan bersahutan, sial lagi-lagi Justin kecolongan. dari tumpukan kontainer kosong itu keluar para anak buah Erlan dan Arsen.
Justin melebarkan matanya, nyatanya Lexi baik-baik saja dan mampu melawan anak buahnya. Sementara Arion memang dari dulu tidak bisa menggunakan senjata ataupun bela diri hanya bersembunyi bersama Lucas.
“Bodoh, untung aku selalu waspada, kalau tidak bisa mati kita semua." Lucas memarahi sahabatnya, dia yang memiliki ide ini untuk membuktikan kecurigaannya dan benar saja. Justin menginginkan nyawa Arsen.
Arion tidak menjawab dia tau sudah melakukan kesalahan, awalnya ingin membuat bangga Ayah dan adiknya karena bisa bekerja sama dengan salah satu ketua klan, malah menjadi bencana seperti sekarang.
Dor
Arion menutup telinganya begitu juga dengan Lucas, “Sialan aku belum ingin mati" ucap keduanya. Suara tembakan berasa diatas kepala kedua orang itu. Matanya melihat keatas dan benar saja.
“Arsen!" Gumam Arion, menatap kagum, adiknya terlihat sangat keren.
“Lucas, bawa Arion!" Titah Erlan yang ternyata ada disebelah kiri mereka.
Lucas hanya mengangguk dan membawa Arion sesuai arahan salah satu anak buah Erlan.
“Ar..ck anak itu" Erlan ikut turun membantu, Arsen seperti tidak merasa puas jika bertarung dengan sesama pemimpin harus menggunakan senjata, dia ingin melawan dengan tangan kosong.
Justin dan Arsen sama-sama memiliki kemampuan bertarung, keduanya terus baku hantam, tanpa bisa menyentuh atau melukai wajah satu sama lain.
Tetapi bukan Arsen namanya jika tidak mampu mengalahkan Justin. Gerakan bertubi-tubi yang mengarah pada setiap vital musuh membuatnya menaikan sudut bibirnya.
“Shit!!" Justin mundur satu langkah sembari memegangi perutnya.
bukannya banyak punya anak buah dan bisa dengan mudah cari informasi? yang ada nanti Erlan, Gabriel dan seluruh keluarga akan menyesal, karena sudah negatif thinking sama Arsen.