Selama 20 tahun, dirinya menduduki tahta. Raja Lee Yun selalu tenggelam dalam ingatan kelam. Ingatan kelam yang membuatnya sulit untuk terlelap, bahkan sulit untuk melakukan segala hal. Karena tragedi buruk yang berhasil memecah belah dirinya dan sahabat karibnya, membuat Raja Lee Yun selalu bertahan agar tidak depresi karena rasa bersalah yang mendalam.
Suatu hari, saat putra mahkota JunHwa kembali dari pendidikan nya di Sungkyunkwan. Dan berhasil menjadi murid No. 1. Raja Lee Yun yang sudah tidak tahan, meminta bantuannya untuk menemukan dalang dari konspirasi 20 tahun lalu di balai kerajaan yang mengakibatkan perpecahan antara dirinya dan sahabat karibnya. Dan satu hal lagi yang dia minta, Yang Mulia Raja Lee Yun meminta agar putranya menemukan Sahabatnya yang pergi meninggalkan ibukota tanpa jejak.
Mampukah Putra Mahkota JunHwa memecahkan konspirasi 20 tahun lalu itu? dan apakah dia juga dapat menemukan dimana sahabat karibnya ayahnya.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah Yang Salah
Setelah mandi sore, yang lain memutuskan untuk mengisi perut mereka. Sedangkan Jun Hwa sendiri kembali ke ruangan kamarnya.
Dia duduk bersila di bawah lantai sambil membuka kembali buku catatan yang Jae Gil bawa dari kantor kepolisian Kerajaan waktu itu.
"Kenapa dia tiba-tiba menjadi korban menghilang akibat kebakaran desa Yeongdam? Apa dulu para bandit itu sengaja di sewa untuk mencarinya yang hendak kabur dari sesuatu.? Dan apa para bandit itu memang disewa untuk membunuhnya dan menghilangkan jejak kematiannya.? Ternyata ini sungguh sulit.. Pyo Myung Sik sebenarnya apa yang kau rencanakan sehingga kau pergi ke desa Yeongdam"
Jun Hwa kembali melihat lembar kertas waktu itu. Lalu kembali membacanya dengan seksama.
"Atau langkah awal kami salah, seharusnya kami mengawali dnegan mencari tau kapal yang hendak pergi itu.. Iyaaa seharusnya itu awalnya.. "
Jun Hwa yakin langkah yang mereka ambil terlalu gegabah. Dia memutuskan untuk mencari kapal yang akan berlayar itu terlebih dahulu.
"Aduhh perutku keras sekali.. Akun sangat kenyang"
Si Wan masuk dengan perut yang besar karena kekenyangan, bagaimana tidak dia hampir memakan semua hidangan makan malam.
"Kau menemukan sesuatu? "
Jae Gil penasaran dengan apa yang dilakukan Jun Hwa.
"Teman-teman seperti nya langkah awal kita harusnya mencari tahu kapal yang waktu itu akan berlayar meninggal kan Joseon"
Jun Hwa memberitahu kan apa yang mengganggu pikirannya.
"Baiklah kalau begitu.. Kapan kita akan mencari tau? Aaaa bagaiamana kalau besok? Besok kan kita libur. "
Si Woo menyarankan besok untuk mencari tahu tentang kapal itu.
"Aku hampir lupa kalau besok kita libur, baiklah begini aku dan kau akan ke pelabuhan sedangkan Si Wan dan Jae Gil akan pergi ke rumah keluarga Pyo Myung Sik apa kalian setuju? . "
Jun Hwa membagi tugas untuk pengumpulan bukti yang lebih banyak dengan membagi dua tim yang pertama doa dan Si Woo kalau Jae Gil dan Si Wan.
"Baiklah... Tapi jangan sampai membuat yang lain curiga.. Terutama Bong Hae Jun dan teman-temannya "
Si Woo selalu waspada terhadap mereka yang selalu usil.
"Kita lanjutkan besok saja.. "
Seperti biasa Jae Gil selalu mengantuk sepanjang waktu.
"Iyaaa.. Kita harus tidur lebih awal agar besok lebih fokus.. Jun Hwa apa kau memang selalu tidur dengan ditemani cahaya"
Si Woo penasaran karena selama ini dia melihat Jun Hwa tidur dengan cahaya walau minim.
"Iyaaa.. Kalian pasti tau kan kabar tentang diriku yang hampir mati terbakar di desa Yeongdam 15 tahun yang lalu? "
"Semenjak itu aku tidak bisa tidur dengan nyenyak jika tak ada cahaya. Semua itu karena saat aku sekarat dengan tubuh terluka yang kulihat hanya uap panas yang menghitam, dengan asap berapi. Ada seseorang yang mengorbankan dirinya untuk ku.. Tapi sampai sekarang aku tidak tau siapa dia dan bagaimana dirinya. Setiap malam aku selalu mimpi buruk akan hal itu, rasanya aku kembali ke tempat dimana aku merasa panas dan sesak. Apa aku membuat kalian tidak nyaman"
Jun Hwa malah menanyakan perasaan mereka.
"Kami pernah mendengar hal yang menimpamu Jun Hwa.. Tapi kami samas sekali efek buruk dari kejadian yang menyiksamu itu. Maafkan kami.. Justru kami yang merasa tidak enak. "
Si Woo merasa iba pada penderitaan yang Jun Hwa tahan selama ini.
"Tapi kau hebat Jun Hwa, kau bisa melewati hari-hari mu yang berat dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahmu. Kau seolah baik-baik saja. "
SiWan ikut merasa kagum pada Jun Hwa.
"Kami akan selalu menjadi temanmu dan melayani mu Jun Hwa. Kau harus menjadi raja di masa depan. Kami yakin dengan segala hal buruk yang kau lalui. Kau akan memimpin negara ini dengan baik"
Si Woo menenangkan Jun Hwa dengan perkataan nya yang mendukung.
"Kau diam saja.. Tandanya kau sudah tau ya? "
Jun Hwa bertanya pada Jae Gil yang tidur membelakangi mereka.
"Hmmmm.. Makannya aku bersedia menjadi bayanganmu, tidurlah"
Jae Gil adalah orang yang paling peduli pada Jun Hwa hanya saja dia tidak pernah memperlihatkan nya secara terang-terangan.
Mereka memutuskan untuk tidur.
Namun, tepat tengah malam saat keadaan diluar hening dan sepi, Jun Hwa kembali terbangun. Kali ini bukan karena mimpi buruk, melainkan karena rasa lapar yang menyerang nya dengan brutal.
"Aaahhh aku lapar sekali.. "
Jun Hwa berdiri, lalu menoleh melihat ke arah teman-temannya yang tampak tidur pulas.
"Si Wan benar, seharusnya aku makan malam tadi.. Aku akan keluar mencari makanan"
Jun Hwa meraih Jubahnya, sebelum keluar dari sana. Dia membuka pintu ruangan perlahan agar tidak mengganggu teman-temannya.
"Dingin sekali... Anginnya bertiup kencang "
Jun Hwa mengigil merasakan hembusan angin yang terasa sangat dingin di malam ini. Lalu dia melihat ke arah langit.
"Hmmm pantas saja hari ini bulan purnama.. "
Jun Hwa melanjutkan langkahnya menuju restoran, namun saat sampai disana tidak ada siapapun dan restoran dalam keadaan terkunci.
"Aku sial sekali malam ini.. Apa aku harus membangunkan Hyun dan bertanya padanya apa dia punya makanan..? Ahhh tidak.. Tidakkk... Aku masih marah karena dia sampai sekarang belum minta maaf atas kejadian waktu itu. Tapi..dia kan pemilik penginapan dia harus melayani tamu dengan baik dan selalu ada saat tamu membutuhkannya..baiklah aku akan menemui Hyun. "
Jun Hwa memutuskan untuk tetap menemui Hyun karena dia sangat lapar sekali. Dia ingat janji Hyun saat pertama mereka datang bahwa apapun dan kapanpun yang tamu butuhkan dia akan selalu melayani tamu dengan baik namun permintaan nya harus masuk logika.
"Iya dan rasa lapar adalah wajar bagi setiap manusia kan. Dan aku tidak peduli dengan larangan kutukan takhayul itu. Itu pasti akal-akalan tuan kang Cheok saja. Apa sepertinya dia menyembunyikan hartanya di danau itu.. Hal itu bisa saja terjadi karena pasti dia sangat kaya"
Jun Hwa sampai di sebuah pintu yang mengarah ke danau, yang terletak agak jauh dengan komplek penginapannya dan penginapan lain. Pintu itu Dikelilingi tembok yang cukup tinggi.
"Aku tidak peduli akan peraturan, yang jelas saat ini aku sangat lapar."
Jun Hwa membuka pintu itu, yang pertama kali dia lihat adalah pemandangan hijau yang indah ditambah dengan cahaya bulan purnama yang bersinar terang, kunang-kunang banyak menghinggapi tanaman dan bunga-bunga disana. Dari kejauhan Jun Hwa melihat sebuah Hanok yang tidak begitu besar dan tidak kecil.
"Sepertinya Hyun tinggal disana.. "
Saat Jun Hwa akan melangkah kan kakinya menuju tempat tinggal Hyun, Hyun terlihat keluar membawa sesuatu di tangannya.
"Apa aku bersembunyi dulu untuk mengagetkan nya, sepertinya dia akan mandi.. Dasar Hyun, apa dia tidak akan mati kedinginan mandi di danau dalam keadaan hembusan angin kencang seperti ini"
Jun Hwa berjalan ke sebuah semak-semak yang tidak jauh dari sana, dia berniat untuk mengagetkan Hyu saat mandi.