NovelToon NovelToon
Business Marriage

Business Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Theodora A

Setelah mengetahui sebuah rahasia kecil, Karina merasa bahwa ia akan mendapatkan banyak keuntungan dan tidak akan rugi saat dirinya mendekati Steve, pewaris dari perusahaan saingan keluarganya, dengan menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat mungkin tidak akan ditolak oleh Steve. Sebuah pernikahan yang mendatangkan keuntungan bersama, baik bagi perusahaan maupun secara pribadi untuk Karina dan Steve. Keduanya adalah seseorang yang sangat serius dan profesional tentang pekerjaan dan kesepakatan, ditambah keduanya tidak memiliki perasaan apa pun satu sama lain yang dapat mempengaruhi urusan percintaan masing-masing. Jadi, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar, kan? * * Cerita ini hanyalah karangan fiksi. Baik karakter, alur, dan nama-nama di dalam tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theodora A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

Tubuh Karina sedikit bergetar.

Berbagai pertanyaan kembali memenuhi kepalanya. Pernah kah ia memperhatikan raut khawatir yang setiap kali Felix perlihatkan ketika dia menatap matanya? Pernah kah Karina memperhatikan lingkaran hitam di bawah mata Felix yang timbul karena kurang tidur saat dia menyempatkan diri untuk menemui atau menghubunginya di jam-jam yang larut, hanya karena mereka akan susah memiliki waktu lain untuk melakukannya? Apakah Karina menyadari berapa lama sejak terakhir kali kekasihnya itu benar-benar tersenyum secara tulus padanya?

Pegangan Karina pada sandal yang ada di tangannya terlepas, dan ia tidak peduli saat sandal itu mengapung dan menjauh bersama ombak yang kembali surut ke laut. Tangannya terangkat ke atas untuk menutupi wajahnya dengan isak tangis yang tercekat.

Butuh waktu selama ini baginya untuk menyadari betapa buruk dirinya sebagai seorang kekasih. Mungkin Felix beberapa kali membuatnya merasa sedih dan sakit hati, ketika kekasihnya itu harus menghabiskan waktu bersama Roseane yang merupakan tunangannya, ketika ia harus melihat Felix menggandeng atau melingkarkan tangannya pada pinggang Roseane. Kini Karina sadar, mereka berdua mempunyai porsi kesalahan mereka masing-masing, dan seharusnya Karina tidak mengamuk seperti yang ia lakukan tadi.

Sejak ia menikah dengan Steve, Felix selalu menanggapi semua perubahan ini dengan sabar. Felix tidak pernah memburunya atau menambahkan lebih banyak beban padanya, yang dilakukan kekasihnya itu hanyalah terus mendukungnya. Dia juga hampir tidak pernah mengeluhkan hal yang besar atau tidak setuju dengan apa pun yang Karina katakan.

Felix melakukan persis seperti apa yang selama ini Karina lakukan, berusaha selalu sabar dan tidak mempertanyakan setiap situasi yang terjadi. Karina merasa dirinya sangat bodoh dan egois, seharusnya ia berusaha menjelaskan dengan tenang alih-alih meluapkan semua emosinya.

Mungkin sama seperti dirinya, Felix telah memendam semua keraguan dan emosinya untuk waktu yang cukup lama, yang akhirnya meledak ketika dia melihat cupang yang Steve tinggalkan di lehernya. Mungkin seharusnya Karina mengerti dan tidak meresponnya dengan cara yang sangat buruk seperti tadi.

Karina mengerang, mencengkeram rambutnya dan mulai menarik-nariknya dengan kasar. Semakin dipikirkan, Karina semakin merasa menjadi orang paling buruk di dunia ini. Kini ia merasa semua kesalahan ada padanya, karena ia sendiri yang sudah memberikan ruang bagi ketidakpercayaan itu untuk terbentuk.

Karina merasa seharusnya ia bersyukur memiliki kekasih yang baik dan penuh pengertian seperti Felix, yang tidak keberatan dengan rencana pernikahan palsunya meskipun hal itu membuatnya hanya mendapatkan rasa sakit. Dia tidak pernah keberatan dengan apa pun yang dia anggap akan menguntungkan bagi Karina.

Dan... kapan terakhir kali Karina melakukan sesuatu yang menguntungkan bagi Felix, bukan hanya bagi dirinya sendiri?

“Apa yang sedang kamu lakukan di sini? Mencoba berubah menjadi putri duyung?”

Suara yang tiba-tiba terdengar itu mengagetkannya sehingga Karina tersentak dan jatuh terduduk, membuat gulungan ombak yang baru saja datang membasahi seluruh bagian bawah tubuhnya. Karina menoleh ke belakang dan menatap sumber suara itu dengan tatapan kaget.

Matanya menangkap sosok Steve yang sedang membungkuk di belakangnya, dengan kedua tangan berada di atas lutut dan nafas yang terengah-engah. Dia menatap Karina dengan tatapan bingung bercampur marah. Sepertinya Steve baru saja berlari.

“Aku mencari ke semua tempat untuk menemukanmu. Cepat bangun, cuacanya sangat dingin. Kamu bisa sakit kalau begini,” Steve berkata sambil mengulurkan tangannya. Karina dengan cepat menghapus air matanya, berdehem pelan, dan membiarkan Steve menariknya berdiri. Ia tidak boleh terlihat seperti ini, menangis di tepi pantai seperti seorang gadis yang sedang frustrasi karena putus cinta dan menanti seorang pangeran yang akan datang menyelamatkannya.

Begitu berhasil berdiri, Karina langsung dihujani dengan rentetan pertanyaan dari Steve. Genggaman Steve pada pergelangan tangannya sangat erat, dan pria yang merupakan suaminya ini menatapnya dengan tatapan marah dan tidak percaya, sebelum dia mulai berbicara dengan nada yang meninggi. “Apa yang kamu pikirkan saat kamu berlari keluar begitu saja tanpa membawa ponselmu?”

Steve terlihat sangat marah, dan dia punya alasan untuk marah. Dia sudah mengelilingi seluruh penjuru mansion, yang mengingat ukurannya, bukanlah hal yang mudah. Steve harus memeriksa setiap ruangan yang ada di mansion, terus menerus menelepon ponsel Karina hanya untuk menemukannya tergeletak di jalan bertatu di taman belakang.

Dia harus menggedor ruang penjaga dan meminta mereka memeriksa setiap rekaman CCTV dan disambut dengan rekaman yang memperlihatkan Karina melempar ponselnya dan melesat keluar dari pintu gerbang belakang mansion dengan kecepatan penuh.

Maka karena itu, Steve telah menghabiskan tiga puluh menit terakhir untuk berlari mengelilingi kota, memeriksa setiap gang, trotoar, di mana pun yang bisa dia datangi untuk mencari Karina.

Keadaan kota benar-benar sangat sepi malam ini, mengingat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ditambah lagi dengan peraturan lockdown yang sedang diberlakukan. Steve hanya bisa berdoa agar dirinya tidak berpapasan dengan petugas yang sedang berpatroli. Dirinya baru saja menikmati makan malamnya dengan steak yang sangat lezat, dan semua energi yang didapatnya dari makanan itu harus terbuang demi mencari istrinya yang lari entah kemana. Steve sungguh tidak ingin ditahan dan dipaksa menghabiskan malam di kantor polisi.

Membutuhkan banyak pertimbangan bagi Steve untuk memutuskan apakah dia harus memeriksa ke area pantai atau tidak, melihat bagaimana sepanjang pantai terlihat sangat sunyi bahkan dari jarak yang jauh, dengan angin pantai yang terasa sangat dingin di jam malam seperti ini. Dia berpikir, tentunya Karina tidak akan sebodoh itu untuk berjalan di sepanjang pantai di malam saat ombak pasti akan cenderung lebih tinggi karena bulan purnama.

Dan Steve harus mengutuki dirinya sendiri ketika dia terbukti salah.

Kini di depannya, sang pelaku yang membuatnya harus berlari kesana-kemari itu berdiri, dengan kepala tertunduk dan celana pendeknya yang basah kuyup karena air laut. Karina bahkan tidak bersuara atau melawan saat Steve menyeretnya menjauh dari tepi pantai ke area yang kering dan berpasir.

“Kamu kan tahu lockdown sedang diberlakukan, tidak ada yang boleh keluar setelah jam delapan malam, jadi bisakah kamu jelaskan kenapa kamu memutuskan untuk berlari keluar seperti–”

Suara Steve yang menggelegar seketika mereda menjadi hening bagaikan api yang padam. Steve mendengar Karina yang menghela nafas pelan, sangat pelan hampir tidak terdengar karena menyatu dengan deru angin. Tapi, bukan itu yang membuatnya seketika terdiam. Steve terdiam ketika dia merasakan ada yang menubruk dadanya dengan pelan. Dan ketika dia menoleh ke bawah, Steve melihat pemandangan rambut berantakan yang kini sedang bersandar di dadanya, dengan tangan yang melingkari pinggangnya dan tubuh yang sedikit bergetar. Entah itu karena kedinginan atau hal lainnya, Steve tidak tahu.

Perlahan dan samar-samar, Steve mendengar isak tangis pelan, yang kemudian menjadi semakin keras mencapai jangkauan telinganya, dan saat itu lah Steve mengerti.

Steve menarik napasnya pelan, lalu bertanya dengan suara yang tenang, “Apakah kamu baru saja bertengkar dengan Felix?”

Pertanyaannya itu dijawab dengan suara tidak jelas yang muncul dari bibir Karina, dan Steve tidak perlu bertanya lebih jauh lagi. Meskipun Steve sangat membenci pertengkaran yang terjadi di antara pasangan, namun hal-hal seperti ini memang tidak bisa dihindari.

Untuk sesaat, Steve dia mematung, tidak tahu bagaimana harus bertindak dengan tepat. Dirinya bukan seseorang dengan empati yang tinggi, dan dia cukup beruntung bertemu dengan Kate yang juga tidak terlalu memikirkan hal-hal negatif. Bahkan ketika mereka bertengkar, itu tidak pernah karena suatu hal yang besar. Kate adalah orang yang simple dan santai, begitu juga dengan dirinya.

Tapi tidak dengan Karina. Steve belum pernah melihat Karina menangis, tapi dari apa yang dia tahu tentangnya, Karina juga bukan tipe orang yang mudah menangis. Hal ini membuatnya menyimpulkan bahwa apa pun yang Karina dan Felix ributkan, itu pasti sesuatu yang besar.

Steve masih bingung apa yang harus dia lakukan saat ini. Apakah dia harus menghiburnya dan membiarkannya menangis, atau haruskah dia menyuruhnya untuk berhenti menangis agar mereka bisa segera kembali ke mansion?

Untungnya, Steve tidak perlu merasa bingung lebih jauh, karena sumber kebingungannya itu tiba-tiba menjawab semua pertanyaannya.

“Steve...” Karina mulai berbicara, suaranya terdengar pelan dan serak karena menangis. Karina masih tetap memeluknya, sama sekali tidak mendongak untuk menatapnya. Steve hanya merespon dengan satu gumaman pelan.

“Bolehkah aku meminta sesuatu?” tanya Karina, dengan kepala masih menempel di dadanya. Steve terdiam sesaat, merasa agak bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu. Namun dia memilih untuk mengiyakannya. “Tentu saja. Apa itu?”

“Bisakah kamu memelukku?”

1
Shirase
wah banget, alurnya udah bagus ditambah dengan jumlah kata yang banyak untuk 1 bab! ini bakal jadi karya romance yang bagus untuk kedepannya!! semangatt/Hey/
Mily
jleb bgt/Grimace/
Skylar
😢
Violette_lunlun
ihh seru banget bacanya, padahal ini baru awal...
aku mampir nih thor... semangat ya!
Yunita
Roseane: padahal gua diam2 aja anj-

😭
Theodora: Kak😂😭😭
total 1 replies
Skylar
Waduh.. beneran ikutan nyesek sama chapter ini😣 mau nyalahin karina.. tapi gimana ya. Lihat felix kasian tp setelah dibaca2 ternyata dia jg ada salahnya. Takut bgt habis ini felix sama steve jd musuhan. Duh dilema dah asli😩 seru sih ini chapter! Lanjut kakkk, ini jg si karinanya lari kemana dah dramatis amat
Jacky
ikutan galau bgt;;;
Valley
Ga ada yg bener mah ini mereka berdua🥺
Valley
Deg banget asli😭
Mackenzie
nyesek banget bjir/Sob/
May
dahlah/Sob/
May
dua2nya mulai goyah ini/Blush/
Jacky
wihhhh udah ketahuan😢 makin menarik sih ini. cepat update pls!!
Jacky
emak mereka kerjaannya ngintip mulu wkwkwk
R 💤
🌹 sbg tanda perkenalan hehe
R 💤
Hai Thor aku mampir 👋🏻
R 💤: okey Kaka, 🙏🏻
Theodora: Halo, terima kasih udah mampir🫶
total 2 replies
Anyelir
jalan awal ceritanya udh bagus
Theodora: Terimakasih kak :)
total 1 replies
Skylar
Duh takut😭
Skylar
Real banget sih ini.. relate sama kehidupan nyata🙃
Valley
Waduh gawat😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!