Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Di Usir
Langit sore menggantung kelabu saat Bara sampai di rumah. Langkah kakinya berat, namun mantap. Pintu utama terbuka otomatis, membiarkan pria paruh baya itu masuk ke dalam rumah mewah yang terasa sedikit sepi hari itu.
Di ruang keluarga, sang istri menyambutnya dan mengambil alih tas kerjanya. Dia melihat Nita duduk santai dengan balutan piyama , sedang menggulir ponsel di tangannya. Ketika melihat Bara masuk, ia tersenyum dan menghentikan permainannya.
"Om sudah pulang," ucapnya memasang senyum manja.
Namun Bara hanya menatapnya tanpa senyum, tatapannya dingin dan datar.
"Nita, kita harus bicara."
Nada suaranya berubah. Tegas. Tanpa nada kehangatan sedikit pun.
Nita tersentak, hingga membuat senyumnya hilang.
"Ada apa, pa? Kenapa kamu kelihatan serius sekali…" Tanya Lina penasaran dengan perubahan wajah suaminya.
Bara mengambil tempat duduk di seberangnya, lalu meletakkan sebuah amplop tebal di meja. Isinya keluar sedikit, memperlihatkan kertas dan beberapa foto.
"Aku sudah tau semuanya. Besok pagi, kamu harus bersiap. Aku sudah siapkan penerbanganmu. Kamu kembalilah ke negaramu.”
Nita mematung. "Apa maksud, Om? Kenapa tiba-tiba bicara begini?"
"Sudah kukatakan, Aku sudah tahu siapa kamu sebenarnya."
Nita terkekeh tidak percaya. "Apa ini tentang Rayya? Om lebih memilih wanita itu daripada aku sebagai menantumu? "
Bara tidak menjawab. Ia hanya mendorong amplop itu mendekat ke arah Nita. Pelan-pelan, wanita itu menariknya dan mulai melihat isinya.
Foto pertama menunjukkan dirinya sedang berdansa intim dengan seorang pria di klub malam. Foto berikutnya, dirinya sedang masuk ke sebuah hotel bersama pria lain. Dan seterusnya.
Wajah Nita memucat.
"Selama ini Aku sudah percaya dengan semua omong kosong yang Papamu katakan padaku, Aku mempercayaimu, menghormatimu, bahkan hampir menyetujui kamu jadi bagian dari keluarga ini.Tapi ternyata kamu tidak pantas sama sekali."
"Aku bisa jelaskan…" Nita berusaha mencari kata-kata, suaranya mulai gemetar.
"Tidak perlu," potong Bara cepat. "Kamu sudah memilih jalanmu. Sekarang aku memilih untuk tidak mengizinkan kamu menghancurkan hidup anakku.”
" Om, dulu kamu begitu menyayangiku dan berharap aku menjadi istri Saka dan bagian dari keluarga ini," suara Nita meninggi. "Kamu bilang aku baik, kamu bilang aku pantas untuk Saka!"
"Ternyata Aku salah menilaimu, Saka benar. Kenapa aku tidak mencari tahu dulu siapa kamu sebenarnya," jawab Bara singkat. "Dan sekarang aku memperbaiki kesalahan itu sebelum terlambat."
Nita tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia menunduk, matanya nanar memandangi bukti-bukti di pangkuannya. Hatinya berkecamuk, tapi ia tahu,tak ada lagi celah untuk berdalih. Semua sudah terbongkar.
"Syukurlah jika papa sudah mengambil keputusan yang benar. " ujar Lina yang sejak tadi hanya mendengar dan memperhatikan perdebatan antara suaminya dengan calon istri yang dia pilihkan untuk Saka.
Keesokan paginya, mobil hitam keluar dari rumah keluarga Aksara mengantar Nita ke bandara tanpa banyak bicara. Ia duduk diam sepanjang perjalanan, hanya memandang ke luar jendela, menyaksikan kota yang sebentar lagi akan ia tinggalkan untuk selamanya. Tanpa sambutan. Tanpa perpisahan. Tanpa ada hati yang ditinggal pedih.
Di sisi lain , suasana berbeda menyelimuti rumah Saka dan Rayya. Rumah yang penuh kehangatan. Rayya sedang membersihkan meja makan sementara Saka berdiri di ambang pintu dapur, memperhatikan istrinya dengan senyum yang tak bisa disembunyikan.
"Bagaimana hari ini?" tanya Saka sambil mendekat.
Rayya menoleh, menyambut dengan senyuman hangat. "Toko sudah mulai ramai seperti sebelumnya. Ada pelanggan tetap yang tanya kapan kita buka cabang segala. Dan aku mengatakan kalau aku tidak akan membuka cabang. "
Rayya menceritakan apa saja yang terjadi hari ini di tokonya dengan semangat. Saka sangat mendengarnya. Dia bangga dengan apa yang dilakukan oleh istrinya itu.
Saka terkekeh kecil dan memeluk Rayya tiba-tiba. "Itu artinya istri aku luar biasa." ucapnya sambil mengecup kening Rayya.
Rayya mencubit pelan lengannya. "Lebay."
Mereka berdua tertawa bersama untuk mengakhiri kegiatan di dimeja makan malan ini dan mulai bersiap untuk beristirahat.
Malam pun datang merayap semakin larut. Seperti biasanya, mereka berbincang ringan sebelum terlelap. Dan malam itu terasa lebih istimewa. Saling menyentuh dalam kasih yang tidak dibentuk oleh nafsu, melainkan oleh rasa percaya dan saling menghargai.
Setelah menggapai nirwana usai dan Saka menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, sedangkan Rayya bersandar di dada bidang suaminya.Saka membelai rambut Rayya dan berbisik pelan.
"Sayang… Papa mau bicara empat mata sama kamu." ucapnya hati-hati.
Rayya langsung menoleh, sedikit terkejut. "Bicara denganku? Kenapa? Apa yang ingin papa bicarakan denganku?" Tanya Rayya dengan nada khawatir.
Saka tersenyum lembut, menatap mata istrinya dalam-dalam.
“Kayaknya... dia ingin mengenal kamu lebih dekat. Mungkin... Dengan begitu dia akan tau apakah kamu layak menjadi istriku atau tidak. Apa kamu siap bertemu dengan papa? Jika belum siap, aku akan mengatakannya pada papa. "
Rayya terdiam sesaat, lalu mengangguk pelan.
"Aku siap. Aku akan bertemu dengan papa besok. Aku ingin tau apa yang diinginkan papa dariku. "
Saka mengangguk bangga. "Itu baru istri aku."
Mereka pun terlelap dalam diam, tapi hati mereka berbicara banyak. Esok akan jadi hari penting. Dan Rayya tahu saat ia duduk di hadapan Bara, bukan hanya sebagai istri Saka, tapi sebagai seorang menantu di keluarga itu.
Dia akan menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Dan melakukan apapun untuk mempertahankan pernikahannya dengan Saka. Rayya tidak ingin kehilangan pria baik seperti suaminya itu. Dan akan mempertahankannya sekuat tenaga.
*******
Keesokan harinya sebelum jam makan siang, Rayya mendapatkan notifikasi dari suaminya tempat pertemuannya dengan papa mertuanya. Saka sangat menyesal tidak bisa menjemput Rayya karena dia harus bertemu dengan klien.
Hal ini susan di atur oleh Bara, saat Saka pergi menemui Klien, dia akan pergi bertemu dengan Rayya. Dengan begitu, Saka tidak akan ikut campur dengan apa yang akan terjadi nanti saat dia bertemu dengan Rayya.
"Maaf sayang, aku tidak bisa menjemputmu. Kamu bisa datang sendiri kesana kan? " ucap Saka penuh penyesalan karena tidak bisa menjemput isterinya.
"Nggak apa-apa mas. Aku bisa datang sendiri kok, ini aku sudah pesan ojek online. " ucap Rayya keceplosan.
"Ya, ampun jangan ojek online dong sayang. Aku akan meminya sopir menjemputmu untuk bertemu papa. Cancel saja ojek onlinenya. " Kata Saka yang melupakan hal sekecil itu.
Terdengar Rayya mendesah kasar namun dia mengiyakan ucapan suaminya.
Sampai di restoran yang di tuju, Rayya sudah langsung di sambut oleh pegawai restoran yanga langsung mengantarkannya ke ruang VIP yang sudah dipesan atas nama dia dan Bara.
"Selamat datang, Nona. Mari saya antar. Pak Bara sudah menunggu anda. "
Sampai di ruang VIP itu Rayya melihat sosok pria paruh baya yang memiliki garis wajah sama persis dengan suaminya. Dengan gaya yang sangat berwibawa dan penuh karisma.
"Selamat datang, Rayya. Silahkan duduk."
masih aja nuntut balas budi