Cinta Lelaki Sempurna

Di dalam ruang bertulis 'Ruang Direktur', sesosok lelaki paruh baya duduk dengan raut wajah buruk, ditemani secangkir kopi hitam yang sudah dingin.

Sikapnya tampak gelisah, pusing dan lemas, semua yang dia alami sekarang bukan karena asam lambung naik setelah meminum kopi luwak, produk asli perut hewan berbulu putih keabu-abuan nan imut itu.

Tapi semua kerumitan dalam hati Ruslani yaitu soal perjanjian kerja sama perusahaannya dengan AL Tech yang dia harapkan berjalan lancar, kini harus ditunda dengan alasan tidak jelas oleh Hazel.

Ruslani adalah CEO dari PT. Ernail furniture, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti dan manufaktur, serupa jual beli rumah dan segala isinya. Kerja sama dengan AL Corporation menjadi satu langkah besar untuk Ruslani ingin membuat sebuah komplek perumahan elit berbasis teknologi canggih serupa AI (Artificial Intelligence).

Dimana setiap orang yang tinggal di dalam rumah masa depan tersebut tidak perlu lagi repot-repot membuka pintu, mematikan lampu, menutup hordeng, menyalahkan televisi, menyediakan satpam penjaga malam atau pun menyiram WC setelah buang hajat.

Semua tugas akan dijalankan oleh program AI (Artificial Intelligence) hanya dengan satu tepukan tangan saja, ini akan mempermudah pekerjaan istri dalam urusan kegiatan rumah tangga.

Namun keinginan Ruslani tentang kerja sama itu menjadi abu-abu, samar-samar dan tidak jelas ujungnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, bukankah kemarin Hazel itu sudah siap menandatangani kontrak kerjasama, tapi sekarang...." Ruslani mulai mengeluh sendiri.

Mereka jenuh dan tidak bisa tenang, Ruslani pun mencari penyegar suasana, dia berjalan ke sudut ruangan dan melihat segala properti yang ada di tembok. Sebagai orang kaya dan memiliki hobi kolektor barang antik, meski dikatakan Ruslani tidak tahu apa pun soal nilai-nilai karya seni, dia tetap berusaha memahami gambar abstrak tersebut.

Karena bagi orang kaya dan mereka-mereka yang berlagak memiliki jiwa artistik tinggi, tanpa tahu soal karya Seni sedikit pun, mereka hanya perlu mengangguk-anggukkan kepala dan memberi komentar 'Amazing' atau 'Luar biasa' itu sudah cukup.

Beranggapan bahwa mereka harus percaya, jika sebuah lukisan yang terdiri dari coretan-coretan seperti anak TK baru belajar menulis, ada pula titik-titik, garis berkelok-kelok, warna-warni dan segala rupa aneh, tanpa tahu makna dibaliknya itu adalah maha karya.

Sebenarnya Ruslani pun sama, dia hanya mengangguk-anggukkan kepala berlagak seperti orang berotak intelektual dan Artistik agar tidak dianggap remeh oleh siapa pun.

Ruslani berpura-pura terkagum, sebab dia yakin seyakin-yakinnya, lukisan-lukisan yang terpanjang di dinding kantor milik Hazel memiliki nominal harga sangat mahal dan bukan karya seniman sembarangan.

Tidak lama berselang, Ruslani mendengar suara langkah kaki datang, dan perlahan pintu pun terbuka. Sepasang lelaki serta perempuan masuk, mereka adalah Hazel yang tersenyum ramah dan Wulan kekasih gelapnya.

Dimana kini keduanya datang bersamaan, namun Wulan tidak serta-merta menghampiri Ruslani, dia segera mengambil satu posisi duduk di sofa dekat meja direktur.

"Pak Ruslani, maaf membuat anda menunggu." Ucap Hazel berdiri di depan satu lukisan yang terpajang.

"Tidak apa-apa tuan Hazel, aku cukup nyaman di sini untuk melihat-lihat lukisan hebat yang anda miliki." Jawab Ruslani tersenyum.

"Tentu, tentu saja... Jangan sungkan pak, tapi sebagian besar lukisan di ruangan ini adalah milik Tuan Ryan." Balas Hazel.

"Tuan Ryan ?, Siapa dia ?." Bahkan Ruslani pun tidak tahu tentang keberadaan sosok bernama Ryan.

"Itu yang menjadi alasanku, menangguhkan kerjasama kita, tuan Ryan ingin bertemu dengan anda secara langsung. Beliau adalah pemilik perusahaan AL Tech."

"Aku baru tahu itu..."

"Dia bekerja dari rumah dan memang tidak pernah menunjukkan diri di muka umum, semua urusan tentang perusahaan di serahkan kepadaku, tapi secara kebetulan, tuan Ryan ingin bertemu anda." Hazel hanya menyampaikan pesan kepada Ruslani tanpa tahu alasannya.

Ruslani merasa cukup bangga, dia tentu menganggap bahwa sosok penting yang menjadi pemilik perusahaan AL Tech tertarik dengan kerjasama dengannya.

"Oh sebuah keberuntungan, aku benar-benar tidak tahu, jika ada sosok yang lebih hebat dari anda."

"Aku ?, itu salah pak Ruslani, aku hanya seorang bawahan, dibandingkan dengan tuan Ryan, aku merasa tidak pantas." Hazel merendah diri.

"Anda benar-benar rendah hati tuan Hazel."

Ruslani penasaran, dia tidak pernah mendengar tentang pemilik sebenarnya dari AL Tech Corporation, hanya nama Hazel saja yang dikenalnya sebagai sosok jenius dalam membangun perusahaan AL Tech ini.

Bagaimana tidak, Hazel dikenal sebagai seorang pemuda misterius yang mampu membawa perusahaan di ujung tanduk kebangkrutan kembali ke puncak untuk menguasai pasar teknologi informatika di Asia tenggara hingga bersaing ke Eropa dan Amerika.

Ruslani mengambil posisi duduk di samping Wulan, dia memperhatikan jika raut wajah pacarnya tampak murung.

"Apa yang terjadi ?." Bisik Ruslani ke telinga Wulan.

"Tidak bukan apa-apa." Singkat saja dia menjawab dengan nada kesal.

Mood buruk Wulan terjadi karena upaya yang dia lakukan untuk menarik perhatian Hazel benar-benar gagal total. Jangankan mencari kesempatan mengajaknya berkencan, sekedar berkenalan pun sebatas memberitahu nama saja.

Dari sekian banyak lelaki, Wulan selalu berhasil mendapat apa yang dia mau, tapi kali ini kepercayaan dirinya mulai berkurang.

"Jadi dimana tuan Ryan itu ?." Ruslani bertanya karena dia tidak melihat orang lain kecuali mereka bertiga di ruangan ini.

"Tadi sebelum ke ruangan, beliau pergi ke toilet, aku yakin tuan Ryan memiliki urusan penting yang tidak bisa ditunda-tunda lagi." Balas Hazel.

Ruslani mengangguk paham...."Aku bisa mengerti untuk hal itu, terkadang aku juga mengamati hal serupa."

"Tapi aku penasaran, apa tuan Ryan mengalami kendala, kau tahu seperti kurang makanan berserat. Sudah sepuluh menit dia pergi ke toilet, dan aku memutuskan datang ke ruangan terlebih dahulu karena tidak enak meninggalkan anda sendirian." Ucap Hazel selagi melihat jam tangannya.

"Itu bukan masalah penting, tuan Hazel. Aku bisa menunggu lagi demi pertemuan dengan tuan Ryan. Seperti pepatah mengatakan 'Jika Hajat tidak segera dituntaskan, maka masalah lain akan datang'."

"Pak Ruslani bisa aja."

Tidak berselang lama, setelah office boy datang membawakan minuman lain untuk semua orang termasuk milik Ryan. Kini satu sosok yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya muncul dari balik pintu itu.

"Maaf, karena sudah membuat kalian semua menunggu, tidak aku sangka, jika itu membutuhkan waktu cukup lama." Ucap Ryan selagi berjalan mendekat.

Ruslani yang penasaran sejak awal tentang sosok Ryan, dia segera menoleh ketika pintu baru terbuka.

Senyum di wajah Ruslani hilang entah kemana, setelah mengetahui jika ada lelaki yang terlihat familiar muncul dan mengingatnya kepada seseorang.