Seorang gadis Pustakawan yang merupakan seorang kutu buku harus menerima kenyataan bahwa ia tewas saat ia menamatkan novel kesukaannya berjudul "Moonira".
Namun bukannya menuju akhirat, gadis itu justru masuk ke dunia novel kesayangannya dan ditunjuk sebagai calon Helena yang menyalurkan berkat dari dewi Selene kepada kerajaan Welf. Disana ia ditemukan oleh seorang Adipati kerajaan Welf yang merupakan high Elf.
Bagaimana kisah gadis itu di dunia Moonira? Apakah gadis itu berhasil menjadi seorang Helena dan bagaimana kisah cinta gadis itu dengan sosok Adipati yang terkenal sebagai dewa kematian di dalam peperangan? Apakah cinta mereka bersatu atau justru kandas di tengah jalan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arthystrawberry23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
XXXII Perasaan Pangeran Aegis.
Berdasarkan peraturan kerajaan mengatakan bahwa jika seorang Helena baru sedang dalam masa pelatihan, maka sang Helena akan tinggal di asrama khusus di akademi internasional kerajaan Welf bernama akademi Berlinsa.
Akademi Berlinsa adalah sebuah akademi elit teratas yang ada di dunia Moonira, Akademi Berlinsa adalah akademi yang menjadi tempat para putri dan bangsawan dari seluruh kerajaan akan menimba ilmu.
Dan di akademi Berlinsa itulah para Helena akan menjalankan pelatihan dan karena akademi Berlinsa adalah akademi asrama maka seluruh siswa dan guru akademi harus tinggal di Asrama.
Namun kali ini ada sedikit perbedaan perlakuan yang tentu saja di dapatkan Roselina selaku Helena agung Moonira. Selama menjalankan pelatihan Helena maka demi keamanan sang Helena agung, Helena agung akan diberikan sebuah mansion mewah yang berada tak jauh dari gedung istana kerajaan.
Disanalah sang Helena agung akan tinggal dan beristirahat, mansion itu dulunya adalah kediaman keluarga ratu Serena sebelum saat ini di tinggalkan karena di keluarga ratu Serena hanya tersisa ratu saja.
Untuk itu kini mansion itu akan diserahkan pada Roselina dan secara sah di mata hukum kerajaan menjadi milik keluarga Roselina, karena status Helena agung maka Roselina diberi nama tambahan sebagai Roselina Helena L. Moonira.
Kini Roselina sedang sibuk untuk bersih-bersih dibantu oleh partner jiwanya yaitu Aaron, Caelus, dan Arthur. Awal tiba di mansion milik Roselina membuatnya merasa terkejut dan pusing bagaimana caranya ia bisa merawat dan mengurus mansion sebesar itu.
Kondisi mansion itu terawat namun sedikit berdebu, banyak barang yang ditutupi oleh kain putih, ketika Roselina membuka kain itu, banyak debu yang berhamburan membuat Roselina merasa tidak tahan.
"Apa aku tidak bisa tinggal di rumah Ernathan saja?" Gumam Roselina merasa lelah membersihkan mansion sebesar itu yang dikerjakan hanya 4 orang saja.
"Kau bisa saja kembali tinggal bersamaku hanya jika kau menikah denganku." Roselina menatap tajam kearah Ernathan yang tiba-tiba muncul dan merangkul Roselina sembari mengucapkan hal yang bodoh baginya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Ketus Roselina sembari kembali melanjutkan pekerjaan bersih-bersihnya yang tertunda.
"Tidak ada, aku hanya iseng saja mengunjungimu, bunny," goda Ernathan sembari mencubit pelan pipi Roselina ketika ia mengucapkan kata Bunny.
"Ih Ernathan apaan sih? Sana kau lebih baik membantuku daripada hanya diam disini menggangguku." Ernathan menatap sekitarnya yang masih terlihat kotor.
"Baiklah aku akan membantumu, katakan padaku apa yang harus ku kerjakan?" Tanya Ernathan sembari membuka mantel bajunya menyisakan kemeja putih lengan panjang yang kini Ernathan menggulung lengan kemejanya agar tidak kotor.
"Kau bersihkan saja debu di hiasan dan lukisan di mansion ini, aku tidak bisa lakukan itu karena aku tidak kuat dengan debu," jelas Roselina.
"Lalu dimana trio pelayanmu itu?"
"Ernathan, mereka bukan pelayanku paham?"
"Baiklah, jadi dimana ketiga partnermu itu?"
"Arthur bertugas untuk membersihkan taman dan halaman, Aaron bertugas memasak di dapur, sedangkan Caelus sedang pergi belanja di kota"
"Hmm..."
"Sudahlah, aku akan pergi membersihkan di lantai bawah, aku serahkan padamu." Roselina beranjak dari tempatnya, namun secara tiba-tiba Ernathan menggenggam tangan Roselina membuat langkahnya terhenti.
Ernathan menarik tangan Roselina dan menyandarkan tubuhnya di dinding, Ernathan mendekatkan wajahnya ke wajah Roselina dan tersenyum kecil kearah Roselina.
"Ada debu di wajah cantikmu," bisik Ernathan sembari mengelus lembut pipi Roselina untuk menghilangkan debu di wajahnya.
Roselina hanya memasang wajah datar dan tatapan menyipit kearah Ernathan, melihat ekspresi Roselina membuat Ernathan merasakan sesuatu menggebu di dalam dirinya sehingga ia semakin semangat untuk menggoda Roselina.
Roselina menghela nafas panjang dan bersiap untuk meninju wajah Ernathan, namun tinjuan Roselina ditahan oleh Ernathan membuat Roselina terkejut.
"Aku tidak akan terjebak di kesalahan yang sama, Bunny," bisik Ernathan dengan nada berat dan serak membuat lagi-lagi tubuh Roselina bergidik.
"Sepertinya kau terlalu fokus dengan satu kemungkinan saja, tuanku," bisik Roselina di telinga Ernathan sehingga helaan nafas Roselina di telinganya membuat Ernathan merasakan sensasi aneh di tubuhnya.
Disaat Ernathan sedang menikmati sensasi itu, tiba-tiba dengan kuat, Roselina menginjak kaki Ernathan dan mendorong kuat tubuh Ernathan.
"Kalau kau ada waktu bercanda denganku, maka lebih baik kau selesaikan pekerjaanmu dengan baik, dasar cowok aneh," desis Roselina.
"Seperti yang kau minta my dear," ujar Ernathan sembari meraih tangan Roselina dan mengecupnya.
Roselina hanya menghela nafas ketika melihat tingkah aneh Ernathan, tak lama Roselina pergi untuk melanjutkan pekerjaannya yang masih banyak.
...****************...
Di istana kerajaan tepatnya di ruang belajar sang putra mahkota yaitu pangeran Aegis, terlihat sang pangeran sedang sibuk menulis sesuatu di meja kerjanya.
Ditemani sang adik yaitu pangeran Alarion yang sedang bersantai di sofa sembari membaca buku. Ketika mereka berdua sibuk dengan kegiatan masing-masing, tiba-tiba pangeran Aegis menghentikan aktivitasnya dan menatap kearah adiknya.
"Apa Roselina sudah pindah ke mansion barunya?" Tanya pangeran Aegis.
"Sudah kakak, saat ini Roselina sedang berbersih di mansion barunya bersama dengan kak Nathan dan ketiga partnernya," jawab pangeran Alarion tanpa mengalihkan pandangannya dari buku di tangannya.
Pangeran Aegis bangkit dari kursinya dan berjalan kearah jendela besar di belakangnya, ia menatap kearah Mansion besar dimana Roselina tinggal.
Pangeran Alarion melirik kearah kakaknya yang terdiam sembari menatap kearah mansion Roselina dari balik jendela.
"Apa kau ingin ikut membantu Roselina kakak?" Tanya Alarion yang masih melirik kearah pangeran Aegis.
Pangeran Aegis terdiam sejenak tidak langsung menjawab pertanyaan adiknya. "Tidak perlu, besok para pelayan dan dayang Roselina akan datang untuk membantunya."
Pangeran Alarion menutup buku yang ada di tangannya dan meletakkan buku itu di meja. Ia lalu mengambil secangkir teh mawar kesukaannya dan menyesapnya pelan.
"Kak ada hal yang ingin kutanyakan padamu, apa kau yang meminta kepada ibunda untuk menyerahkan mansion itu pada Roselina?" Pangeran Aegis melirik kesamping sejenak lalu kembali menatap kearah mansion Roselina.
"Apa pesanan lukisanku sudah diantar ke kamarku?" Tanya pangeran Aegis mengabaikan pertanyaan pangeran Alarion.
Mengetahui bahwa kakaknya tidak ingin membahas hal itu lebih jauh, helaan nafas terdengar darinya, ia kembali menyesap tehnya sebelum menjawab pertanyaan kakaknya.
"Lukisan yang kau pesan terlalu agung dan sulit bagi tuan Arial untuk menyelesaikannya dalam waktu singkat, aku yakin tangannya akan terus bergetar ketika ia membayangkan wajah cantik dan anggun gadis itu saat melukisnya," jelas pangeran Alarion dengan santai.
"Aku tahu itu sulit bagi tuan Arial, namun aku ingin kau memintanya untuk segera menyelesaikan lukisan itu," pinta pangeran Aegis.
"Baiklah kakak, akan kusampaikan pesanmu pada tuan Arial, kau benar-benar akan menyiksanya kakak karena meminta tuan Arial untuk melukis gadis impianmu," celetuk pangeran Alarion sembari tertawa.
Pangeran Aegis hanya terdiam, tangannya memegang lembut kaca jendela dan pantulan wajahnya di cermin memperlihatkan tatapan datar pangeran Aegis berubah menjadi sendu.
"Bahkan aku juga sangat tersiksa hanya bisa menganguminya dari kejauhan"
To be continued...