Cegil? itulah sebutan yang pantas untuk Chilla yang sering mengejar-ngejar Raja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suprise
Chilla memeriksa ulang meja makan di apartemen kecil mereka. Hidangan sudah tersaji dengan rapi, dari nasi liwet lengkap, ayam bakar, sambal, hingga berbagai camilan kesukaan keluarga mereka. Malam ini, ia dan Raja mengundang orang tua mereka untuk makan malam bersama. Ini bukan sekadar acara kumpul-kumpul biasa; mereka akan memberikan kabar bahagia tentang kehamilan Chilla.
Satu per satu keluarga mereka tiba. Mama Cantika, ibu Raja, langsung memeluk Chilla begitu tiba. "Wah, tumben banget ngajak kumpul begini. Kamu kelihatan cantik sekali malam ini, Chilla," pujinya.
Papa Arthur, yang sudah tahu rahasia ini dari Raja, hanya tersenyum hangat sambil menepuk bahu menantunya. "Semangat, ya. Papa bangga sama kalian," bisiknya sebelum masuk ke ruang tamu.
Bunda Mila, ibu Chilla, memeluk putrinya erat-erat, seperti ingin melepaskan rindu yang sudah lama terpendam. "Bunda kangen banget sama tingkah bar-bar kamu, Chilla. Semakin lama kamu semakin dewasa, ya," ucapnya dengan nada bercanda.
Ayah Bumi, ayah Chilla, mengangguk setuju. "Putri Ayah yang dulu lari-larian di halaman sekarang sudah jadi istri orang. Memanggil kita untuk acara resmi begini, pasti ada sesuatu," gumamnya sambil tersenyum kecil.
"Tumben banget, kamu ngajak kita semua kumpul, Chilla. Dalam rangka apa ini?" tanya Bunda Mila penasaran setelah mereka duduk di meja makan.
Chilla hanya tersenyum kecil sambil menjawab, "Kita makan dulu aja, Bun. Habis makan, Chilla mau ngomong sesuatu."
Mereka pun menikmati hidangan yang sudah disiapkan Chilla. Suasana meja makan begitu hangat dan penuh tawa, membicarakan hal-hal ringan tentang pekerjaan, sekolah, dan rencana ke depan. Raja tampak sesekali melirik Chilla, memastikan istrinya baik-baik saja. Ia tahu Chilla sedikit gugup, meskipun wajahnya tamPak tenang.
Setelah selesai makan, Chilla menggenggam tangan Raja di bawah meja, memberi isyarat bahwa ini saatnya. Raja mengangguk, Ia memandang ke arah kedua keluarga mereka yang sedang bersantai setelah makan.
"Kita mau kasih tahu kabar gembira," Raja memulai dengan senyuman, "Chilla hamil."
Ruangan itu seketika dipenuhi berbagai reaksi. Bunda Mila langsung berdiri dari kursinya dan memeluk Chilla erat-erat, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "Selamat ya, sayang. Bunda nggak nyangka putri Bunda sekarang bakal jadi seorang ibu," ucapnya penuh haru.
Mama Cantika segera menyusul, memeluk menantunya dengan hangat. "Mama turut bahagia, sayang. Makasih ya, sudah kasih Mama cucu," katanya sambil mengusap punggung Chilla dengan lembut.
Ayah Bumi, yang biasanya terlihat tegas, tampak berkaca-kaca. Ia memandang putrinya dengan penuh kebanggaan sebelum menariknya ke dalam pelukan. "Chilla, Ayah nggak tahu harus ngomong apa. Ayah bahagia sekali. Putri Ayah sekarang sudah punya keluarga sendiri, padahal rasanya baru kemarin Ayah gendong kamu yang baru lahir," ucapnya sambil mencium kening putrinya dengan lembut.
Papa Arthur, yang sudah tahu kabar ini sebelumnya, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Ia menepuk bahu Chilla pelan. "Selamat ya, sayang. Jaga baik-baik kandungan kamu. Papa doakan semuanya lancar sampai hari lahiran nanti," katanya.
Sementara itu, Raja berdiri di tempatnya, memperhatikan semua orang memberikan ucapan selamat kepada Chilla. Ia mencoba tersenyum, tetapi dalam hati ia merasa ada yang kurang. Akhirnya, ia angkat bicara.
"Kenapa cuma Chilla yang dikasih selamat?" tanyanya dengan nada bercanda, meskipun ada sedikit rasa protes di dalamnya. "Padahal kalau nggak ada aku, Chilla juga nggak bakal hamil," tambahnya dengan nada setengah menggoda.
Semua orang terdiam sejenak sebelum akhirnya pecah dalam tawa. "Iya, iya, selamat juga buat kamu, Raja," kata Ayah Bumi sambil menepuk bahu menantunya.
Mama Cantika ikut menimpali sambil tersenyum geli, "Selamat ya, Raja. Kamu bakal jadi ayah muda yang hebat."
Bunda Mila menambahkan, "Tapi inget, Raja. Tanggung jawab kamu bakal lebih besar. Jaga Chilla baik-baik, ya."
Raja hanya bisa tersenyum sambil mengangguk. "Siap, Bun. Aku bakal jadi suami dan ayah yang baik."
Malam itu ditutup dengan penuh kebahagiaan. Kedua keluarga saling berbagi cerita dan tawa, merayakan kabar gembira bahwa akan ada anggota keluarga baru yang hadir dalam beberapa bulan ke depan. Di sudut ruangan, Raja menggenggam tangan Chilla erat-erat, merasa bersyukur atas segala kebahagiaan yang kini menghampiri kehidupan mereka.
*****
Chilla mulai membereskan meja makan, memindahkan sisa makanan ke dalam wadah dan menata piring kotor. Namun, sebelum ia sempat melanjutkan pekerjaannya, Raja segera menghampirinya dan dengan lembut menghentikan aktivitasnya.
"Biar aku aja ya, kamu tunggu disini aja. Nanti aku juga buatin susu hamil buat kamu," kata Raja sambil menarik tangan Chilla dengan lembut.
"Tapi cuciannya banyak banget, sayang. Biar aku bantu," ujar Chilla dengan nada tidak enak hati. Ia merasa malas jika hanya diam sementara Raja melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Tetapi, sebelum ia bisa melanjutkan, Raja menggelengkan kepala dan menatapnya dengan tatapan lembut namun tegas.
"Nggak usah, liat kuku kamu, nanti jelek kalau kamu cuci piring," kata Raja sambil mengusap jari-jari Chilla yang halus. Chilla terdiam sesaat, merasakan sentuhan lembut di tangannya. Ia memang suka menjaga kukunya agar tetap cantik, dan Raja selalu memperhatikannya dengan cermat.
"Ish, aku nggak enak, sayang. Kan banyak banget yang harus dikerjain," Chilla merengek pelan, tetapi tetap merasa enggan untuk berdiam diri sementara Raja melakukan semuanya. Ia merasa terbebani dengan perhatian berlebih dari Raja.
Raja tersenyum, lalu mengangkat dagu Chilla dengan lembut, memaksa gadis itu menatapnya. "Nurut sama aku," ujar Raja, suaranya penuh kelembutan dan ketegasan.
Chilla menghela napas panjang dan menatap Raja dengan pandangan lembut. "Padahal pas awal nikah, kamu bilang mau bikin kehidupan rumah tangga kita seperti neraka, tapi ternyata sebaliknya, kamu bikin aku bahagia," ujar Chilla sambil tersenyum tipis, mengenang masa-masa awal pernikahan mereka yang penuh tantangan. Wajah Raja yang dulu penuh kemarahan dan penolakan kini jauh berbeda. Chilla ingat betul bagaimana Raja sempat merasa terpaksa dan tidak siap menerima perjodohan yang dipaksakan oleh kedua keluarga mereka.
Dulu, Raja selalu bilang bahwa dia tidak akan pernah bisa menerima pernikahan ini. Bahkan, ia sempat berkata bahwa hidup mereka akan seperti neraka. Chilla yang mendengar itu merasa terpuruk, khawatir jika pernikahan mereka akan penuh dengan ketegangan dan kebencian. Namun, seiring berjalannya waktu, semua yang dikatakan Raja seakan terbalik. Mereka mulai menemukan kebahagiaan bersama, meskipun pernikahan ini dimulai dengan penuh rintangan.
Raja terdiam, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Chilla. Ia tak bisa menahan rasa bersalah yang mendalam. Dulu, ia memang menentang pernikahan ini dengan sepenuh hati. Namun, semakin hari ia merasa bahwa Chilla adalah seseorang yang sangat ia cintai, dan hidup mereka yang semula penuh ketegangan kini berubah menjadi kebahagiaan yang tak terduga.
"Maafkan aku, Chilla," ucap Raja perlahan, matanya penuh penyesalan. "Dulu aku nggak bisa lihat apa yang ada di depan mata. Aku terlalu keras kepala dan egois. Tapi sekarang, aku sadar. Kamu adalah segalanya buat aku."
Chilla menatapnya dengan mata yang lembut. Ia tersenyum kecil dan mengusap pipi Raja. "Aku juga minta maaf, sayang. Aku tahu kita nggak sempurna, tapi kita bisa berjuang bareng-bareng, kan?"
Raja mengangguk, bibirnya tersenyum hangat. "Tentu saja, kita akan berjuang bersama. Dan sekarang, aku janji nggak akan pernah biarkan kamu merasa terbebani sendirian lagi."
Chilla merasa hatinya semakin hangat dengan kata-kata itu. Ia tahu, meski pernikahan mereka dimulai dengan keraguan, mereka telah berjalan sejauh ini dengan penuh cinta. Kini, mereka bukan hanya pasangan suami istri, tetapi juga teman hidup yang saling mendukung dan menguatkan satu sama lain.
Dengan senyum lebar, Chilla akhirnya setuju untuk duduk dan menunggu Raja menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Mereka tahu perjalanan mereka masih panjang, tetapi setidaknya, mereka akan melaluinya bersama.