Sahara tak pernah menyangka akan pernyataan cinta Cakra yang tiba-tiba. Berjalan bersama komitmen tanpa pacaran, sanggupkah mereka bertahan di atas gempuran hubungan rumit kedua orang tua Cakra dan Sagara yang ternyata adalah ayah kandung Sahara.
Apakah Cakra dan Sahara akan bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Perpisahan sekolah
Ada yang lebih berat dari patah hati? Mungkin bagi Cakra dan Sahara jawabannya adalah perpisahan. Setelah hasil Ujian Nasional Cakra keluar, sukses melewati masa-masa tegang perjuangannya dengan Rival. Akhirnya tak ada usaha yang mengkhianati hasil. Rival mendapatkan posisi runner up dan Cakra menduduki posisi nomer empat. Yang artinya lolos menjadi siswa pilihan beasiswa ke Jakarta.
"Wih keren!"
"Wah hebat."
"Rival sama Cakra itu definisi sahabat sejati, pinter semua. Apa-apa bareng, sampai dapat beasiswa aja bareng. Kita mah apa!"
"Selain Cakra jangan lupakan Nisa, dia jawaranya Pelita harapan!"
"Jadi mereka bakalan satu kampus? Sumpah gue iri! Apalagi si Nisa kan nge-crushin Cakra."
"Wah anjay, bakal jadi couple goal kalau kesampaian. Yang satu cantik, yang satunya ganteng. Mana sama-sama pinter!"
Perbincangan senior itu tentu sampai di Sahara yang tak sengaja melintas. Hari ini perpisahan kelas dua belas akan study tour ke Bali. Sebagai kenang-kenangan sekaligus perayaan terakhir.
Sahara mengerucutkan bibirnya menghampiri Cakra, niat hati izin sebentar ke guru demi melepas kepergian sang pemilik hati untuk pergi malah mendengar hal tak mengenakan.
"Hati-hati aku balik ke kelas dulu!" Masih mode cemberutnya lantas Sahara membalikkan badan tanpa menunggu jawaban dari Cakra.
"Ra, gak mau salim dulu."
"Enggak, nanti diliatin orang! Nanti kalau Kak Nisa lihat bisa potek hatinya, tambah lagi musuhku di pelita harapan," sindirnya membuat Cakra langsung menaikkan alisnya tak mengerti.
"Maksudnya? Ra, tunggu dong." Cakra mencekal pergelangan tangan Sahara bersamaan Nisa yang menghampirinya.
"Cakra, ini ada bekal. Aku bawa spesial buat kamu sarapan!" Nisa menyodorkan kotak bekal tuper were membuat Cakra terdiam tanpa berminat mengambilnya.
"Cakra..."
"Eh bentar, adik aku ngambek!" tanpa merespon Nisa, Cakra langsung menyusul Sahara.
"Tuh kan adik, dasar semua cowok sama!" batin Sahara mencak-mencak kesal.
Nisa menatap Cakra dan Sahara dari kejauhan lantas berbalik menuju tempat berkumpulnya siswa kelas dua belas.
"Ra, jangan ngambek dong!"
Sahara menoleh sinis, " di depan cewek yang suka kamu aja, aku dibilang adek. Apalagi nanti kalau kita udah jauhan! kamu jahat ya Cak!"
"Eh gak gitu kan yang awalnya,--"
"Udahlah aku mau masuk ke kelas!" Sahara setengah berlari meninggalkan Cakra. Bersamaan pengumuman toa sekolah meminta anak-anak kelas dua belas berkumpul ke dalam bus kelas masing-masing.
"Ra, sorry Ra!" gumam Cakra. Tak sempat menyusul Sahara ke kelas, akhirnya Cakra memilih mengirimnya pesan.
Tak ada balasan, ia pun pergi tak tenang. Beruntung Rival menemaninya duduk, sementara di belakang ada Arman dan Rio.
"Udah pamit sama Sahara?" tanya Rival dibalas gelengan kepala.
"Ngambek gara-gara Nisa tadi mau kasih aku bekal."
"Terus kamu terima?" tanya Rival.
Cakra menggeleng, "enggak lah, gila kali. Bisa dikira ghosting anak orang."
"Yah padahal lumayan Cak, buat ngemil disini," seloroh Arman langsung mendapat toyoran dari Rival.
"Makan aja teros! Kita mah tipe-tipe laki golongan lele, anti sogokan!" tegas Rival membuat Cakra tanpa sadar tertawa.
"Gak kaya Arman, buaya tapi sering dikadalin." Ledek Rio, sontak lagi-lagi Cakra tertawa, temannya memang segokil itu.
"Ye, kadalnya aja yang rese!"
Hingga bus melaju satu persatu meninggalkan Pelita harapan. Cakra kembali murung, apalagi melihat gerbang semakin jauh. Acara study tour ini akan berlangsung empat hari, selama itu pula Cakra tak bertemu dengan Sahara. Padahal sehari aja berasa seminggu apalagi ini empat hari?
Salahnya Cakra terlalu mempesona di mata Nisa, hingga dengan langkahnya pelan maju menghampiri tempat duduk Cakra dan kembali menyodorkan bekal untuk pemuda itu.
"Sorry, Nis! Aku udah bawa banyak, mau nolak tapi pacarku gak suka aku makan makanan cewek lain." Cakra menunjuk bekalnya sendiri di hadapan Nisa. Baru tahu ternyata, Nisa teman sekelasnya mulai berani terang-terangan mendekat. Padahal selama ini, mereka termasuk teman yang jarang berinteraksi meski sekelas.
"Oh oke, btw selamat ya kamu ikut lolos ke Jakarta dapat beasiswa, aku seneng kita bakalan sekampus!"
"Nis, Nis masa cuma Cakra doang yang kasih selamat. Ke aku juga dong, kita jejeran tau. Jawara sama runner up, udah kaya couple murid berprestasi," seloroh Rival menyelamatkan Cakra.
"Yeee, yaudah sih selamat. Tapi gak usah bilang-bilang soal couple goals juga, ogah lah."
