Bagai mimpi buruk yang nyata, jelas, lagi menekan seorang gadis bernama Sharena setelah dijadikan alat tukar hutang ayahnya pada seorang Presdir kejam, Keanu Abraham. Bukan hanya itu, kehidupannya bagai di neraka semenjak terperangkap dalam kebencian Keanu yang menuduhnya sebagai penyebab kematian saudaranya. Benci, dendam, berselimut luka dan cinta.
“Tegakkan kepalamu, sambutlah neraka di depanmu!” (Keanu Abraham)
“Aku tidak pernah melakukan seperti yang kamu tuduhkan.” (Sharena)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Eh, Tuan sudah bangun? Tadi Non Sharen ada di belakang," jawab mbok art yang tengah sibuk di dapur.
Keanu pun beranjak dari sana, sedikit bingung hendak menemuinya. Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu belakang. Menemukan perempuan itu tengah menyiram tanamannya.
Keanu memperhatikannya dengan jelas, dari jarak pandang yang ia lihat saat ini. Entah penglihatannya yang salah, perempuan itu terlihat pucet. Keanu buru-buru beranjak dan pergi dari tempatnya saat Sharen berbalik dan menyudahi kegiatannya. Perempuan itu berjalan pelan masuk ke rumah.
Keanu yang berada tak jauh dari tempatnya pun menepi, untuk lebih tepatnya menghindari tatapan istrinya yang terlihat sendu. Ia cukup kaget mendapati cara jalan istrinya yang begitu aneh, dan sudah bisa dipastikan karena sisa ulah dirinya semalam.
Sharen menuju ruang makan, ikut menyiapkan sarapan suaminya. Perempuan itu banyak diamnya seolah tidak terjadi apa pun. Berusaha tetap menyiapkan sarapan pagi dengan baik, walau sebenarnya tubuhnya begitu lelah. Ia akan mengistirahatkan nanti, setelah pria itu pergi dari rumah, atau berangkat kerja lebih tepatnya.
Kedua pasangan halal itu duduk anteng di ruang makan. Saling berhadapan satu sama lain tanpa minat keduanya saling menyapa. Sharen yang fokus sama isi piringnya, dan Keanu yang sedikit bingung cara memulai dari mana.
Pria itu menatap lurus ke depan, tepat di mana istrinya berada. Ia memperhatikan dengan detail raut istrinya yang tengah fokus dengan sarapannya. Beberapa nampak begitu jelas ruam keunguan terlukis di leher jenjangnya. Menyisakan tanda kepemilikan yang telah ia ukir semalam, hingga tanpa terasa kembali membuat tubuhnya merespon baik. Sekelebatan bayangan semalam terekam kembali di ingatan, di mana ia merasakan sesuatu yang baru, dan tanpa terasa pria itu menginginkan hal yang sama.
"Ghem!"'
Keanu berdehem pelan, membuat Sharen menghentikan kunyahannya. Memberanikan diri menatap suaminya yang kini tengah menatapnya.
Sharen lebih dulu memutus kontak itu. Lalu menggeser kursi hendak pergi dari tempat yang tidak membuatnya nyaman.
"Tetap di tempatnya, habiskan isi piringnya, setelahnya aku mau kamu ikut denganku," ujar pria itu menyeru.
Perempuan itu terdiam sesaat, menatap suaminya yang kini kembali fokus dengan isi piringnya. Duduk kembali walau hatinya merasa enggan. Selera makannya telah hilang, berganti dengan keresahan dan batin tak tenang. Ia ingin segera beranjak, tetapi rasa takut mengabaikan perintahnya lebih mendominasi.
"Habiskan sendiri, atau perlu tangan aku yang melakukannya," titah Keanu sedikit bernada ancaman. Ia tidak ingin istrinya mengabaikan sarapan, di saat tubuhnya terasa tidak baik-baik saja. Mungkin memang caranya semalam kurang berkenan, tetapi sungguh, ia tidak mempunyai pilihan selain mengunjunginya.
Jujur, ada perasaan tak nyaman dan rasa sesal yang mendera, walau pria itu akui, terlampau sulit untuk melupakan semuanya. Bahkan pengalaman nikmat yang tentu saja baru ia dapat, membuatnya sedikit lebih egois hingga penyesalan itu terkikis dengan rasa bahagia.
Ia belum pernah sedamai ini sebelumnya, belum pernah senyaman ini dalam tidurnya. Apakah efek hormon endorfin sebahagia ini.
Sharen menghabiskan sarapan miliknya di bawah tatapan intens suaminya. Perempuan itu lekas beranjak setelah isi piring itu lenyap berpindah ke perutnya. Menuju kamar, siap menumpahkan kegundahannya yang tak kunjung reda dari semalam.
Perempuan itu pikir, Keanu akan langsung berangkat setelah memastikan dirinya sarapan dengan benar. Ternyata salah, pria itu mengekornya hingga ke kamar, membuat Sharen kembali tak nyaman terus di dekatnya. Apalagi bayangan semalam, masih menyisakan sakit dan rasa tak enak di seluruh tubuhnya. Sepertinya ia butuh istirahat pagi ini untuk sekadar membaringkan tubuhnya.
"Ganti pakaianmu, aku ingin membawamu pergi hari ini," ucap pria itu hingga membuat Sharen bertambah tak semangat.
Bolehkah ia menolak sekali saja permintaannya, sungguh ia sedang tidak enak badan. Tubuhnya masih terasa begitu lelah untuk sekadar aktivitas di luar.
Sharen tidak menyahut, terdiam begitu saja di tempatnya. Membuat Keanu berinisiatif sendiri mengambilkan ganti untuknya. Pria itu kembali dengan pakaian di tangannya.
"Aku tunggu di mobil, tidak lebih dari lima belas menit, atau aku akan kembali dan memasang sendiri ke tubuhmu," ucap pria itu lalu beranjak. Berhenti sejenak di ambang pintu, lalu keluar dan menutup sempurna.
Sharen menukar pakaiannya, ia sedikit kesal mempertontonkan sebagian tubuhnya yang banyak tanda merah. Sangat banyak, benarkah suaminya segila ini, hingga benar-benar membuatnya lelah tak berdaya. Sayangnya pria itu tak mau mengerti sedikit pun dan berbelas kasihan sedikit saja padanya.
Perempuan itu keluar dengan langkah gontai, mendekati mobil Keanu dengan pria itu sudah menunggu di dalamnya. Sharen duduk dengan tenang, tanpa bercakap atau menyapa. Tidak minat juga bertanya hendak ke mana? Yang jelas, perempuan itu merasa damai setelahnya. Sharen ketiduran di dalam mobil.
Keanu yang melihat itu, menepikan mobilnya sejenak, dengan hati-hati menurunkan tuas joknya agar istrinya merasa nyaman. Setelahnya membiarkan perempuannya itu tetap terlelap, hingga tanpa terasa membuka matanya merasakan suasana yang berbeda.
"Di mana aku?" batin Sharen bertanya-tanya. Sebuah jas menyelimuti tubuhnya. Perempuan itu melirik samping, menemukan Kean juga tertidur di sana. Apakah pria itu tidak ke kantor? Kenapa membawanya ke sini?
Sharen menarik diri, mengambil sikap duduk sempurna. Mengabaikan jas Kean di sampingnya, ia menatap sekitar, hamparan lautan lepas yang terpampang di depannya. Untuk apa pria itu membawanya ke sini.
"Sudah bangun?" sapa Kean untuk yang pertama setelah membuka mata.
Sharen hanya mengangguk tanpa kata.
"Sudah di sini? Tidak mau turun?" ujar pria itu menginterupsi.
"Kenapa membawaku ke sini?" tanya Sharen yang terlintas dalam pikiran pertamanya.
"Sepertinya kamu perlu dengan suasana baru, ayo turun!" titahnya datar.
Sedikit ragu perempuan itu menginjakan kakinya di hamparan pasir. Ada perasaan entah kala menatap jauh di sana, seakan harapan-harapan yang dulu pernah ada kembali menyala.
"Apa kamu menyukai tempat ini?" tanya Keanu sedikit penghiburan. Dirinya juga butuh suasana baru.
"Iya," jawab Sharen jujur. Ia menyukai suasana pantai yang menenangkan. Sejenak ia menghirup udara bebas di sekitarnya, merasakan kembali perasaan tenang, walaupun mungkin hanya sesaat, ia ingin menikmati hari ini tanpa beban di pikirannya.