Hanya cerita fiksi‼️
Seorang wanita solehah bertemu dengan pria arogan pemaksa?.
Pria dengan sejuta pesonanya tapi dibalik wajahnya yang tampan terdapat sifat pemaksa, posesif dan bahkan pemarah.
"you are mine"
Dan sialnya pria itu adalah putra tunggal dari keluarga billionaire yang perintahnya tidak bisa di bantah siapapun.
Semua kemauan pria itu harus terpenuhi!.
Happy reading:)
Guys kalau ada kata-kata yang salah atau kalimat apapun itu. Komen ya karena aku juga baru belajar hehe.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blursky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Izin
Mobil Ellard melaju kencang membelah jalanan kota New York. Didalam mobil itu hanya tercipta keheningan, Dara yang melihat keluar kaca mobil sedangkan Ellard entah apa yang dilakukan pria itu. Sejak tadi dia hanya bergulat dengan laptopnya, kadang Dara mencuri pandang kearahnya. Melihat wajah Ellard yang serius menatap layar laptopnya membuat aura tersendiri baginya.
"Ada apa?." Tanya Ellard tanpa mengalihkan pandangannya.
"T-tidak." Jawab Dara gelalapan, ia langsung memutar tubuhnya kearah kaca jendela. Tiba-tiba tangan kekar menarik pinggangnya membuat gadis itu sedikit terkejut. Ellard membawa kepala Dara kedada bidangnya, tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus kepala gadis itu sedangkan jari-jari tangan kirinya masih menari dibawah keyboard laptop.
Dara menelan salivanya sendiri ia harus menormalkan kembali detak jantungnya yang berdegup tidak beraturan. Dara mendongak menatap wajah Ellard lalu kembali melihat depan. Pria itu masih fokus pada laptopnya, sesekali memberinya kecupan di kepalanya.
Dara melihat layar laptop mencoba mencari tahu apa yang sedang dikerjakan pria itu. Dara melihat banyak angka-angka yang ia sendiri tidak mengerti rumus apa itu, terlebih kalimat yang digunakan adalah bahasa Belanda.
Tiba-tiba saja Dara mengingat jika ada hal penting yang harus ia tanyakan pada pria ini.
"Ell." Panggil Dara pelan.
"Ya?."
"Apa aku menganggu?." Tanya Dara.
Ellard menarik tangannya yang berada di kepala Dara lalu menutup laptopnya dan meletakkannya disamping tempat duduknya.
"Tidak, kau ingin mengatakan sesuatu?." Tanya Ellard, tangan pria itu kembali menarik kepala Dara lalu memberinya kecupan.
"Ya, ada olimpiade yang harus aku ikuti." Ucap Dara pelan.
"Olimpiade?." Tanya Ellard sambil mengerutkan keningnya, ingatannya kembali mengulang saat dia baru saja bertemu Dara diruang kepala sekolah waktu itu ia tau bahwa mereka sedang membahas olimpiade.
"Bersama Devan?." Tanya pria itu tiba-tiba dengan raut wajah datar.
"Eh kamu tau?." Tanya Dara binggung sepertinya ia tidak pernah memberi tahu pria ini. Kemudian Dara mendongak menatap wajah Ellard saat ia menyadari pria itu dalam mood yang buruk Dara lalu kembali menatap depan.
"Benar?." Tanya Ellard lagi.
"I-tu masih banyak lagi yang mengikutinya, hanya saja aku dan Devan mengikuti olimpiade yang sama." Jawab Dara pelan.
"Kalau begitu tidak perlu ikut."
"Ell." Ucap Dara mendongakkan kepalanya menatap Ellard yang juga sedang menatapnya.
"Tidak Dara."
"Ell ini olimpiade terakhir yang akan aku ikuti." Ucap Dara sambil mengedip-ngedipkan matanya dengan kepala mendongak menatap wajah Ellard.
Ellard langsung memalingkan wajahnya kearah lain Oh **** gadisnya imut sekali. Mata bulat dan bulu mata lentik itu mengerjap kearahnya.
"Wajahmu kenapa Ell?." Tanya Dara saat melihat wajah Ellard merah, ia lalu meletakkan punggung tangannya dikening pria itu.
Ah sial!!
Ellard langsung merengkuh tengkuk leher Dara menempelkan bibirnya kebibir gadis itu, Dara yang terkejut langsung mencengkram jaket kulit pria itu dengan kedua tangannya.
Ellard menghisap bibir Dara dalam lalu melu*atnya menikmati rasa bibir gadisnya.
"Aku mencintaimu." Ucapnya pelan lalu kembali menempelkan bibirnya kebibir Dara, tanpa memberi waktu gadis itu untuk bernafas. Ellard mengigit bibir bawah Dara, lalu melepaskan ciumannya saat merasa Dara membutuhkan pasokan oksigen.
Dara langsung mengambil udara dalam-dalam wajah gadis itu memerah bak kepiting rebus. Rasanya dia ingin menghilang dari sini, Ellard benar-benar melupakan dimana mereka sedang berada. Bahkan gadis itu tidak berani menatap sopir yang berada didepan yang sudah pasti melihat perbuatan mereka, benar-benar membuatnya malu.
"Mau lagi?." Tanya Ellard menyentuh pipi Dara sembari membersihkan bibir gadisnya mengunakan ibu jarinya akibat perbuatanya tadi.
"T-tidak." Jawab Dara cepat lalu memalingkan wajahnya kearah lain, jantungnya berdebar kencang saat bertatapan dengan bola mata biru Ellard. Ucapan Ellard ditengah-tengah ciuman mereka langsung terngiang di telinganya.
Aku mencintaimu
Dara memejamkan matanya untuk menormalkan kembali detak jantungnya.
"Aku mengizinkanmu."
"A-apa?."
"Mengikuti olimpiade itu." Jawab Ellard.
"B-benarkah?." Tanya gadis itu setengah tidak percaya.
"Ya." Ucap Ellard.
******
"Dara kenapa bibirmu bengkak?." Tanya Thisa membuat Dara langsung membelalakkan matanya dengan cepat gadis itu menutupi mulutnya mengunakan kerudungnya.
"Itu seperti-."
"Em This bukankah kamu mau tanya sesuatu padaku?." Ucap Dara mengalihkan pembicaraan berharap gadis didepannya ini tidak curiga.
"Ah iya benar!! Dara katakan padaku apa hubunganmu dengan pria itu?!." Tanya Thisa menggebu-gebu.
Niatnya ingin pertanyaan yang tidak bisa ia jawab sekarang dirinya malah terjebak dipertanyakan lain, pikir Dara.
"I-tu aku, dia-."
"Dara!."
Ucapan Dara terpotong oleh suara seseorang membuat kedua gadis itu menoleh bersamaan.
"Devan?." Ucap Dara lalu menengok kearah Thisa, dan benar saja gadis itu terbengong menatap Devan.
"Kita harus keruang guru membahas keberangkatan ke California." Ucap Devan menatap wajah Dara.
"Ya baiklah, em Devan kamu keruang guru saja dulu aku akan menyusul nanti." Ucap Dara mencari aman, jika Ellard tahu dirinya yakin keputusan pria itu akan berubah dan itu masalah untuknya.
"Kita bersama saja, bukankah kau juga akan kesana."
"Ya t-tapi." Ucapnya binggung ia melirik kearah Thisa yang masih menatap Devan sambil tersenyum
"Aku masih ada urusan dengan Thisa sebaiknya kamu duluan saja." Ucap Dara.
"Benarkah? dengan dia?." Tanya Devan menunjuk kearah Thisa.
"Iya, benarkan This?." Ucap Dara menatap Thisa sambil memohon agar gadis itu peka.
"Tidak, tentu tidak kami tidak mempunyai urusan aku akan mengantar Dara keruang guru. Ayo Dara!." Jawab Thisa semangat, gadis itu masih memandangi wajah Devan sambil tersenyum bodoh kearahnya.
Dara langsung menutup matanya, Thisa benar-benar tidak peka terhadap keadaan. Tapi ia beruntung jika gadis itu mau mengantarkannya keruang guru, setidaknya ia bisa menghindari mata elang milik Ellard yang kapanpun bisa menerkamnya.
"Tidak perlu hanya aku dan Dara yang diminta keruang guru, kau kembali saja." Ucap Devan datar, gadis yang menatapnya ini benar-benar membuatnya risih.
"Eh tidak biarkan Thisa ikut saja, ayo Thisa." Ucap Dara mengandeng tangan Thisa lalu berjalan kearah ruang guru.
Devan menghembuskan nafasnya kasar,
Sepertinya ada yang salah dengannya akhir-akhir ini lebih tepatnya setelah kedatangan Ellard. Batin Devan lalu berjalan mengikuti kedua gadis itu.
*******
Bel pulang sekolah sudah berbunyi Dara berjalan keluar gerbang sekolah HIS. Gadis itu berjalan sambil menundukkan kepalanya dan memegang kedua tali tas gendong miliknya.
Bruk
Dara mendongakkan kepalanya saat seseorang menabrak bahunya. Gadis itu terkejut saat melihat pria berbadan tegap sedang berdiri didepannya, bahkan ia memundurkan langkahnya.
"Sorry." Ucapnya singkat lalu pergi menuju parkiran mobil.
Dara tercengang benarkah tadi itu Jhon?, pria itu meminta maaf padanya?. Sikap Jhon yang tidak seperti sebelumnya membuat dirinya sedikit takut. Biasanya dia dan Michel tidak pernah absen untuk menyuruhnya ini dan itu tapi akhir-akhir ini mereka berdua terlihat biasa saja. Jika Feli? ah wanita itu selalu melihatnya dengan tatapan mengintimidasi tapi tidak pernah membuat masalah dengannya dan Dara paham, mungkin karena perbuatan Ellard waktu itu.
Lamunan Dara buyar saat mendengar suara klakson mobil, ia melihat kejalan dan benar saja mobil yang sering mengantarnya dan Ellard kesekolah ada disana.
Seorang pria berbaju hitam turun dari mobil berjalan menuju kearahnya. Dara langsung menoleh kekanan dan kekiri takut jika ada yang melihatnya, setelah merasa tidak ada orang gadis itu berjalan cepat kearah pria itu.
"Nona." Sapanya sambil membungkukkan setengah badannya.
"Ehh ya jangan seperti ini disini, kenapa menjemput ku disini? kenapa tidak ditempat biasanya? dan apa Ellard ada di mobil?." Tanya Dara dengan wajah cemas sambil menengok kebelakang khawatir jika ada yang melihatnya.
"Tuan muda yang menyuruh saya menjemput nona langsung disini, tuan muda ada urusan jadi beliau pergi sebelum jam pelajaran selesai." Jawabnya menundukkan kepalanya.
"Benarkah? jadi Ellard membolos? eh jangan bahas itu disini, ayo kemobil." Ucap Dara lalu berjalan cepat kearah mobil.
Pria itu membukakan pintu mobil, saat Dara sudah masuk kedalam ia menutupnya lalu membuka pintu depan dan duduk di kursi kemudi.
*******
Sebuah mobil Ferrari hitam terparkir dihalaman sekolah, pria yang berada didalamnya sedang menatap lurus kedepan sambil menghisap satu batang rokoknya lalu menghembuskanya keluar jendela.
"Nona muda Walton." Ucapnya lalu tersenyum miring pria itu mengambil sekaleng bir lalu meneguknya kemudian menjalankan mobilnya keluar gerbang HIS.
******
"Nona tuan meminta saya untuk menelfonya jika anda sudah pulang." Ucap sopir itu melirik kearah spion lalu kembali melihat depan.
"Baiklah." Jawab Dara sambil menganggukkan kepalanya.
Pria berbaju hitam itu mengambil ponsel saku bajunya lalu mendial nomor telepon Ellard dengan satu tangannya.
"Apa Dara sudah pulang?."
"Iya tuan, sebentar saya berikan ponselnya kepada nona muda." Ucap sopir itu lalu membalikkan badannya.
"Ini nona."
"Baiklah terimaksih." Ucap Dara menerima ponsel itu lalu menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
"Halo Dara kau sudah dimobil?." Tanya Ellard diseberang sana.
"Ya, kamu kemana Ell?."
"Aku ada sedikit urusan saat aku kembali kau sudah harus berada dimansion. Adam akan memberimu ponsel, aku lupa jika kau belum memilikinya."
"Baiklah, hati-hati."
"Dara jika sopir itu berani macam-macam denganmu jangan ragu memberitahu diriku atau jika perlu habisi saja dia jika berani menyentuhmu."
Dara langsung memelototkan matanya saat mendengarnya pria yang menjadi suaminya ini gampang sekali mengucapakan pembunuhan didepannya.
"Ell-."
"Aku mengerti, hati-hati dan kau harus berada dimansion sebelum aku kembali, mengerti?." Tanya Ellard.
"Aku mengerti." Jawab Dara lalu Ellard memutuskan sambungan teleponnya.
"Ini, terimakasih ya." Ucap Dara memberikan ponselnya kepada sopir.
"Sama-sama nona."
*****
"Kau lelah sayang?."
"Hmm ya, kau harus memuaskan diriku hari ini." Ucap seorang pria sambil memejamkan matanya dan menyenderkan punggungnya disofa.
"Tentu, tapi Jhon kau bilang akan membalaskan perbuatannya untukku." Ucap Michel lalu duduk dipangkuan Jhon sambil meraba dada pria itu.
"Tunggu saja aku harus bergerak hati-hati." Ucap Ucapnya sambil memijit pelipisnya.
"Kenapa?!! bukankah gadis itu hanya gadis biasa?! Jhon kau tidak pernah takut kepada siapapun bukan? dan kau juga bilang akan membalas perbuatan Ellard, padahal kau tau sendiri dia bukan orang biasa. Tapi kenapa saat gadis sampah itu kau harus takut?!." Ucap Michel tidak terima.
"Dengar!." Ucap Jhon mencengkram erat pipi wanita itu.
"Aku tidak takut padanya! kau tidak tau siapa dia sebenarnya." Ucap Jhon lalu melepaskan pipi Michel dengan kasar.
"Lalu kenapa kau belum juga membalasnya?."
Saat akan menjawabnya tiba-tiba ponsel di jaket pria itu berbunyi, Jhon merogoh saku jaketnya lalu melihat layar ponselnya.
Jhon langsung berdiri dari duduknya melupakan jika ada Michel yang sedang duduk pangkuannya. Membuat gadis itu mendengus kesal lalu berpindah duduk disofa dan meminum segelas anggur dimeja.
"Hmm?."
"......"
"Bagaimana bisa!!." Bentak Jhon keras.
"....."
"Aku tidak mau tau!! cari dia sampai ketemu!!."
"....."
"Aku akan menghabisimu jika dia sampai hilang!."
"...."
"Arghhh." Ucap Jhon keras lalu berjalan kemeja dan menyambar kunci mobilnya.
"Jhon kau mau kemana?." Ucap Michel memegang lengan pria itu.
"Jhon kau belum menjawab pertanyaanku kapan kau akan kau akan membalaskan perbuatan mereka kepadaku?." Tanya Michel kesal.
Jhon langsung melepaskan tangannya kasar membuat wanita itu jatuh tersungkur dilantai.
"Dengar! ada urusan yang lebih penting dari ini dan jangan pernah memerintah ku!. Aku akan bergerak sesuai dengan keinginanku sendiri." Ucapnya lalu melangkah keluar dengan langkah cepat.
"Arhgg dasar pria itu juga tidak bisa aku andalkan." Ucap Michel kesal sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan kasar. Kemudian melangkah kearah kamar mandi untuk menganti lingerienya.
*****
Dara menatap jalanan lewat kaca mobilnya, jalanan ini lumayan padat banyak kendaraan yang berlalu-lalang padahal belum jam pulang kantor mungkin mereka ingin membeli perlengkapan musim dingin, pikirnya.
"Paman bisakah kita berhenti diminimarket? aku ingin membeli minuman sebentar." Ucap Dara pada sopir didepan.
"Baik nona." Ucapnya.
Lima menit perjalanan akhirnya mobil yang ditumpangi Dara berhenti didepan minimarket. Saat Dara akan membuka pintu mobilnya, sopir itu mengentikannya.
"Nona biar saya saja diluar lumayan dingin, minuman apa yang anda inginkan?." Tanya sopir itu.
"Em baiklah, satu botol jus buah bit dan satu gelas kopi." Ucap Dara.
"Baik nona." Ucapnya lalu membuka pintu mobilnya.
"Eh uangnya." Ucap Dara ikut membuka pintu mobilnya.
"Tuan muda yang menanggung semuanya nona, anda kembali kedalam mobil saja nona."
Walaupun binggung tapi Dara hanya mengangguk lalu masuk kedalam.
Saat sopir itu sudah masuk kedalam minimarket Dara hanya melihat sekeliling dari dalam mobil.
Tiba-tiba pandangannya melihat seorang anak laki-laki yang berdiri dipinggir trotoar ingin menyebrang jalan. Dara melihat jika pandangan anak itu kosong membuatnya khawatir.
Dara membuka pintu mobilnya lalu berjalan kearah anak itu bertepatan dengan itu. Anak laki-laki yang dilihatnya menyebrangi jalan raya.
Tin....Tin...Tinn..
"Nak awas!!." Teriak Dara lalu berlari kearahnya.
Bruk...
"Kamu tidak apa-apa nak, ada yang terluka?." Tanya Dara cemas lalu memegang setiap inchi tubuh anak itu.
Dara berdiri dari duduknya menggandeng anak itu mengajaknya duduk dikursi depan supermarket.
"Nak hati-hati ya lain kali jika ingin menyabrang jalan raya, kamu harus mencari zebra cross jika ingin menyabrang jangan sembarangan seperti tadi." Ucap Dara sambil membersihkan baju anak itu karena terkena pasir saat mereka terjatuh bersama.
"Dimana orang tua mu?." Tanya Dara melihat wajah anak itu. Wajah anak ini mirip seseorang tapi Dara tidak tau siapa itu.
Pemikirannya buyar saat melihat anak laki-laki itu terus menatapnya.
"Nak ada apa? dimana orang tua mu?." Tanya dara sekali lagi.
"Apa kamu terpisah dengan orang tuamu?."
Tetap saja anak itu hanya diam saja tidak menjawab semua pertanyaan Dara.
"Nak siapa namamu?." Tanya Dara dengan bahasa isyarat.
"Daminan." Ucapnya datar membuat Dara terkejut ternyata anak ini tidak bisu, pikirnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Oh haha ternyata kamu bisa berbicara." Ucap Dara tertawa canggung, tatapan anak kecil ini benar-benar mengintimidasinya.
"Em Daminan, dimana orangtuamu?." Tanya Dara lagi dan sama seperti tadi anak ini hanya diam saja sambil menatapnya tajam membuat Dara sedikit salah tingkah. Anak ini sangat tampan diusianya yang terbilang masih kecil, Dara yakin jika anak ini akan menjadi bintang sekolah saat dia dewasa kelak.
"Baiklah Daminan sepertinya kamu tidak akan menjawabnya ya? sekarang kakak tanya apa kamu merasa ada yang sakit?." Tanya Dara.
Anak itu hanya diam saja sambil menatap wajah Dara, membuat Dara menghembuskan nafasnya pelan.
"Kakak cek lagi ya." Ucap Dara lalu mulai melihat tubuh anak itu, sangat disayangkan jika anak tampan ini memiliki bekas luka ditubuhnya, pikir Dara lalu membuka pakaian belakang anak itu mengingat anak ini terjatuh terlentang tadi.
Dara terkejut saat melihat bekas memar dipunggung anak itu saat akan melihatnya lebih anak itu melepaskan dirinya.
"Coba kakak lihat lagi." Ucap Dara memegang pergelangan tangan Daminan.
"Tidak perlu." Jawabnya datar.
"Kemari." Ucap Dara lalu mengangkat tubuh anak itu untuk duduk dipangkuannya.
Saat Dara akan mulai melihat lagi punggung anak itu pandangannya tidak sengaja melihat kearah leher Daminan terlihat seperti gambar naga disana saat dirinya akan melihatnya lebih jelas, anak itu turun dengan cepat dari pangkuan Dara.
"Tidak perlu." Ucapnya lagi tanpa senyuman dan tanpa nada.
"Nak, kamu, Daminan kamu sudah memiliki tatto?." Tanya Dara terkejut lalu berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada tinggi anak itu.
"Tidak."
"Jujur pada kakak, kau sudah bertatto? siapa yang mengajarimu?." Tanya Dara memegang kedua lengan anak itu.
"Tid-."
"Tuan muda." Ucap seorang pria berbadan besar membuat keduanya menoleh.
Terlihat ada sekitar lima orang berbaju hitam dengan wajah menyeramkan, tatto di sekujur tubuhnya dan mereka sama sekali tidak tersenyum.
"Ya." Ucap Daminan lalu berjalan kearah para pria itu.
"Daminan kamu kenal mereka?." Tanya Dara memegang pergelangan tangan anak itu.
"Ya." Ucap Daminan membuat Dara melepaskan cekalan tangannya.
"Jika kamu tidak mengenal mereka bilang pada kakak, jangan takut kakak akan melindungi mu dari mereka." Bisik Dara, ia berpikir jika anak ini diculik oleh segerombolan pria itu mengingat ada memar ditubuhnya dan mereka terlihat menyeramkan.
Anak itu menarik sedikit ujung bibirnya, dari wajahnya saja gadis itu terlihat takut dan bilang ingin menyelamatkannya? pikir Daminan.
"Tidak." Jawabnya lalu melepaskan tangannya dan berjalan kearah para pria itu.
"Eh baiklah jika kamu mengenalnya, em paman Damian terluka tolong nanti diobati ya." Pinta Dara.
Para pria itu tidak menjawab, mereka membalikan badannya berjalan kearah mobil hitam yang terparkir dijalanan. Dua orang pria itu sama-sama memegang erat kedua tangan anak kecil itu, membuat Dara sedikit curiga kepada mereka.
"Nona maaf saya lama, antriannya panjang sekali." Ucap sopir Dara membuat gadis itu sedikit terkejut.
"Ya paman tidak apa-apa, terimaksih dan kopinya untuk paman." Ucap Dara menerima sebotol jus ditangannya.
"Tapi nona-."
"Tidak apa-apa, aku tidak minum kopi ayo paman kita pulang. Jika Ell sampai lebih dulu kita akan mendapat masalah besar." Ucap Dara berjalan kearah mobilnya.
Bersambung......
Tempat Bagi orang yang tidak sholat
"Apakah yang memasukkan kamu kedalam Saqar (neraka)?."
mereka menjawab
"Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan sholat."
(Al Muddatstsir :42-43)
Azab neraka terlalu pedih untuk kita bersantai-santai meninggalkan sholat!!!.