Nisa. gadis yang tidak sengaja bertemu dengan laki-laki yang bernama Aslan. dan keduanya dalam kondisi terpuruk.
Nisa yang mendapati kenyataan, kalau kekasih hatinya lebih memilih perempuan lain merasa sangat terpukul, padahal hari itu Mereka sudah berjanji akan pergi mendaftarkan pernikahan mereka.
dan ketika melihat laki-laki yang didorong keluar dan sampai terjatuh itu, dan kejadian yang tepat di depan matanya membuatnya langsung berpikir dan bertindak. Nisa langsung mengajaknya menikah, walaupun dia tahu kalau laki-laki itu adalah orang asing.
lalu bagaimana kelanjutan mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. insting yang tajam
Tak terasa, mereka sudah tiga hari menghabiskan waktu bersama di hotel. Dan perlahan mereka mulai menerima satu sama lain. cinta di dalam hati mereka juga mulai tumbuh dan mulai dipupuk dengan baik.
"sudah siap semuanya sayang..? waktunya untuk pulang ya.?" ucap Aslan kepada istrinya dengan panggilan sayang. Tanpa mereka ketahui, kalau di luar sana, keluarga Purnomo sedang mencari keberadaan mereka.
"sudah semuanya Kak. gila ya Kak.. barangnya banyak juga. padahal kita datang ke sini tanpa membawa apa-apa, kecuali tas kecil dan baju yang melekat di tubuh kita. tapi setelah 3 hari, kita sudah ada tas jinjing yang besar seperti ini. dan anehnya, isinya baju semua.." tutur Nisa sambil tersenyum ke arah suaminya. Aslan juga ikut tersenyum, perlahan-lahan tampilan Aslan mulai berubah.
dari wajahnya yang terlihat kurus, kulit yang kusam, baju yang lusuh, dan seperti mayat hidup. namun perlahan-lahan, semua itu mulai berubah. Aslan sudah terlihat lebih terurus, pipinya juga sudah mulai terisi. kulit sudah mulai sedikit lebih terang, dan mulai terlihat tampan.
"kalau kamu mau lagi.. Kakak bisa beliinnya lagi Sayang.." tutur Aslan.
"oh enggak Kak.. nanti aja. kita kan ada rencana mau pulang kampung, dan membangun rumah di sana. uangnya Kakak simpan aja dulu, agar nanti sampai di kampung kita bisa bangun rumah dengan cepat." tuturnya sambil tersenyum. Aslan pun mengganggu-anggukkan kepalanya.
tentu saja, setiap mereka selesai bermesraan, atau hanya berbincang-bincang saja, atau pada saat Nisa tertidur pulas, Aslan tak lupa menanamkan modalnya dan bermain saham sehingga, Ia mendapatkan cashback tak main-main. bahkan pendapatannya selama 3 hari ini hampir mencapai puluhan miliar. jadi dia tidak pernah khawatir akan kekurangan dan kehabisan uang.
Aslan diam beberapa saat.
"sayang.. bagaimana, kita mulai sekarang siapkan keberangkatan kita. lagi pula di sini kita tidak memiliki pekerjaan. kamu juga Sudah dipecat, dan bahkan atasan Kamu sudah mengirimkan uang lebih dari kamu. dan cari pekerjaan juga cukup sulit. begitu pula dengan aku.. tidak ada orang yang mau mengambilku menjadi sebagai pekerja tetap. dan, aku juga tidak berencana untuk melamar pekerjaan di kantor. bagaimana, kalau kita langsung merencanakan dalam Minggu ini untuk pulang kampung." tutur Aslan yang membuat terdiam sejenak.
"jujur saja dek.. perasaanku tidak nyaman sekarang. mungkin, ini hanya perasaan kakak saja. tapi sungguh, Kakak akui rasa ini sudah mulai tidak nyaman. Kakak merasa, kalau keluarga Pramono mencari kakak. dan aku takut akibatnya akan fatal ke kamu. Kakak juga bisa melawan sih, hanya saja kakak tidak ingin memperpanjang masalah dan melibatkan kamu." tuturnya yang tiba-tiba mengutarakan apa yang ia rasakan. biasanya firasatnya tak pernah melenceng, entah bagaimana caranya Dia memiliki firasat yang sangat tajam seperti ini.
dia sudah menandainya sejak dulu-dulu. kalau dia merasa tidak nyaman dalam hati dan merasakan bahaya, dia akan menunda kepergiannya, atau begitu pula menunda kepulangannya. entah mengapa, dalam hal insting Dia sangat tajam, dan sangat pandai meramalkan sesuatu. tapi bukan berarti, Dia memiliki kemampuan khusus.
"kalau begitu menurut kakak.. aku oke-oke aja. aku juga tidak ingin terjadi apa-apa dengan kakak." tutur nisa yang mulai mencemaskan keselamatan suaminya. Aslan pun langsung tersenyum-senang.
"kalau begitu, mumpung ini masih siang, dan nanti kita check out-nya sore, ayo kita ke showroom mobil. kakak ingin beli mobil, agar nanti besok kita langsung muat." tuturnya lagi. Nisa yang mendengar itu tentu saja hanya bisa menurut.
"kalau begitu menurut kakak, aku ikut aja Kak. Ya sudah yuk.. aku juga sudah selesai packing-packingnya. kita tinggalkan saja di sini." akhirnya setelah itu, Nisa hanya mengambil tas jinjingnya yang kecil saja. kemudian, langsung mengikuti suaminya keluar dari kamar hotel.
Aslan, terlihat sangat waspada sekarang. sebisa mungkin dia harus menghindari keluarga Pramono. bukan apa-apa, dia hanya tidak ingin menjadi tontonan, dan sangat malas menghadapi drama keluarga itu. Dia sekarang sudah bebas, sudah memiliki tanggung jawab sendiri. dan dia tidak mau terlibat kembali dengan keluarga angkatnya yang sangat otoriter itu dan tak memilikinya kebebasan dalam kehidupan ini.
Mereka pun langsung memesan taksi dan pergi menuju showroom mobil. pilihan mereka tertuju kepada mobil Pajero, karena menurutnya mobil itu cukup tinggi, sehingga bisa dibawa dalam medan apapun.
"gimana Sayang..? Kamu suka yang warna apa.?" tanya Aslan kepada istrinya.
"yang mana aja deh kak. Aku suka semuanya.. kalau aku punya uang, aku akan beli mobil berbagai merk hehehe.." tuturnya dengan candaan.
"kalau begitu beli saja sayang.." seru Aslan membuat mata Nisa melotot.
"haiya.. aku cuma bercanda Kak. Jangan dianggap serius.. awas ya kalau Kakak beli semua merk, aku suruh Kakak tidur di luar." Aslan yang mendengar itu langsung terkekeh lucu. dia tentu tak akan sanggup tidur di luar, apalagi saat ini dirinya sudah menerima keberadaan sang istri dalam hidupnya.
"aku tidak beli.. aku tidak beli.. Aku tidak mau tidur di luar soalnya.." ucapnya sambil memasang ekspresi Suami takut istri. Nisa yang mendengar itu pun tersenyum dan langsung merangkul lengan suaminya.
sementara sang sales yang melihat kemesraan suami istri itu hanya bisa tersenyum dan menatap iri. jarang-jarang ada seorang laki-laki yang meratukan istrinya. namun memang tak sedikit juga seorang laki-laki yang pandai menghargai pasangannya.
"ya sudah, ayo kita bayar kak. setelah bayar kita langsung kembali dan pulang ke kontrakan." tuturnya lagi.
"baiklah kalau begitu.. tolong mobil yang warna silver ini saja.." tutur Aslan kepada salesnya. sales itupun tersenyum senang, karena harga Pajero tentu saja tidak murah.
"kalau begitu silakan duduk dulu dan tunggu sebentar ya pak. Saya akan membantu menguruskan prosedurnya." Aslan pun menganggukkan kepalanya dengan tampang yang terlihat datar dan biasa-biasa saja.
Aslan pun langsung mengajak istrinya duduk di kursi yang telah disediakan, sementara salesnya langsung bergerak cepat untuk mengurus prosedur pembelian mobil Pajero itu, dan membuatkan mobil itu atas nama istri Aslan.
tak butuh lama mereka duduk menunggu, salesnya datang dan langsung meminta acuan untuk membubuhkan tanda tangannya di sana. dan hari itu juga, mobilnya sudah bisa dibawa pulang. Aslan yang memang belajar mobil otodidak, langsung mengambil alih sitir untuk membawa mobil tersebut.
"kita ke toko elektronik dulu ya sayang ya.. kita beli komputer, dan beberapa barang elektronik lainnya." tuturnya.
"kalau begitu sekalian aja beli barang elektronik yang perlengkapan rumah tangga itu Kak.. mana tahu, sampai di kampung harganya jauh lebih mahal ketimbang di sini." tutur Nisa yang tentu saja mengetahui apa yang ada di desanya.
"boleh-boleh.. kalau begitu kita berangkat." akhirnya mereka pun langsung menuju toko elektronik. di sana Aslan membeli 1 unit komputer. walaupun dia sudah punya laptop, tapi komputer juga sangat dibutuhkan keberadaannya.
setelah selesai membeli komputer, Mereka pun langsung beralih membeli barang elektronik lainnya, seperti vacuum cleaner, magic com, kompor gas, dan beberapa peralatan rumah tangga lainnya yang bisa dimuat di dalam mobil. setelah itu, mereka Langsung kembali ke hotel untuk mengambil bareng mereka, dan sekaligus langsung melakukan check out.