Sebuah novel dengan beragam jenis kisah horor, baik pengalaman pribadi maupun hasil imajinasi. Novel ini terdiri dari beberapa cerita bergenre horor yang akan menemani malam-malam mencekam pembaca
•HOROR MISTIS/GAIB
•HOROR THRILLER
•HOROR ROMANSA
•HOROR KOMEDI
Horor Komedi
Horor Psikopat
Horor Mencekam
Horor Tragis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayam Kampoeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 TEROR LEAK Part 25 END
Pertemuan dalam mimpi itu menjadi titik balik terakhir bagi Bagus. Di tepi danau yang diselimuti kabut, Marni muncul seperti cahaya yang menembus gelapnya hati. kalimatnya yang berbunyi, “Hiduplah dengan bahagia. Untukku,” bukan sekedar pesan perpisahan, melainkan warisan yang menuntunnya keluar dari bayang-bayang duka.
Sejak malam itu, Bagus tidak lagi memeluk kenangan sebagai luka, melainkan sebagai kekuatan. Dia tidak melupakan Marni, karena hal itu mustahil. Tapi dia mengubah cara pandangnya. Dari sebuah rasa kehilangan yang dulu menggerogoti, menjadi sumber cahaya yang mendorongnya untuk hidup lebih memaknai arti kehidupan, lebih jujur, dan lebih berani.
Tahun-tahun berlalu, dan desa Banjaran perlahan pulih dari masa kelam. Desa itu kembali bernafas, meski jejak-jejak masa lalu masih tertanam di tanahnya. Di tengah proses pemulihan itu, datanglah seorang wanita dari Denpasar. Namanya Putu, seorang guru seni tradisional Bali yang datang untuk memimpin proyek budaya.
Putu membawa serta semangat baru, warna-warni kain tenun, dan cerita tentang tari-tarian Bali yang menyimpan filosofi kehidupan.
Putu bukan hanya cerdas dan berbakat, tapi juga memiliki kehangatan yang menenangkan. Tatapan matanya dalam, seperti menyimpan dan memahami banyak hal, dan di dalam kedalaman matanya, Bagus melihat bayangan Marni, bukan sebagai pengganti, tetapi sebagai gema yang lembut.
Awalnya, Bagus menjaga jarak. Dia takut hatinya mengkhianati cinta yang pernah dia janjikan pada arwah Marni. Dia takut bahwa jika dirinya membuka diri berarti dia melupakan Marni. Tapi Putu tidak memaksa. Dia menghormati ruang itu, dan justru menunjukkan ketertarikan yang tulus.
Mereka mulai berbagi kata, awalnya tentang budaya dan sejarah, lalu tentang kehidupan, tentang kehilangan, dan tentang harapan. Dalam percakapan-percakapan itu, Bagus mulai membuka pintu hatinya sedikit demi sedikit.
Bagus bercerita tentang Marni, bukan dengan air mata, tetapi dengan kemilau bangga di matanya. Putu mendengarkan, tidak dengan cemburu, melainkan dengan penuh kekaguman. Dia melihat cinta Bagus sebagai sesuatu yang indah, bukan sebagai ancaman.
Hubungan mereka tumbuh perlahan, seperti pohon yang berakar kuat di tanah yang telah dibersihkan dari duri-duri masa lalu. Putu memahami bahwa cinta Bagus pada Marni adalah bagian tak terpisahkan dari dirinya. Dia tidak berusaha menghapusnya, melainkan merangkulnya sebagai bagian dari perjalanan hidup Bagus.
Ketika akhirnya mereka menikah dalam upacara sederhana di bawah langit desa Banjaran, semua warga desa hadir. Pak Wayan, yang sudah seperti ayah bagi Bagus, menangis bahagia. Dia berkata, “Putriku yang di atas sana pasti merestui.” Dan semua orang percaya akan hal itu.
Dari cinta mereka, lahirlah seorang anak perempuan yang diberi nama Maya Rengganis. Nama itu bukan sembarang nama. Maya, yang berarti “ilusi” atau “keajaiban” dalam bahasa Sansekerta, adalah penghormatan pada dunia gaib yang pernah menyatukan Bagus dan Marni.
Rengganis, diambil dari nama ibu Marni, merupakan simbol penebusan dan kekuatan perempuan. Maya tumbuh dalam pelukan cinta dan cerita. Setiap malam, sebelum tidur, Bagus akan menceritakan kisah tentang “Bibi Marni”, penjaga gaib desa yang baik hati dan pemberani.
Bagus tidak menyembunyikan masa lalu dirinya dari sang anak. Dia menjadikannya dongeng, pelajaran tentang keberanian, pengorbanan, dan cinta yang tidak mengenal batas.
Kadang-kadang, saat bulan purnama, Maya akan berkata bahwa dia melihat seorang perempuan cantik dengan selendang merah tersenyum padanya dari balik jendela. Bagus dan Putu hanya akan saling pandang dan tersenyum. Mereka percaya bahwa Marni memang masih ada, mengawasi, menjaga, dan mencintai dari dunia lain.
Bagus hidup panjang dan bahagia. Dia melihat Maya tumbuh menjadi perempuan tangguh, menikah, dan memberinya cucu. Bagus menyaksikan desa Banjaran berkembang menjadi desa yang makmur dan damai.
Cerita tentang Leak, yang dulu menakutkan, kini menjadi legenda yang diceritakan kepada anak-anak sebagai pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara alam dan spiritual. Desa itu tidak lagi dihantui, melainkan diberkahi oleh ketenangan yang dibangun dari keberanian dan cinta.
Ketika usia tua datang dan tubuhnya mulai melemah, Bagus tidak takut. Dia merasa telah menjalani hidup dengan baik. Dia telah mencintai dan dicintai, telah mengalami keajaiban, dan telah meninggalkan jejak yang baik. Dia tidak menyesal, melainkan hanya bersyukur.
Suatu malam, di ranjangnya, dikelilingi oleh Putu, Maya, dan cucu-cucunya, Bagus menarik nafas terakhirnya dengan tenang. Wajahnya diliputi senyum damai, seolah-olah dia tahu ke mana dia akan pergi.
Dan saat itu terjadi, Bagus membuka matanya kembali di sebuah tempat yang familiar. Dia berdiri di tepi danau yang sama di mimpinya bertahun-tahun lalu. Kabut berkilauan, dan dari dalamnya, Marni muncul. Gadis itu masih sama cantik dan abadinya, tersenyum dengan mata yang penuh cinta.
“Selamat datang di rumah, Bagus,” ucapnya, mengulurkan tangan.
Bagus menggenggamnya. Sentuhannya terasa hangat dan nyata, sebuah penyempurnaan dari semua yang pernah dia rindukan.
“Apakah aku sudah melakukannya dengan benar?” tanya Bagus.
“Dengan sempurna,” jawab Marni, matanya berbinar. “Sekarang, kita akan selamanya bersama.”
Mereka berjalan beriringan, menyatu dengan kabut dan cahaya, dua jiwa yang akhirnya bersatu kembali. Bukan oleh kematian, tetapi oleh cinta yang telah menuntun mereka melewati kehidupan, kehilangan, dan segala sesuatu di antaranya.
Di dunia fana, di desa Banjaran, seorang cucu perempuan kecil Bagus bangun dari tidurnya. Dia berlari ke jendela, memandang bulan purnama yang menggantung tenang di langit.
“Ibu,” panggilnya pada Maya. “Aku tadi mimpi tentang Kakek Bagus. Dia berjalan dengan seorang perempuan cantik berselendang merah. Mereka tersenyum padaku, lalu pergi bersama.”
Maya mendekap putrinya, matanya berkaca-kaca, tapi hatinya penuh kedamaian. Dia tahu itu bukan sekedar mimpi. Itu adalah penglihatan. Sebuah perpisahan yang indah, dan sebuah awal yang baru di dunia lain.
Desa Banjaran tetap tenang. Kabut sesekali turun, gamelan kadang terdengar dari kejauhan, dan aroma melati terkadang menguar tiba-tiba. Tapi tidak ada lagi teror. Hanya kedamaian. Sebuah kedamaian yang dibeli dengan harga tinggi, dan dijaga oleh cinta yang melampaui waktu dan kematian.
Dan dalam keheningan malam, jika kau mendengarkan dengan saksama, kadang-kadang kau bisa mendengar bisikan dua suara. Satunya lembut dan penuh kebijaksanaan, satunya lagi penuh semangat dan cinta. Mereka bicara tentang antropologi, tentang sawah, tentang laut, tentang cinta, tentang segalanya. Untuk selamanya...
- SELESAI -
NOTE : NANTIKAN CERITA HOROR LAINNYA BERJUDUL "SEKTE SESAT" DI BAB 26 ******MASIH DI GENRE HOROR MISTIS/GAIB****** 😊
*
Sebelum ikut-ikutan nge-bully, coba deh tanya ke diri sendiri. Apa yang akan aku rasakan jika ini terjadi padaku atau adik/keluargaku?
☺️🥰