Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, baru saja lulus SMA. Namun tiba-tiba Ayahnya yang pemabok dan suka main judol, memaksanya untuk menikah dengan saudagar kaya yang memiliki 3 istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan di kota
Kehidupan di kota memang berat, Sasa harus beradaptasi dengan lingkungan dan kehidupan yang baru.
Jadi sekarang, meski sumber pemasukan hanya mengandalkan gaji suaminya. Tapi ia justru menjadi lebih kaya, kaya akan batiniah.
Batinnya kini menjadi tenang, namun tidak mudah baginya untuk mengubah jalan hidup. Hidayah itu harus diraih, dengan usaha yang keras.
Tapi walaupun ia sudah terpisah jarak yang jauh, dengan anak tirinya jujur ia belum bisa melupakan nya. Masih terbayang dengan segala sesuatu, yang telah ia lakukan bersama anak tirinya.
Ia sudah berusaha melupakan anak tirinya, sekeras apapun usahanya tapi hati dan pikirannya tidak bisa berdusta. Sasa sering menderita karena sering membandingkan, suaminya dengan anak tirinya.
Jujur saja ia tidak pernah puas bercinta dengan suaminya, Sasa hanya berpura-pura puas dan itu membuatnya semakin menderita.
Bahkan saat suaminya bekerja, ia malah berfantasi liar bersama anak tirinya.
Hari ini pukul 8.30 pagi saat suaminya bekerja, anak tirinya chat Sasa ia meminta untuk vidio call.
Akhirnya mereka melakukan vidio call...
"Bagaimana betah?" tanya Sandy
"Enggak betah San." sahut Sasa
"Kenapa?" tanyanya lagi
"Soalnya jauh dari kamu." ucap Sasa sambil tersipu malu
"Benarkah?" tanya Sandy lagi
"Iya, panas lagi ingin pulang." jawab Sasa
"Memang boleh sama Papa?"
"Engga tau, aku juga belum bicara."
"Aku juga kan engga setuju." ucap Sandy kesal
Sasa hanya terdiam sesaat mereka hanya saling pandang, tanpa bicara apapun saling menatap mesra.
Kemudian Sandy bicara lagi.
"Aku mau ketoilet ada yang bangun." ucap Sandy sambil beranjak pergi ke kamar mandi
"Siapa yang bangun? apa kamu sedang bersama seseorang?" tanya Sasa heran
Sandy tidak menjawab dan tidak mematikan vidio call, dan membawa ponselnya ke kamar mandi.
Dan kemudian menunjukan sesuatu benda yang sudah berdiri tegak, lalu ia pun menggoyang-goyangkan.
"Astaga Sandy!!" seru Sasa dengan mulut menganga
"Masih mau lihat?" kata Sandy sambil tersenyum
Tidak sampai disitu Sandy juga memintanya, untuk melakukan hal yang sama.
"Kamu juga sayang." pinta Sandy
"Apa! tidak mau lah." ucap Sasa
"Kenapa?" tanya Sandy
"Aku malu San." sahut Sasa
"Malu sama siapa?" tanya Sandy lagi
"Sama kamu lah." sahut Sasa
"Bukannya kita sudah biasa?" ujar Sandy mencoba merayunya
"Iya, tapi tidak seperti ini." ucapnya mencoba menolak ajakan Sandy
Tapi Sandy terus menerus merayu untuk melakukannya, Sandy memintanya bahwa ia harus memberikan apa yang telah Sandy berikan.
Akhirnya Sandy melakukannya, ia mau melakukan apa yang Sandy inginkan. Awalnya ia sangat ragu, tapi akhirnya Sasa buka dan memperlihatkannya kepada Sandy.
Sungguh berat rasanya saat Sandy meminta ini kepadanya, karena ia tidak biasa. Dan tidak pernah melakukannya, tapi ia turuti saja kemauannya.
Sejak saat itulah Sandy jadi sering vidio call dengannya, dan itu terjadi hampir tiap hari.
Pada suatu hari ia melihat media sosial Sandy, di tandai oleh wanita-wanita cantik. Walaupun itu hanya dunia maya, tapi ia sangat cemburu.
Ia takut kehilangan Sandy, ia rasa Sasa benar-benar jatuh cinta pada Sandy. Padahal ia ikut suaminya agar lupa sama beliau, tapi nyatanya tidak bisa ia terus melakukan dosa bersama anak tirinya.
Sehingga malam itu, ia meminta kepada suaminya untuk pulang ke rumah Sandy.
Jam menunjukkan pukul 22.00 malam, saat itu mereka sudah bersiap-siap untuk tidur.
"Mas." kata Sasa kepada suaminya
"Apa Dek." jawabnya
"Mas, aku mau pulang ya." pintanya kepada Pak Yudi
"Pulang kemana Dek?" tanya Pak Yudi
"Pulang ke kampung Mas." sahut Sasa
"Loh kenapa? kamu tidak betah disini?" tanya Pak Yudi
"Dysha nangis terus Mas, mungkin tempatnya sempit dan panas." sahut Sasa
Memang kost suaminya tidak begitu luas, hawanya juga panas walaupun ada kipas angin tetap saja panas.
"Sabar Dek, aku masih cari kontrakan." sahut Pak Yudi
"Mas kalau pulang kerja tidak melihat Dysha, rasanya engga enak. Seperti ada yang kurang lengkap." ucap Pak Yudi lagi
