Ketika seorang pria yang bernama Argani, tumbuh menjadi dewasa dan mulai jatuh cinta, ia mendapatkan cobaan yang tak mudah.
Padahal ia di besarkan oleh keluarga kaya, hidup seba mewah dan selalu di layani. Ia juga sebagai pecandu obat-obatan terlarang, bahkan ia juga mempunyai hobby balapan liar dan selalu di juluki singa jalanan.
Tidak salah memang jatuh cinta, tapi cintanya telah jatuh pada Farwa, seorang gadis sederhana, tapi sangat membenci dirinya.
Akankah cinta Argani mampu merubah rasa benci yang di miliki Farwa.
Yuk ikuti kisah mereka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gentra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Waktu bergulir begitu cepat, siang telah berganti dengan malam.
Begitu juga dengan malam telah berganti dengan pagi, saat ini Argani merenggangkan otot-ototnya saat membuka mata di pagi hari, ia melihat ke sekeliling, akan tetapi tidak menemukan keberadaan sang istri.
Dengan gerakan cepat langsung bangkit dari tidurnya, dan mencari keberadaan istrinya. Lega rasanya saat melihat seseorang tidur dengan keadaan bersandar di sofa. Argani langsung menyibak selimut, lalu perlahan turun dan melangkahkan kakinya untuk segera menuju di mana sang istri sedang tertidur dengan posisi duduk.
Setelah beberapa saat Argani sudah berdiri sambil menatap lekat wajah sang istri yang terlihat sangat pucat.
"Kamu itu sangat cantik, dan menyejukkan jiwaku saat menatap wajahmu. Mengapa tidak ada sedikitpun rasa cinta untukku" Argani berkata dalam batin sambil tersenyum dan menatap wajah cantik milik Farwa. Lalu ia mendekat ke arah Farwa dan duduk di sampingnya, tangannya bergerak perlahan mengusap pipi sang istri.
Perempuan itu yang sensitif akan sentuhan, langsung membuka matanya.
Betapa terkejutnya luar saat membuka mata ada seseorang yang sangat ia takutkan berada di hadapannya untuk saat ini, tubuh nya langsung gemetar saat ada Argani berada di hadapannya saat ini. Farwa menggeser tubuhnya agar sedikit menjauh dari orang yang sangat di takutnya.
"Kamu mau apa? jangan mendekat!" kata Farwa dengan nada bicara gemetar, perempuan itu sangat ketakutan.
Padahal Argani tidak akan pernah menyakitinya sekarang, sebab ia sangat menyayangi dan mencintainya.
Bahkan ia rela menentang keluarganya untuk kebahagiaan Farwa, ia tidak mau istri yang ia sayangi merasa terhina di rumah ini.
" Baiklah aku tidak akan pernah melakukan apapun, hanya saja ingin memastikan bahwa kamu itu baik-baik saja atau tidak!" kata Argani sambil bangkit dari duduknya lalu bergeser dan menjauh dari sang istri.
"Diriku akan baik-baik saja ketika berada jauh dari kamu, bisakah kamu mengantarkan aku untuk pulang ke rumah kedua orang tuaku. Sebab hatiku merasa tersiksa jika setiap detik melihat wajahmu yang menurutku sangat menyeramkan" kata Farwa dengan nada bicara yang sangat lembut.
" Hahaha Coba ulangi sekali lagi apa kamu bilang! Mau pulang ke rumah orang tuamu, jangankan untuk pulang ke rumah orang tuamu bahkan hanya sekedar untuk mendengar suaranya saja tidak ada hak untukmu. Kecuali Kamu sudah bisa menerimaku sebagai suamimu dan memperlakukanku dengan cara yang baik, maka aku akan mengabulkan apa yang menjadi keinginan kamu" Argani dengan nada bicara penuh penekanan.
"Aku mohon Izinkan aku mengunjungi mereka sekali saja, setelah itu aku akan mengikuti apa yang menjadi keinginan kamu menjadi istri yang baik yang sesuai dengan apa yang kamu harapkan" kata Farwa dengan ada bicara penuh permohonan.
"Panggil aku sayang...jika kamu menginginkan sesuatu, maka dengan mudahnya aku akan menyetujui nya" kata Argani sambil tersenyum tipis.
"T-tapi... Sa-sayang tolong lah, aku ingin mengunjungi mereka untuk kali ini saja" Farwa berkata sambil gemetar dengan nada terbata-bata.
" Coba ulangi sekali lagi, yang jelas bicaranya!"
"Sayang tolong lah" ucap Farwa lagi.
"Baiklah besok aku akan membelikanmu ponsel, agar setiap saat kamu bisa menghubungi mereka. Akan tetapi untuk berkunjung ke rumah mereka Jangan pernah berharap, selama kamu masih merasa takut berada di dekatku" kata Argani sambil pergi melangkahkan kakinya untuk segera pergi ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Setelah semalaman ia berada di alam mimpi.
Farwa pun menarik nafas dengan perlahan, lalu membuangnya dengan kasar, ketika suaminya bsudah tidak terlihat.
Ia kehabisan cara untuk memohon terhadap Argani agar bisa pulang ke rumah orang tuanya akan tetapi ia ingat satu hal yang dikatakan oleh Argani.
Berarti untuk mendapatkan kebaikan dari Argani bukanlah menentang laki-laki itu, akan tetapi berusaha dan berpura-pura baik dan menerima kehadirannya sebagai suami.
Mungkin itu hal yang lebih baik, tapi Farwa bukan orang yang pandai berpura-pura.
Setelah beberapa saat Argani berada di dalam kamar mandi, Farwa masih setia dengan duduk di atas sofa tanpa berkata apapun.
Argani keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk saja, aroma sabun yang ia kenakan sangat menyengat.
Setelah itu Argani langsung menuju lemari pakaian ganti, yang mengganti pakaiannya bahkan di depan Farwa.
Laki-laki itu tidak merasa malu melakukan itu di hadapan sang istriku, akan tetapi Farma merasa risih ketika Argani melakukan itu di hadapannya.
Farwa memalingkan pandangannya ke arah lain agar ia tidak melihat aktivitas yang sedang dilakukan oleh suaminya.
Setelah beberapa saat Argani sudah selesai dengan aktivitas nya.
"Tunggu sebentar aku akan mengambilkan sarapan untukmu" kata Argani sambil melangkahkan kakinya untuk pergi ke dapur dan mengambil makanan untuk sang istri.
Entah mengapa dari kemarin makanan itu selalu utuh, tidak dimakan sedikitpun oleh Farwa.
Argani sudah keluar dari dalam kamar waktu, setelah beberapa saat ia sudah sampai di dapur. Ia meminta pelayan untuk menyiapkan semuanya, beberapa saat Ia menunggu akhirnya selesai.
Waktu bergulir begitu cepat, akhirnya Argani sudah kembali dengan nampan yang berisikan makanan lalu ia meletakkan di hadapan sang istri.
Lalu ia duduk dan berkata sambil menatap lekat wajah sang istri.
"Mau sampai kapan kamu menyiksa dirimu sendiri, tubuh mu juga butuh asupan makanan agar kau tidak sakit. Jika kamu sakit Aku akan merasa sedih" kata Argani dengan nada bicara yang sangat lembut.
Ia tidak mau istrinya kesakitan diakibatkan tidak makan selama di rumah ini.
"Sakit atau tidak Itu bukan urusan kamu, jika aku tidak ingin makan maka aku tidak mau siapapun memaksakan hal itu termasuk juga dengan kamu" jawab Farwa sambil menatap tajam wajah suaminya.
"Pokoknya ini harus dimakan, ketika saya sudah kembali makanan ini harus habis. Sekarang aku akan pergi keluar untuk membelikan kamu ponsel baru, agar bisa menghubungi keluargamu Maka makanlah itu jika tidak kamu tidak akan pernah bisa menghubunginya apalagi mengunjunginya!" ancam Argani terhadap Farwa.
Akan tetapi Farwa tidak menjawab apapun, ia hanya melirik sekilas makanan yang berada di hadapannya yang telah disediakan oleh sang suami. Tidak sedikitpun ia tertarik untuk mencicipi makanan itu, meskipun terlihat sangat mewah akan tetapi bagi Farwa tidak menarik.
Setelah berkata seperti itu, Argani pun bangkit dari duduknya, lalu mengambil kunci mobilnya untuk segera pergi dengan tujuan membeli kebutuhan sang istri, yaitu ponsel agar bisa menghubungi keluarganya.
Stelah kepergian Argani, Farwa pun bangkit dari duduknya lalu berjalan dengan perlahan untuk segera membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
Setelah cukup lama Farwa berada di dalam kamar mandi, akhirnya ia keluar dengan tubuh yang sudah segar, lalu ia berganti pakaian yang sudah disediakan oleh suaminya.
Memang ia di tempat ini tidak kekurangan sedikitpun apa yang menjadi kebutuhannya, bahkan Argani selalu mengutamakan apa yang di butuhkan sang istri.
Akan tetapi Argani belum bisa mengizinkan Farwa untuk datang ke rumah kedua orang tuanya, karena ia sangat ketakutan jika Farwa pulang maka tidak akan pernah kembali lagi ke rumah ini.
Stelah selesai dengan semuanya, Farwa duduk kembali di atas sofa sambil menatap lurus ke depan.
Ia membuka jendela itu terlebih dahulu, agar bisa menghirup udara segar dan menikmati pemandangan pagi.
Akan tetapi entah mengapa kepalanya terasa pusing dan pandangan nya menjadi buram.