CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, MAAF BILA ADA KESALAHAN WAKTU DAN TEMPAT.
Sequel dari DUKU MATENG
Latar tempat: Kashmir, India
Jakarta, Indonesia
Kecelekaan tragis yang menimpanya bersama Sang Suami tepat di hari pernikahan mereka, membuat statusnya sebagai istri berakhir.
Semua orang menyalahkannya, menganggapnya sebagai wanita pembawa sial. Dia di asingkan jauh oleh keluarganya, karena dianggap aib.
Semua warna yang ada didalam hidupnya sirna, berganti dengan Saree putih yang abadi. Sindur yang di dahinya ikut menghilang.
Tidak akan ada lagi pria yang mau menikahinya, sekalipun dirinya berstatus sebagai Janda Perawan.
Lalu apa yang akan terjadi, saat ada seorang pria datang dan menentang semua tradisi itu?
'PADA AKHIRNYA, HATIMU AKAN DI SEMBUHKAN OLEH SESEORANG YANG MEMILIHMU DALAM KONDISI APA PUN'
[NADARA NIKAM]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Temui Mereka
Nadara menarik napasnya dalam. Wanita itu menumpukan tangan di wajahnya, selepas kepergian Shikar dan ketiga rekannya Nadara terduduk lemas.
Kini wanita itu hanya di temani oleh Salima. Tidak bukan hanya Salima yang ada di ruangan itu, tapi juga Rama dan tentunya Aryan. Kedua pria itu masih terdiam, mereka membiarkan Salima menenangkan Nadara.
Walaupun sebenarnya ingin sekali Aryan mendekat pada Nadara, lalu mendekap tubuhnya erat. Namun Aryan harus berusaha menahan, dia tidak mau kalau sampai Nadara risih dan tidak suka dengan perlakuaannya.
"Minumlah!" Salima memberikan satu gelas air putih pada Nadara.
Wanita beranak satu itu mendudukkan dirinya di sisi Nadara, tangannya terulur mengusap punggung sahabatnya.
"Kenapa mereka datang lagi? bukankah aku sudah pergi menjauh, lalu kenapa mereka masih saja mengusik ku?" ucapan lirih Nadara membuat Salima membatu.
Ekor matanya melirik pada Rama dan Aryan. Salima mengigit bibirnya pelan, dia yakin kalau kedua pria itu bisa mendengar ucapan Nadara.
"Apa yang mereka bicarakan?" bisik Salima.
Wanita berhijab itu menatap dalam pada Nadara. Salima begitu prihatin dengan kehidupan yang dijalani oleh sahabatnya, dia tidak mengerti kenapa orang orang itu masih saja mengusik Nadara.
"Shi- Shikar meminta ku untuk kembali ke Delhi. Bukan Shikar, tapi keluarga Jafery."
Kedua mata Nadara terlihat gelisah, dia menatap sendu pada Salima. Saat ini Nadara butuh sokongan, pelukan dan kata kata penenang.
"Untuk?" cecar Salima, bahkan kedua wanita itu sepertinya melupakan Aryan dan Rama yang masih berdiri di tempatnya.
"Sikram memberikan semuanya pada ku. Mereka semua menuntut itu, apa yang harus aku lakukan Salima? aku bahkan tidak pernah berharap mendapatkan apa pun dari mendiang suamiku. Kalau pun bisa, aku hanya akan meminta Tuhan untuk mengembalikannya. Aku tidak butuh semua itu, aku hanya-,"
Greep!
Tubuh Nadara tersentak, bahkan wanita itu tersedak salivanya sendiri saat Aryan memeluknya secara tiba tiba. Salima yang berada di dekat Nadara begitu terkejut, tidak hanya terkejut- wanita itu sangat sangat terkejut.
Lidahnya kelu, kedua matanya menatap tidak percaya. Bahkan Salima terlihat bangkit, ibu dari satu orang putra itu memundurkan langkahnya- menatap tak berkedip pada Aryan dan Nadara.
Apa yang tidak dia ketahui?
"Ayo kita keluar!"
Salima menoleh, kedua matanya berkedip cepat saat merasakan lengannya di tarik seseorang. Kedua kakinya membeku, tatapan Salima bergulir tidak beraturan.
"Biarkan mereka bicara. Nanti kau pasti akan tahu apa yang sedang terjadi." Rama kembali bersuara.
Pria itu berusaha menenangkan Salima, padahal dia sendiri sama terkejutnya. Rama tidak menyangka kalau Aryan akan memeluk wanita bersaree putih itu.
Sebenarnya apa yang sudah terjadi antara boss nya dan pekerja wanita itu? apa yang tidak Rama ketahui selama ini? haruskah dia melaporkan hal ini pada Berliana dan Radja?
Rama segera membawa Salima keluar. Dia membiarkan Aryan dan Nadara berada di ruang yang sama. Nadara yang saat ini tengah menangis, tidak peduli siapa yang mendekapnya. Yang penting untuknya saat ini adalah, dekapan yang orang ini berikan terasa nyaman.
Aryan menumpukan dagunya di pucuk kepala Nadara. Tangannya menepuk lembut punggung wanita itu, membiarkan Nadara menumpahkan semua rasa yang di pendam nya.
Walaupun jujur didalam hati Aryan saat ini, ada rasa cemburu kala Nadara menginginkan mendiang suaminya kembali. Bahkan Aryan dapat mendengarnya sendiri kalau Nadara meminta pada Tuhan, untuk membagi separuh hidupnya andai bisa membuat Sikram kembali.
"Aku disini, tenanglah," bisikan lembut yang Aryan berikan membuat pelukan Nadara semakin mengencang.
"Kenapa kau meninggalkan ku? kenapa kau tidak membawaku bersama mu saja. Aku sakit Sikram, aku sakit kau harus tahu itu."
Aryan memejamkan kedua matanya, dadanya bergemuruh hebat, napasnya tersengal kala mendengar ucapan Nadara. Tidak, dirinya tidak boleh terbawa perasaan. Dia tahu kalau Nadara tengah emosi, kedua tangan Aryan semakin mendekap erat tubuh ringkih itu.
Bahkan sadar atau tidak, Aryan memberikan banyak kecupan di pucuk kepala Nadara. Tanpa bersuara, Aryan membiarkan Nadara mengira kalau dirinya adalah Sikram.
Aryan rela! inilah cinta, perjuangannya tiada akhir.
"Dia meninggalkan ku. Semua orang menyalahkan ku, aku harus bagaimana, Aryan?"
Tubuh Aryan membatu, kedua matanya mengerjab cepat. Pria bertubuh besar itu menunduk perlahan, netra keduanya bertemu- saling terkunci. Tangan Aryan bergerak menuju kelopak mata Nadara yang basah.
Perlahan ibu jarinya menyapu lembut air mata yang membasahi wajah wanita yang dicintainya.
"Kau menyadarinya? kau menyadari kalau yang memelukmu itu Aryan, bukan-,"
Ucapan Aryan terhenti saat Nadara kembali memeluknya. Wanita itu kembali menangis, Nadara menenggelamkan wajahnya di tubuh bagian depan Aryan.
"Apa yang harus aku lakukan?" lirihnya lagi.
Aryan menghela napas kasar, kedua tangannya kembali mengusap lembut pucuk kepala Nadara.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Aryan membalikan pertanyaan.
Nadara menggeleng, wanita itu semakin mengeratkan cengkeramannya. Nadara tidak tahu harus berbuat apa, bagaimana nasibnya saat dia kembali ke Dehli?
"Apa kau percaya padaku?" ucap Aryan lagi.
Kali ini isakan Nadara terhenti, wanita itu meregangkan dekapannya. Nadara mendongak, menatap wajah Aryan yang berada jauh darinya. Kedua tangan Aryan kembali menuju kelopak mata Nadara yang basah.
Jakun Aryan naik turun melihat mata sendu dan sayu Nadara. Kedua ibu jarinya bergerak menyeka lelehan air mata yang menggenang di mata wanitanya.
"Apa kau percaya padaku?" Aryan mengulang pertanyaannya. Terdengar sangat serius dan sarat akan arti. Nadara masih terdiam, wanita itu terlihat ragu- namun tidak lama Nadara mengangguk pelan tanpa suara.
Keduanya saling diam, Aryan menghela napasnya pelan sebelum pria itu kembali bersuara.
"Kalau kau percaya padaku, ayo kita temui mereka. Tanyakan apa yang mereka inginkan, aku akan selalu ada di sampingmu, Nadara!"
Aryan menatap dalam, sarat akan arti. Pria itu kembali merengkuh tubuh ringkih Nadara, memberikan dekapan ketenangan untuk wanitanya. Kedua tangan Aryan mengepal tanpa sepengetahuan Nadara, dalam hatinya sudah bertekad, kalau dirinya akan mendapatkan Nadara bagaimana pun caranya.
Aryan akan melihat bagaimana perlakuan keluarga Nadara dan keluarga mendiang Sikram pada wanitanya nanti.
Aryan dan Nadara di selimuti keterdiaman, hingga tidak disadari oleh keduanya, kalau saat ini Rama dan Salima melihat semuanya. Bahkan Rama sempat mengabadikan interaksi mereka berdua untuk dijadikan laporan akuratnya.
**GOES TO DELHI 😎😎😎😎
SEE YOU MUUUUAAACCHH😘😘**
tapi kok rasanya nggak puas ya tahu2 habis 🤭😁