Novel tentang pelakor, untuk mengikuti lomba Konflik Rumah Tangga. Bagi pembaca yang anti pelakor, boleh skip. tapi kalau mau menantang adrenalin untuk coba membaca dari sudut pandang pelakor, silakan baca dan jangan lupa tekan favorite ❤️
Demi melunasi seluruh hutang yang ditinggalkan orangtuanya, Kania menjual keperawanannya di sebuah klub malam. Namun, takdir membawanya bertemu dengan bosnya sendiri bernama Satria yang menjadikannya istri kontrak untuk melampiaskan hasrat.
Satria sudah memiliki istri, tapi istrinya yang super model itu terlalu sibuk untuk menjalankan kewajibannya. Rasa kesepian itulah yang membuat Satria nekat bermain api.
Akankah pernikahan kontrak itu bisa berjalan dengan mulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKPH . Bab 32
Satria merasakan mual luar biasa saat hendak berciuman semakin dalam dengan Kania. Laki-laki itu harus kembali ke kamar mandi untuk mengeluarkan apa yang bergejolak dari dalam perutnya.
Dengan setia Kania mengikuti ke kamar mandi untuk membantu sang suami. Dia memijat lembut pundak Satria sampai laki-laki itu merasa lega. Mereka lalu kembali ke kamar.
“Aku masakin sesuatu, obatnya diminum dulu,” kata Kania sembari memberikan obat yang tadi diresepkan oleh perawat.
Satria meminumnya dengan pasrah. Sepertinya bayi dalam kandungan Kania tidak bisa diajak kerja sama, padahal Satria sudah sangat tidak sabar ingin menengoknya.
Kania memasak tumis kangkung dan telor mata sapi. Hanya ada itu bahan-bahan di dapur. Maklum saja, dia tinggal sendiri dan tiba-tiba Satria datang.
Mencium aroma wangi dari tumis kangkung yang Kania masak, perut Satria langsung merespons cepat. Dia berjalan menghampiri Kania yang masih memasak dan tiba-tiba memeluknya.
“Kamu masak apa, Sayang?” tanya Satria sambil menyandarkan kepalanya di pundak Kania.
“Masak tumis kangkung sama telor mata sapi, kamu mau enggak? Sekretaris Gio sama pasukan kamu juga pasti belum makan ‘kan, Mas?”
“Mereka biar aja makan di luar. Masakan kamu khusus buat aku, Sayang. Kamu bukan pembantu mereka,” balas Satria. Dia membantu Kania memindahkan masakan yang sudah matang itu ke meja makan.
“Tapi, aku udah terlanjur masak banyak, Mas.”
Ekspresi Kania sudah mulai menunjukkan raut kesal. Karena tidak mau membuat sang istri marah, Satria menurut dan memanggil Sekretaris Gio untuk makan.
***
Mereka telah selesai makan sekarang. Kania sangat bahagia karena Satria makan dengan lahap meski dengan menu sederhana. Begitu pun dengan Satria yang kini merasakan lagi makanan rumahan yang dimasak langsung oleh sang istri, rasanya memang sangat luar biasa.
“Aku enggak sabar nunggu besok saat kita akan USG dia. Aku harap dia sehat,” kata Satria saat akan membaringkan tubuh di samping Kania. Dia mengusap perut Kania sambil menatap wajah istri mudanya itu.
Satria sudah menyuruh Sekretaris Gio untuk membereskan para anak buahnya, dan sekarang hanya ada Satria dan Sekretaris Gio yang masih tertinggal.
“Mas, aku mau tanya. Kalau nantinya anak Felicia itu terbukti anak kamu, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Kania yang memiliki pemikiran lain.
Dia sangat ingin tahu sikap Satria selanjutnya supaya dia juga bisa mengambil tindakan kalau-kalau dugaannya itu benar.
“Kalaupun itu anak aku. Aku tetap akan bertanggung jawab sampai dia dewasa Kania karena biar bagaimana pun itu adalah darah dagingku. Tapi, kalau soal pernikahanku dengan Feli, aku tidak bisa memaafkannya. Karena dia sudah berselingkuh bahkan sampai tidur dengan laki-laki lain.”
Satria terlihat sangat serius saat mengutarakan jawabannya. Rasa kecewanya pada sang istri sudah sangat dalam dan mungkin tidak akan bisa lagi kembali. Dia sudah sangat percaya penuh, tapi Feli justru memanfaatkan itu semua dengan baik, bahkan mamanya juga turut membantu.
Mungkin benar kata Sekretaris Gio, perasaan Satria pada Feli hanyalah sebuah obsesi, karena dari sekian banyak laki-laki yang tergila-gila dengan Feli, Satrialah yang menjadi satu-satunya pemenang yang bahkan mendapatkan mahkota Feli setelah mereka resmi menikah.
“Semudah itu? Bukankah kamu sangat mencintainya, Mas? Apa perasaan cinta itu bisa hilang hanya dengan satu kesalahan?”
“Kanya, apa yang dilakukan Feli itu sudah melewati batas. Sebagai laki-laki yang punya harga diri, aku tidak mau menikmati bekas yang pernah digunakan orang lain. Lagipula, anak aku di rahim kamu juga butuh tanggung jawabku. Aku juga butuh kamu, Kanya. Aku sadar, setelah kita berpisah aku tahu perasaanku ke kamu bukan cuma naffsu sesaat, tapi aku benar-benar mencintai kamu, Kanya.”
Ah, siap siap ketemu feli ya bang sattria. puas-puasin dulu sama dedeknya Kania ya wkkkk