TIDAK DIREKOMENDASIKAN UNTUK DIBACA, KALIAN BISA PILIH NOVEL YANG LAIN (DISARANKAN YANG TERBIT DARI 2022 KE ATAS) ... KALAU MASIH NEKAT, SILAHKAN DIMAKLUMI SEMUA KEANEHAN YANG TERDAPAT DI DALAM NOVELNYA.
SEKIAN _ SALAM HANGAT, DESY PUSPITA.
"Aku merindukanmu, Kinan."
"Kakak sadar, aku bukan kak Kinan!!"
Tak pernah ia duga, niat baiknya justru menjadi malapetaka malam itu. Kinara Ayunda Reva, gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA harus menelan pahit kala Alvino dengan brutal merenggut kesuciannya.
Kesalahan satu malam akibat tak sanggup menahan kerinduan pada mendiang sang Istri membuat Alvino Dirgantara terpaksa menikahi adik kandung dari mendiang istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tidak Mengenalimu (Gio)
Lama menanti, Broto tak jua membuka mata. Vino dan Gio yang berdiri tak jauh dari Broto menatap lekat wajah cantik nan sendu itu. Sudah cukup malam, dan Kinara terlihat mulai lelah.
Beberapa kali mata itu terpejam tanpa izinnya, gadis itu menahan susah payah. Menatap pemandangan di depannya, Vino tak dapat menahan diri untuk melangkah.
"Tunggu!!"
Gio menahan Vino dengan mencengkram pergelangan tangannya, pergerakan Vino terlampau kentara di mata Gio. Takkan ia izinkan Vino menguasai Kinara kembali.
"Ck, berani kau, Gio?"
Vino berucap pelan sembari menatap tajam mata sang Adik. Menghempas tangan Gio cukup kuat namun tak semudah itu untuk lepas, Vino merasa berang lantaran Gio membuatnya di posisi bak bawahan di mata Sera.
"Aku ingatkan padamu, jangan coba-coba bertindak semaunya seperti kemarin, Vin, kau tak tahu betapa takutnya dia berada di dekatmu?"
Pertanyaan menusuk namun benar adanya itu membuat Vino terhenyak, hendak tak terima tapi semua benar adanya. Terlebih setelah ia memeriksa CCTV dan melihat bagaimana perlakuannya pada Kinara malam itu.
Vino membuang napas kasar, dilihatnya sesaat Kinara yang kini benar-benar tertidur berbantalkan tangan kirinya, tetap dengan tangan kanan yang mengenggam erat tangan sang Ayah.
"Gio, kau tau siapa aku bukan?" tanya Vino kini beralih menatapnya sesaat, hanya sesaat dan kembali lagi menatap Kinara yang sedari tadi menjadi objek netranya.
"Tidak, aku tidak bisa mengenalimu lagi. Sejak naluri bejattmu itu kau timpakan pada Kinara."
Lagi-lagi, untuk kesekian kalinya Vino menerima kata itu. Biasa, baginya cukup lumrah. Bahkan rekan bisnisnya cukup paham siapa Vino di luar kantor.
Ia tak marah, tak juga meradang karena kalimat itu. Benar adanya, seberapa kuat ia membela diri rasanya akan sama saja. Hanya saja, seorang Vino takkan pernah mengakui kesalahan semudah itu di depan banyak orang.
"Pergilah, biarkan Kinara bersamaku saat ini."
Gio melepas tangan Vino, tak ada alasan kini ia menahannya. Perlahan, dengan berat hati Vino melangkahkan kaki. Hendak pergi namun batinnya tertahan kala menatap surai hitam nan indah itu, ia seakan terpikat dengan gadis kecil itu.
Entah mengapa, Vino terlampau heran. Beberapa minggu lalu sama sekali ia tak merasakan hal ini pada Kinara, pun saat usai melakukan kesalahan itu, tak pernah ia bayangkan akan begini pada Kinara.
"Vino, apa kau tak mampu untuk berjalan?" celetuk Gio yang sedari tadi kesal lantaran Vino menghentikkan langkahnya dan memperhatikan Kinara sebegitu fokusnya.
"Ck."
Vino menatap tajam Gio, mengepalkan tangan dan menahan giginya yang kini bergemulutuk. Entah mengapa ia merasa bak kerbau di colok hidung kala mendapat perintah Gio, seumur hidup lelaki itu selalu berada di atas. Dan tidak ada yang berhasil membuatnya tunduk, pun itu Raka yang menjadi saingan berat Vino dalam berbagai hal.
Gio menarik sudut bibir kala saudara sekandungnya itu perlahan pergi menjauh. Perlahan pria berkemeja merah maroon itu benar-benar pergi. Suatu kebanggaan kini ia mampu membuat Vino turut akan ucapannya.
Di waktu yang tepat, setelah kepergian Vino, kini Kinara terbangun. Mencari sosok yang serasa hilang dengan matanya yang masih segaris, bias cahaya lampu menyilaukan matanya.
"Kina? Kau bangun?"
Pertanyaan konyol Gio membuat Sera dan Bambang susah payah menahan tawa, maklum selera humor mereka terlalu rendah. Hanya sebuah pertanyaan yang seharusnya tak perlu di ungkapkan, Sera dan Bambang merasa lucu, sangat amat lucu.
"Hmmm, jam berapa ini, Kak?"
Kinara mengucek matanya beberapa kali, melihat sekeliling ruangan yang ia ingat jelas masih berada di ruangan rawat sang Ayah.
"Jam 02 malam,"
Kina mengangguk pertanda mengerti, sudah sangat larut bahkan menjelang pagi. Di lihatnya wajah sayu sang Ayah, Kinara tersenyum hangat berharap esok Broto akan membalas senyumnya.
"Ehm, Kina ... sebaiknya kau pulang saja ya, biar Sera dan Bambang yang menjaga Ayah. Bukankah besok bukan hari libur?"
Bukan tanpa alasan Gio mengatakan hal itu, ia takut jika nanti Broto sadar dan menatap wajah Kinara akan berakibat fatal kembali. Meski ia tahu, semua bukan salah Kinara, hanya saja ia tak ingin mental Broto hancur kala menatap wajah letih sang Putri.
"Kak, bagaimana bisa, Ayah butuh Kinara. Iya kan, Mba Sera?"
Benar, sangat amat benar pertanyaan Kinara. Mana mungkin seorang Ayah tak membutuhkan darah dagingnya berada di sisinya. Sera hanya menjawab dengan anggukan pelan, tak sanggup ia menatap mata tajam Gio yang kini mengancamnya.
Tbc
Brotowali Vs Pino Ice Cup
Cooming soon