Semuanya dimulai dari 2 makhluk pertama di ketiadaan yang tiba-tiba muncul, mereka tidak bisa berbicara langsung, merasakan, atau makan-minum seperti makhluk hidup pada umumnya. Namun seiring berjalannya waktu dan tahu apa yang harus dilakukan, keduanya mulai menciptakan sesuatu di diri mereka, tubuh fisik, organ dalam, makhluk-makhluk lain yang nantinya berada dibawah perintah mereka, hingga nama-namanya.
Kedua makhluk pertama bernama Klaus dan Marcus, tetapi di situ mulai ada pertanyaan muncul dibenak mereka 'Apa arti hidup? Kenapa aku bisa berada disini?' Kenapa hanya ada kami berdua pada awalnya?'. Mereka beserta seluruh makhluk lainnya pun mulai mencari apa itu arti hidup, hingga Marcus sudah memiliki jawabannya sendiri yang membuat kehidupan Klaus berubah drastis...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kuncoro agus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
(Peringatan keras! Untuk beberapa pembaca yang sensitif terhadap kekerasan dalam tingkat tertentu atau yang memiliki penyakit tertentu dan semacamnya, harap berhenti sejenak dan lewati. Karena untuk bab-bab yang akan datang akan ada bahasa, kekerasan yang seperti ini lagi untuk memperkuat emosi di dalam cerita. Meskipun tidak ditunjukkan secara blak-blakan tolong untuk tidak ditiru! Terima kasih atas perhatiannya)
Tiba-tiba muncul sebuah palu besar setinggi 2 meter di tangan kanan si peneliti itu, lalu menghantam kepala Klaus dengan keras.
"A-ahhhh, bagaimana mung-"
*Duughhh*
"Ha?! Kau bicara apa baji***n! Mengekstrak jiwaku?! Jangan buat aku tertawa! Kemampuan apa yang kau miliki untuk melawanku hah?!"
*Dugghh*
"Ayo cepat jawab!"
*dughhh*
"Kau tuli ha?!"
Setelah jutaan pukulan palu itu melayang ke tubuhnya, setengah badan Klaus dibuat terus menerus hancur yang bahkan membuat peneliti itu lelah dengan sendirinya.
"Hah...hah...haaa, rasakan itu bajingan! Hmph aku akan kembali lagi nanti, jadi persiapkan dirimu dengan baik ok~? Oh iya sebagai bonus karena kau nakal~."
*duughhh*
"Ugghh, kau..."
"Upps sepertinya aku terlalu berlebihan, tadinya aku hanya berniat menghantam perutmu saja, tapi tak kusangka malah sampai berlubang. Ya sudahlah aku tidak peduli lagi, sampai jumpa tikusku yang berharga~."
*swing*
"Hah, hahaha. Akhirnya si sialan itu pergi juga, tapi tak kusangka saat pukulan yang terakhir tadi persyaratan untuk skill baru ini sudah selesai. Baiklah kau benar tapi, yang tertawa diakhir adalah aku, bukan kau dasar to***."
Klaus melamun sebentar untuk memikirkan kedepannya akan bagaimana, lalu dia menatap sekitarnya dari atas hingga di bawah kakinya. Dia pun terpikirkan sesuatu.
"Hmm, mungkin itu layak dicoba tetapi….aku harus memikirkan kemungkinan lain untuk antisipasi"
Beberapa puluh jam kemudian.
"Halo tikusku~ bagaimana kabarmu hari-"
"Sudah lah tidak perlu basa-basi lagi, cepat lakukan."
Peneliti itu menatap diam Klaus lalu,
“Hooo akhirnya kau menurut juga ya~. Bagus...bagus, itu yang sudah lama ku nantikan.”
Setelahnya peneliti gila itu berjalan pergi ke sebuah ruangan batu di sebelah kanannya, seolah-olah ingin mengambil sesuatu. Dia pun kembali.
“Baiklah~ karena kau sudah bersikap baik hari ini~ aku hanya akan menggunakan jarum saja, bagaimana dengan itu? Aku baik kan? Hihihihi. Hmm? Kenapa kau hanya diam menatapku saja?”
“Sudah ku bilang cepat lakukan saja, aku sudah lelah bicara omong kosong denganmu.”
Mendengar jawaban dingin Klaus, peneliti itu diam sejenak lagi lalu menatap tajam Klaus.
“Hhmmm~ sepertinya ada yang aneh, kau tiba-tiba bersikap seperti ini. Apa ada yang kau rencanakan ha?”
Klaus menghela napas dengan tenang dan menjawab,
“Jika ada yang benar-benar yang ku rencanakan, pasti sudah kulakukan dari lama bodoh. Kau pikir untuk apa aku menahan semua rasa sakit itu, jika aku bisa menghabisi mu lebih cepat?”
Mendengar jawaban dari Klaus, peneliti itu berpikir sejenak dengan tangan kiri di dagunya.
“Kau benar juga, ya sudahlah bodo amat juga~ waktunya kita mulai penelitian i-”
*Duugghh*
Tanpa diduga selama ini Klaus yang asli bersembunyi di atas ruangan batu itu di antara celah-celah kecil, sembari mewarnai sekujur tubuhnya dengan batu yang sudah di hancurkan. Setelah dia berhasil membuat pingsan si peneliti itu, Klaus langsung membalikkan tubuhnya yang terbaring, lalu menyiapkan tinjunya sembari menyesuaikan posisi tubuhnya untuk memukul.
“Kau benar bodoh, sudah saat nya….aku menghabisi mu”
*dduughh*
“Baji***n”
*Duugghh*
“Kep**** kau si***n”
*Dughh*
“Karena kau juga”
*Dughh*
“Aku terus menderita, baji****"
*Dughh*
Kemudian Klaus mulai sadar kembali dari amarah nya, berdiam sejenak lalu memegang dahinya.
“Ck bodoh, apa yang kau lakukan Klaus. Dia sudah mati sejak tadi, kau harusnya jangan membuang terlalu banyak waktu.”
Klaus melihat-lihat sekitarnya untuk mengetahui situasi terkini dari neraka itu.
“70 penjaga kah? Mereka cukup kuat juga, sepertinya akan sulit untuk keluar mungkin? Tapi jika kelemahan mereka sama hal nya dengan bajingan ini yaitu jiwa nya….”
Klaus berpikir sejenak untuk memperkirakan situasi yang mungkin tidak terduga,
“Hmmm, mungkin memang harus rencana itu, tapi apakah mereka akan sadar? Ahh sudahlah yang penting jalanin dulu”
“Baiklah….saatnya dimulai dan untung saja untuk beberapa ratusan juta tahun ini kekuatan serangan jiwa ku begitu kuat sampai makhluk sekuat bajingan ini, yang bahkan bisa menghancurkan planet besar saja bisa mati. Eehh? Planet besar kah? Entahlah, mungkin sekitar sekuat itu.”
Klaus pun duduk sila di hadapan mayat peneliti itu lalu menjulurkan kedua tangannya,
“Hhmm~ jiwanya sangat menjijikan tapi….sudahlah tidak ada pilihan lain selain ini.”
Jiwa si peneliti itu pun di munculkan paksa oleh Klaus sebelum benar-benar menghilang, lalu Klaus pun mulai mempelajari nya supaya bisa meniru gaya bicara, gestur tubuh, dan lainnya.
Setelah mengambil pakaiannya, dan peralatan yang biasa si peneliti itu bawa Klaus pun mulai mengaktifkan kembali boneka batu yang tadi dia pakai untuk mengelabui peneliti itu.
*Swish*
“Baiklah semua sudah siap, kau tahu apa yang harus dilakukan kan?” Bertanya ke boneka batu itu
“Tenang saja aku tau”
Klaus mengangguk lalu menatap tajam boneka batu itu,
“Ya, ya, tapi…..meskipun kau ciptaan ku aku tidak akan semudah itu percaya. Jika kau melakukan sedikit saja kesalahan…”
“B-baiklah, baiklah aku mengerti, tenanglah oke?” Boneka itu menjawab dengan gugup
“Baguslah jika kau mengerti, kalau begitu aku pergi dulu”
Setelah itu Klaus yang seperti sudah tahu jalan keluarnya, berjalan dengan santai mencari portal keluar ruangan batu itu. Beberapa saat kemudian,
"Eehhh? Dimana portalnya? Bukankah itu disebelah sini? Apakah mungkin….?"
Setelah beberapa saat kebingungan karena jalan yang Klaus tahu ternyata salah, dia mencari ke tempat sekitar untuk memastikan apakah dia salah jalan.
"Jalannya benar ke sini, apakah mungkin si baji**** itu memindahkannya untuk jaga-jaga?"
Lalu Klaus mulai berjalan ke arah berlawanan untuk mencari portal keluarnya, beberapa menit kemudian dia menemukannya tetapi.
"Ooh, di situ rupanya? Hmm? 2 penjaga? Bukankah biasanya ada 3 sampai 4 ya? Entahlah, lebih baik aku keluar saja."
Kemampuan mendengar Klaus sangatlah tajam, sampai-sampai dia bisa mendengar dari jarak 200 meter. Itulah mengapa dia tahu kalau di tempat penyiksaan dia ada para penjaga portalnya, dia mendengar suara langkah kaki mereka, namun tidak untuk nafasnya karena para penjaga itu jarang bernafas.
*Tap*
Klaus sekarang ada di hadapan para penjaga portal itu.
"Kodenya?"
"Kenaikan tuan Marcus~"
"......Baiklah kau boleh keluar"
*Swuuzzhh*
*Swiingg*
"Haahh, baiklah aku berhasil. Tapi….ini dimana?"
Di suatu tempat terdengar seseorang berteriak.
"Hahahahah, enak sekali!!! Lagi!!! Lagi!!!!"
Klaus menatap sekitar dengan tatapan sinis,
"(Tempat menjijikkan apa ini? Lagipula kenapa sudah seramai ini? Jika begitu bagaimana aku bisa bergerak ya?)"
Lalu dia pun mulai berjalan untuk melihat situasi sambil meniru gaya berjalan, bernapas, memandang, dan lain sebagainya dari si peneliti itu.
Lalu di saat yang sama di jarak beberapa meter dari portal keluar sebelumnya,
"Hmmm? Hei bro kau merasa ada yang aneh ga?"
"Ha? Ga tuh, emang kenapa?" Yang disebelah menjawabnya
Dia pun melanjutkan.
"Sudah lama kita tidak melihat si baji**** Klaus itu di dalam kan? Bagaimana jika aku kesana untuk melihat seberapa menyedihkannya dia sekarang?"
"Hooo boleh juga tuh, nanti giliran yak."
"Siap lah."
Setelah bicara begitu, mereka pun bangun dari tempatnya lalu berjalan ke portal tempat Klaus keluar tadi dan melewatinya begitu saja seolah tidak melihat Klaus yang sedang menyamar ada disana.
"(Gawat, bagaimana ini? Jika mereka melakukan serangan terhadap boneka percobaan ku...aku harus cepat...)"
Sesudah membuat keputusan baru, Klaus melanjutkan lagi rencana yang sudah dibuat sembari melihat situasi sekitarnya.