NovelToon NovelToon
Masa Lalu Tanpa Aku

Masa Lalu Tanpa Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Time Travel / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Verlit Ivana

Gita terjatuh saat merenovasi balkon bangunan yang menjadi tempatnya bersekolah saat SMA.
Saat terbangun, ia berada di UKS dan berada dalam tubuhnya yang masih berusia remaja, di 20 tahun yang lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Verlit Ivana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ditinggal Pulang

Banyak hal yang masih ingin Gita tanyakan pada Tomy, apalagi lelaki beraroma mint itu kini menyimpan ponsel milik Denting. Fakta tersebut membuat Gita ingin segera mengecek sendiri ponsel yang ditinggalkan oleh pemiliknya itu.

Sayangnya, usai memberikan info yang baru separuh, Tomy harus pamit karena memiliki jadwal penting untuk belajar tentang bisnis ayahnya.

Gita dan Yuli pun melepaskan kepergian Tomy dengan ikhlas dan senyum merekah indah, karena makanan dan minuman mereka sudah dibayarkan oleh lelaki kaya itu, termasuk juga take away box berisi beberapa camilan yang diminta Gita tanpa malu dan ragu.

Kini dua gadis itu duduk termangu di cafe outdoor tersebut dalam diam. Sibuk dengan pikiran dan perasaan masing-masing.

"Kalau orang yang ditemui kak Denting itu adalah cowoknya ... apa mungkin dia pelaku kekerasan itu?" tanya Yuli, membuat Gita menaikkan alis.

"Kaget gue, kirain Lo dari tadi sibuk menangis dalam diam ... gegara hati Tomy udah ada yang punya." Gita menyeringai jahil.

Yuli merengut. "Ya tetep sih itu mah, tapi gue juga kepikiran soal kasus kak Denting ini," ujarnya kemudian.

Gita mengangguk dan membuang pandangannya ke arah pepohonan rindang di sana. Kalau yang menyakiti Denting itu cowoknya, terus kenapa prasangka gue berat ke si Rudi? Masa sih Rudi pacaran sama Denting?

Sejurus kemudian Gita teringat rumor yang disebutkan Yuli tentang Rudi.

"Yul, Rud—eum pak Rudi, itu punya pacar anak SMA Pelita, ya?" tanya Gita, membuat mata Yuli membola lalu menepuk pundak Gita.

"Jangan asal ngomong, woy! Lo nuduh dia punya kelainan ... pacaran sama anak di bawah umur?" omel Yuli.

"Sakit, astaga!" Gita meringis nyeri.

"Lo pasti mau nuduh kalau pak Rudi ganteng misterius itu pacaran sama Denting!" Yuli menyipitkan matanya.

Gita membuang napas kasar. "Untuk saat ini, jujur aja ... iya, gue kepikiran soal itu. Lagian ya, coba Lo itung yang bener deh, Denting itu udah masuk usia 18 tahun, Yul. Bukan anak di bawah umur."

Meski Yuli menentang prasangka Gita, namun gadis itu terdiam. Rumor tentang pak Rudi yang dekat dengan siswa itu yang entah berawal dari siapa dan memang hanya sebentar beredar di sekolah, karena langsung hilang teredam oleh berita pertunangan pak Rudi.

Sayup kemudian terdengar suara adzan ashar, menyadarkan kedua gadis itu bahwa mereka telah terlalu lama berada di sana.

Gita lalu menepuk keningnya. Lupa akan rencanya mengajak Yuli mengunjungi rental komik. Sedangkan wajah Yuli terlihat pucat.

"Kenapa Yul?" tanya Gita.

"Ini hape gue silent dari pagi, dan ternyata bunda gue nelponin dari tadi," jawab Yuli seraya menunjukkan notifikasi 30 misscall di layar ponsel tahan banting yang sedang populer di tahun ini.

"Coba telpon balik, mungkin ada yang penting dan mendesak. Soalnya gue sangsi kalau bunda lo itu ... khawatir sama bocah kayak lo," tutur Gita seraya menyeringai.

Yuli mendelik sebal, tapi kemudian mengikuti saran Gita dan menghubungi nomor bundanya. Tak lama kemudian, gadis keturunan india itu terdengar meminta maaf karena lupa mengabari akan pulang telat, seraya mendengarkan suara omelan sang bunda, sambil sesekali menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Udah diomelinnya?" Gita lagi-lagi menyeringai, usai Yuli memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas.

"Waaah ... temen macam apa Lo seneng liat gue susah?!" Yuli mencubit pipi Gita gemas.

"Yaudah yuk pulang!" ajak Gita seraya bangkit berdiri.

"Semoga bunda adem gue bawain oleh-oleh. Selain roti bakar kantin, dapet camilan mahal juga dari Tomy." Yuli kemudian mengajak Gita ke pinggir jalan.

"Kita naek apa Git?" tanya Yuli yang baru sadar jika di sekitar mereka tidak ada angkutan kota.

Gita menggaruk belakang kepalanya bingung. Area elite, angkot not allowed. Sulit dah buat jelata kayak gue. Ojek online juga baru bakal muncul lima tahun lagi.

***

Tini masuk ke dalam kamar Gita sambil membawakan sebotol minyak untuk pijat. Kakak sepupunya itu tadi mengeluh kakinya sakit saat tiba di rumah.

"Kakak abis ngapain sih emangnya sampe pegel-pegel gitu?" tanya Tini.

Gita hanya menyeringai sambil selonjoran memijati kakinya yang pegal. Tadi ia dan Yuli harus berjalan cukup jauh untuk keluar dari area mal sampai ke jalan raya untuk menemukan angkutan kota. Meski ingin hati naik taksi, namun sayang isi kantong kedua gadis itu tak memadai.

"Tin, Kamu inget sama penulis yang aku suka gak?" tanya Gita.

"Oh, yang ternyata satu sekolah sama Kak Gita itu, ya?" jawab Tini berbinar.

"Iya. Kamu pernah tau gak dia tinggal di mana?" tanya Gita.

Tini menelengkan kepalanya. "Aku justru tau dari Kakak, kalau dia tinggal di kosan."

Gita memejamkan matanya sejenak, mencoba berkonsentrasi, namun tak ingat tentang hal itu. Ingatan remaja gue, kenapa nyicil banget sih kasih tau info soal Denting.

"Lupa, di mana ya Tin?" tanya Gita akhirnya.

"Aku juga cuman taunya waktu itu Kak Gita bilang dia kos di deket sekolahan," jawab Tini lalu menguap.

"Oh gitu. Yaudah Tin, Kamu tidur gih, udah setengah gitu matanya," ujar Gita sambil terkekeh.

Tini pun lalu pamit untu ke kamarnya, meninggalkan Gita yang masih mencoba kembali mengingat soal kediaman Denting.

"Ah mungkin gue pun dulu cuma tau sebatas dia ngekos aja. Tapi soal kosan di deket sekolah itu mungkin bisa coba gue cari nanti," gumam Gita.

Malam yang semakin larut dan kaki yang kelelahan tak kunjung membantu Gita untuk bisa terpejam. Ia kembali menuju meja belajarnya. Mengambil sebuah buku tulis yang masih memiliki banyak halaman kosong.

"Wah mubazir, pasti ini buku tahun lalu yang baru kepake sedikit halamannya. Gue pake buat notes aja deh." Gita lalu membuka buku itu dan meraih pulpen dan menuliskan isi pikirannya. Hari terakhir ujian itu gue ketemu Denting.

Setelah itu Denting diserang di deretan ruang kelas dekat laboratorium.

Tomy datang, mencari Denting, menemukan ponsel Denting. Dari situ diketahu kalau Denting berniat bertemu dengan pacarnya.

Tapi ada kemungkinan lain ... belum tentu yang ketemu dan menyerang Denting itu beneran cowoknya dia. Bisa aja orang lain yang ada di luar dugaan.

Oke tersangka jadi ada tiga: Pacar Denting, Rudi dan oknum lain.

Lalu yang mesti gue cari tau: Kosan Denting, juga isi ponsel dia.

Gita mengetuk-ngetukkan pulpen ke atas meja dan matanya melihat keberadaan buku sketsa rusak yang hampir ia lupakan.

"Oh iya, gue juga harus cari tau soal ancaman di sini," gumamnya, "apa tulisan ini adalah sebuah ancaman supaya gue tutup mulut karena menyaksikan soal penyerangan Denting? Kalau begitu ... saat gue ada di sana, si pengancam ini juga ngeliat gue, kan?"

Gita memijat keningnya. Selain Tomy, siapa yang ada di sana?

***

1
gaby
Yah, kirain Gio naksir Gita, ga taunya naksir Denting. Bakalan tetep jd jomblo dong walau mengulang wkt. Mudah2an Gita ga naksir Gio, jgn naksir cwok yg mengagumi wanita lain
Verlit Ivana: /Grin//Grin//Grin/
gaby: Yg jelas cm kaka othor yg tau jodohnya gita/Facepalm//Facepalm/
total 3 replies
gaby
Gita ngajak Tomi ngobrol 4mata menjauh dr Yuli & Gio. Tp pas dah berdua sm Tomi knp pembicaraannya pake di dlm hati. Emang mreka melakukan telepati. Jgn kbanyakan ngomong dlm hati, kapan mau kelar masalahnya. Kalo cm mau ngomong sendirian dlm hati, mending ga usah ktemuan. Rebahan aja di kamar masing2. Dah nungguin upnya dr pagi, giliran up isinya cm pembicaraan batin/Facepalm//Facepalm/
MeiRa
Syudah mampir thor. Semangat
Verlit Ivana: terima kasih Kakak, semoga suka membacanya. /Smile/
total 1 replies
gaby
Trus hasil sidangnya apaan thor?? Apa sanksi buat para perundung. Padahal bisa aja kalo ayah Gita melaporkan masalah ini k jalur hukum.
Verlit Ivana: diskors dia Kak
total 1 replies
Abu Yub
melenggang
Abu Yub
lanjut thor/Ok//Pray//Coffee//Beer/
Abu Yub: oke dek.yang tetap semangat/Pray/
Verlit Ivana: selamat lanjut membaca. maaf slowres saya jagain anak-anak saya nyambi nulisnya, Kak. 🙏🏼
total 4 replies
Abu Yub
membuang nafas
Abu Yub
menepuk keningnya
Abu Yub
senyum
Abu Yub
sip pokonya
Abu Yub: masama dek/Pray/
Verlit Ivana: terima kasih Kak/Smile/
total 2 replies
LidaAlhasyim
𝙨𝙪𝙠𝙖 𝙗𝙜𝙩 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙣𝙮😊
Verlit Ivana: masyaAllah Kakak, makasih banyak ya Kak. 🥰 semoga lancar rejekinya. aamiin.
total 1 replies
˜”*°•.˜”*°•KOMARU CHAN•°*”˜
Semangat thorrr
Verlit Ivana: terima kasih Kak/Smile/
total 1 replies
gaby
Kayanya Hantu di sekolah yg di ceritain tukang jamu waktu itu jgn2 Arwah Denting. Apa Denting dah meninggal?? Makanya kluarga di kampung nyariin ga ktemu.
Verlit Ivana: hehe ayo kakak selamat menebak /Smile//Hey/
total 1 replies
gaby
Tiap bab slalu gantung & misteri bertambah, dr awal ga ada titik terang. Dah gitu upnya 1× sehari. Mungkin ini yg mbikin para reader nabung bab. Karena kalo cm baca 1bab cm bikin penasaran yg ga berkesudahan.
Verlit Ivana: makasi sudah tetap baca dan bersabar Kaka Gaby /Smile/. insyaAllah diungkap perlahan sedikit lagi.
/Smile/
total 1 replies
Abu Yub
Aku mampir lagi thor/Rose//Wilt//Ok//Pray//Good/
Verlit Ivana: Terima kasih Kak/Smile/
total 1 replies
Abu Yub
masalahnya
Abu Yub
cerminn
Abu Yub
lanjut
Abu Yub
anak sekolah
Azthar_ noor
semangat ya🥰
Verlit Ivana: terima kasih Kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!