NovelToon NovelToon
Tergoda Tunangan Sahabat

Tergoda Tunangan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:16.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

"Gue tahu gue salah," lanjut Ares, suaranya dipenuhi penyesalan. "Gue nggak seharusnya mengkhianati Zahra... Tapi, Han, gue juga nggak bisa bohong."

Hana menggigit bibirnya, enggan menatap Ares. "Lo sadar ini salah, kan? Kita nggak bisa kayak gini."

Ares menghela napas panjang, keningnya bertumpu di bahu Hana. "Gue tahu. Tapi jujur, gue nggak bisa... Gue nggak bisa sedetik pun nggak khawatir sama lo."

****

Hana Priscilia yang mendedikasikan hidupnya untuk mencari pembunuh kekasihnya, malah terjebak oleh pesona dari polisi tampan—Ares yang kebetulan adalah tunangan sahabatnya sendiri.

Apakah Hana akan melanjutkan balas dendamnya, atau malah menjadi perusak hubungan pertunangan Zahra dan Ares?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Aaron melangkah santai melewati koridor markasnya, sementara Hana mengikutinya dengan hati-hati. Suasana di dalam gedung itu terasa lengang, hanya sesekali terdengar suara langkah kaki dari beberapa orang yang berjaga.

"Sepi banget," gumam Hana, melirik ke sekeliling.

"Masih sore," jawab Aaron tanpa menoleh. "Biasanya baru rame kalau udah malam. Lo tahu, kan? Dunia malam selalu lebih hidup."

Hana mendengus pelan. "Gue bukan anak klub kayak lo, jadi nggak relate."

Aaron terkekeh, lalu tiba-tiba berhenti di depan sebuah pintu besar dengan logo Red Dragon yang terukir di atasnya. Dengan santai, dia mendorong pintu itu dan masuk.

"Masuk," perintahnya.

Hana menimbang sejenak, tapi akhirnya melangkah masuk juga. Begitu dia berada di dalam, pintu itu tertutup otomatis di belakangnya.

Ruangan itu luas, dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota dari lantai atas. Di tengahnya, ada meja besar dengan beberapa kursi kulit hitam. Di satu sisi ruangan, ada lemari penuh botol minuman mahal, sementara di sisi lain, terdapat layar besar yang menampilkan rekaman CCTV dari berbagai sudut markas.

Aaron berjalan ke arah meja dan duduk di kursi utamanya, lalu menatap Hana dengan ekspresi penuh arti.

"Oke," katanya sambil menyilangkan tangan di dada. "Sekarang kita bicara serius. Lo mau informasi, kan? Tapi sebelum itu, gue mau tahu satu hal..."

Hana mengernyit. "Apa?"

Aaron mencondongkan tubuhnya ke depan, suaranya merendah namun tajam.

"Sebenernya, apa tujuan lo deketin gue?"

"Gue—" Hana menjeda kalimatnya, menelan ludah dengan susah payah. Tatapan Aaron yang tajam seperti mencoba menembus pikirannya, mencari kebohongan sekecil apa pun dalam jawabannya nanti.

"Apa?" Tekan Aaron.

"Gue butuh informasi."

Aaron menyeringai, ekspresinya penuh kemenangan. "Tebakan gue benar. Lo bukan cuma cewek biasa yang kebetulan deketin gue."

"Lo sendiri juga udah tahu gue bukan orang biasa sejak awal, kan? Lo cuma pura-pura bodoh."

Aaron terkekeh. "Pintar juga lo. Terus, informasi apa yang lo cari sampai rela masuk ke kandang naga?"

"Pemimpin sebenarnya, Red Dragon," katanya lirih. "Gue butuh informasi tentang orang tersebut."

Tawa Aaron langsung lenyap. Wajahnya mengeras, mata tajamnya berkilat penuh peringatan.

"Lo tahu," katanya pelan, "ada harga mahal yang harus lo bayar kalau lo berani nyentuh urusannya."

"Gue siap bayar harganya, kasih tahu gue siapa orang itu."

Aaron bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan dan merangkul pundak Hana. "Nggak usah nyari masalah, mereka bukan orang yang bisa gadis ingusan seperti lo sentuh."

***

"Mas, kenapa akhir-akhir ini susah banget di hubungi sih?" Keluh Zahra pada tunangannya.

Ares melepas tautan tangan Zahra yang melingkar di pinggangnya. "Mas lagi sibuk aja."

"Hmm... sibuk apa sih? Kok kayaknya makin jauh dari aku?" Zahra menatap Ares dengan mata penuh tuntutan, tetapi pria itu hanya menghela napas pelan.

"Kerjaan, Zahra. Jangan terlalu banyak tanya."

Nada dingin itu membuat Zahra merengut. Biasanya, Ares tidak pernah sekaku ini. Dulu, setiap kali dia merajuk, Ares selalu menenangkannya. Tapi sekarang? Bahkan untuk sekadar menggenggam tangannya saja, pria itu enggan.

"Mas... Kita baik-baik aja, kan?"

Ares mengalihkan pandangan, menatap hamparan kota dari kaca restoran. Jauh di dalam benaknya, ada sesuatu yang tak bisa dia ucapkan. Sesuatu yang jika terungkap, akan menghancurkan Zahra. Dan mungkin juga dirinya sendiri.

"Mas?" Zahra menggoyangkan lengannya pelan, berusaha menarik perhatiannya kembali.

Ares akhirnya menoleh, tapi bukan dengan tatapan lembut seperti yang Zahra harapkan. Yang ada hanya kebekuan.

"Kita baik-baik aja," jawabnya datar. Tapi entah mengapa, kata-kata itu terasa lebih seperti kebohongan daripada jaminan. "Buruan habisin makanannya, kita pulang."

***

**Keesokan Harinya di Kampus**

Zahra duduk di bangku taman dengan ekspresi merengut. Matanya menatap kosong ke arah halaman, sementara jemarinya memainkan ujung jilbabnya tanpa sadar.

"Lo kenapa manyun mulu? Nggak dikasih jatah sama Mas Ares?" Suara Dafa memecah lamunannya. Pria itu menyesap kopinya dengan santai, sementara senyum jahil mengembang di bibirnya.

Zahra melotot, lalu dengan refleks menoyor kepala sahabatnya itu. "Mulut lo nggak bisa dijaga, hah?"

Dafa hanya tergelak, jelas menikmati reaksi Zahra. Tapi tawanya terhenti ketika matanya menangkap seseorang yang tampak sibuk dengan ponselnya. Fokusnya langsung beralih ke Hana, yang duduk tak jauh dari mereka.

"Ini lagi," gumam Dafa, matanya menyipit curiga. "Punya gebetan baru, bukannya dikenalin ke kita-kita."

Zahra ikut melirik ke arah Hana, yang tengah mengetik sesuatu di ponselnya dengan ekspresi serius. Gadis itu tampak terlalu fokus sampai tidak sadar sedang diperhatikan.

"Siapa yang lo chat, sih?" tanya Dafa, penasaran.

"Nggak penting."

"Nggak penting apaan? Gue liat lo senyum-senyum sendiri dari tadi."

"Mana ada? Emang gue ODGJ apa senyum-senyum sendiri?"

"Udah sih, malah ribut." Zahra menengahi. "Lagian lo juga Fa, kepo amat."

"Iya noh, mau gue chat sama siapa kek nggak masalah, kecuali gue chat sama bapak lo! Baru lo nyinyir."

"Siaul lo, Hana!" Dafa menoyor kepala Hana.

Hana tergelak, mengusap kepalanya yang baru saja ditoyor Dafa. "Dasar Dabi—Dafa Babi!" gerutunya, meski senyumnya masih tersisa.

Dafa mendelik tajam. "Lo barusan manggil gue apa, hah?"

"DABI—DAFA BABI!" ulang Hana dengan suara lantangnya.

"Hana!!!!!!"

Setelah drama panjang antara Hana dan Dafa yang kejar-kejaran seperti bocil. Mereka kini berada di kantin. Hana mengusap keringat di dahinya, masih terengah. "Sialan, Fa! Kenapa lo cepet banget larinya?"

Dafa mendengus sambil meneguk es tehnya. "Lo aja yang lelet! Dasar kura-kura!"

"Lagian lo ngpain ngejar si Dafa sih Han? Kurang kerjaan banget." Yuna yang baru bergabung keheranan.

"Ceritanya panjang,"

"Dih, sepanjang apaan emang?"

Tiba-tiba Zahra di sebelah Hana menangis setelah membaca pesan di ponselnya.

"Ra, kenapa? Kok nangis?"

"Mas Ares, mas Ares jahat banget! Gue ngerasa dia berubah."

Deg!

Hana terdiam, jemarinya yang tadinya menggenggam sendok kini mengepal erat di atas meja.

"Ares berubah? Maksud lo?" tanya Yuna, yang kini juga ikut cemas melihat air mata Zahra yang mengalir deras.

Zahra mengusap pipinya, berusaha menahan isakan. "Dia dingin banget akhir-akhir ini. Dulu dia selalu ada buat gue, tapi sekarang? Balas chat aja kadang cuma 'oke' atau 'nanti.' Kayak... kayak gue ini cuma formalitas buat dia."

"Sial! Jangan-jangan dia selingkuh?" Dafa meletakkan gelas es tehnya dengan cukup keras.

Zahra menggeleng cepat. "Nggak mungkin! Mas Ares bukan orang kayak gitu."

Hana menunduk, jantungnya berdegup lebih cepat dari yang seharusnya. Kalau Zahra tahu kejadian malam itu... kalau dia tahu apa yang Ares lakukan di apartemen...

Hana menggigit bibirnya, menekan perasaan bersalah yang mulai merayapi hatinya.

"Hana?"

Suara Zahra membuatnya tersentak.

"Lo kenapa?" Zahra menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Lo tahu sesuatu tentang Mas Ares?"

Detik itu juga, napas Hana tercekat. Ia tak bisa menjawab. Tak bisa berbohong, tapi juga tak mungkin berkata jujur.

Bersambung...

1
Rohani Belekokpret
tidur yah ko ga up up
Chalimah Kuchiki
ahhhh gemes
Chalimah Kuchiki
ah so suitttttttt mas polisi 🤗
Mas Sigit
nunggu lg deh UP nya
Chalimah Kuchiki
ayok mas ares tangkap penjahatnya
Mas Sigit
thor UP nya sehari 2x apa sprti kmrin"
Chalimah Kuchiki
siapa ya jadi penasaran aduh 🤭 lagi disekolah anak sempetin baca update terbaru
Mas Sigit
up nya yg bnyk dong thor
Mas Sigit
jgn" itu kkny hana
Chalimah Kuchiki
mas ares polisi idaman 😍
Mas Sigit
ga sabar nunggu kelanjutanny
Chalimah Kuchiki
duh siapa sih bikin penasaran...
Mas Sigit
episode ini sangat menegangkan dn buat penasaran
Chalimah Kuchiki
jangan jadi pelakor hana.. tapi mas ares idaman bgt sih secara kan polisi intel dewasa dan beribawah. cuma airon juga keren wkwk bad boy gitu sukakk
muna aprilia
lanjut
Chalimah Kuchiki
jangan di apa2in hanq nya ya
Mas Sigit
di tunggu UP nya kk thor
Chalimah Kuchiki
resiko orang cantik di rebutin dua cowo 🤭...
Chalimah Kuchiki
duh masa hana di jahatin gini
Chalimah Kuchiki
semangat hana.. jangan jatuh cinta ke siapa2 dulu, fokus cari tau penyebab meninggalnya pacar kamu siapa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!