NovelToon NovelToon
Kau Selingkuhi Aku, Ku Ambil Bapakmu!

Kau Selingkuhi Aku, Ku Ambil Bapakmu!

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Balas Dendam / Selingkuh / Wanita Karir / Sugar daddy / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:31.8k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Diselingkuhi sedih? Sudah tidak jaman! Angkat kepalamu, gadis, mari kita balas dendam.

Betari diselingkuhi oleh kekasih yang dia pacari selama tiga tahun. Alih-alih menangis, dia merencanakan balas dendam. Mantan pacarnya punya ayah duda yang usianya masih cukup muda. Tampan, mapan, dan kelihatannya lebih bertanggungjawab. Jadi, Betari pikir, kalau dia tidak dapat anaknya, dia akan coba merebut ayahnya.

Namun ditengah misi balas dendamnya, Betari justru dikejutkan oleh semesta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

First Kiss

Pergi full energi, pulang hampir seperti orang mati. Melvis tak lagi memiliki daya ketika masuk kembali ke kamarnya. Terlebih saat menemukan Betari sudah duduk bersandar di atas ranjang, serius membaca buku seperti rutinitasnya tiap malam. Wajah perempuan itu tampak tenang. Sama sekali tidak menggambarkan badai apa pun yang bisa membuat Melvis membaca seberapa besar gemuruh yang ada di kepalanya.

Melvis menyeret langkahnya mendekat. Dadanya seperti ditekan kuat-kuat waktu Betari menoleh dan menyambutnya dengan senyuman hangat. Kedua netra cantiknya ikut memancarkan cahaya lembut yang seolah membelai setiap sel di tubuhnya. Membuatnya bertanya dengan tahu, apa iya senyum dan sorot mata teduh itu betulan palsu?

“Dari ruang kerja, ya?” tanya perempuan itu. Bukunya sudah disingkirkan jauh, seperti sengaja ingin fokus menyambut kembalinya Melvis.

Melvis hanya bisa mengangguk. Kepalang terlalu ribut dan lidahnya masih terasa kelu.

“Pantes tiba-tiba hilang. Tadi aku sempat bingung waktu kelar mandi, kok Om nggak ada.”

Betari itu manipulatif.

Melvis berusaha menepis suara Nando dari kepalanya. Perlahan-lahan dia naik ke kasur dengan mata yang menatap Betari lekat.

“Be,” panggilnya. Entah kenapa, tapi Melvis sendiri merasa suaranya mengalun terlalu pelan.

“Iya, kenapa Om?” Seperti biasa, suara Betari kedengaran main-main saat menyebutnya Om. Di hari lalu, itu kedengaran lucu dan sedikit menggelitik. Tetapi setelah mendengar penuturan Nando, Melvis jadi berpikir, bagaimana jika panggilan itu Betari sematkan karena dirinya memang dipandang sebagai ayahnya Nando alih-alih seorang lelaki yang bisa ia cintai?

“Loh, malah bengong.” Betari menepukkan kedua tangan. “Kenapa? Mau ngomong apa?”

Melvis menelan salivanya susah payah. Tak ada bukti yang bisa mendukung cerita Nando, setidaknya sampai saat ini. Tidak mungkin juga Melvis berlari keluar dan langsung bertanya kepada Andara untuk mengkonfirmasikan satu persatu hal yang Nando sampaikan sebelumnya. Tetapi di lain sisi, Melvis tidak bisa membiarkan dirinya terombang-ambing begini.

Bagaimana bisa dia tidur di sebelah Betari malam ini kalau kepalanya masih begitu ribut, mempertanyakan alasan di balik kesediaan perempuan itu menjadi istrinya?

“Be,” panggilnya lagi.

Betari terlihat gemas kala menjawab, “Iya, Om, kenapa?”

Nggak ada cara lain, batin Melvis. Walaupun tidak secara langsung akan mengkonfirmasi kebenarannya, setidaknya dia perlu sesuatu yang bisa menggugurkan keraguannya sementara.

Jadi, dengan jantung yang mulai berdegup dengan irama tak beraturan, Melvis membawa dirinya mendekat ke arah Betari.

“Saya ... mau ini.” Telunjuknya menyentuh belah bibir Betari, mengusapnya lembut. “Boleh?”

Tidak ada jawaban. Betari tampak menegang.

Setidaknya kalau diterima, mungkin walaupun cuma sedikit, dia punya perasaan juga ke saya. Pikirnya.

Masih tidak ada jawaban ketika Melvis meraih kepala Betari lembut, menyentuh pipi merah merona perempuan itu yang terasa hangat di telapak tangannya.

Seperti dalam adegan drama-drama romantis, Melvis menyapa ranum Betari dengan cara paling santun yang dia bisa. Tak ada tuntutan. Hanya sapuan-sapuan lembut yang berhadap bisa mendapatkan balasan.

Selama beberapa waktu, Betari hanya pasrah menerima perlakuannya. Sampai kemudian, dia merasakan bibir perempuan itu mulai bergerak mengimbangi. Bibir mereka beradu berirama. Dari yang awalnya lembut, perlahan menjadi sedikit lebih menuntut hingga menimbulkan suara decapan halus memenuhi kamar mereka.

Sesuatu terasa meledak-ledak di dada Melvis. Bukan hanya karena sudah lama tidak memadu kasih, tetapi karena pikirannya mulai terbagi lagi. Dia pikir akan cukup dengan ciuman untuk mematahkan keraguan. Nyatanya, dia malah menginginkan lebih.

Entah siapa yang memulai lebih dulu, Melvis tidak tahu. Sebab bibirnya tak bisa berhenti mencecap rasa manis dari ranum Betari yang dalam sekejap menjadi candu. Inci demi inci dilabuhi, dijejaki penuh penghayatan seakan mereka tidak memiliki waktu lagi selain malam ini.

Pagutan mereka baru terlepas ketika Melvis merasakan Betari meremas bagian depan kausnya. Seperti kode meminta jeda untuk mengambil napas agar tidak tewas.

Melvis membuka matanya perlahan, menjauhkan wajahnya dari wajah Betari hanya untuk menemukan wajah perempuan itu sudah sepenuhnya merah padam. Dia juga menarik tangannya dari sana, ketika sadar bahwa tangannya sudah menjelajah cukup jauh.

“Boleh?” tanyanya. Merujuk pada hal lain sebab kini tangannya mulai merambat ke belakang tubuh Betari, mengusap punggung istrinya lembut penuh kasih.

Melvis mungkin akan sepenuhnya kehilangan kewarasan dan memutuskan bahwa omongan Nando hanyalah angin lalu jika saja Betari mengangguk setuju. Tetapi karena perempuan itu menggeleng pelan sambil menangkup kedua pipinya, Melvis tahu dia masih perlu waktu untuk mencari kebenaran.

“Nggak sekarang, ya, Om. Nanti kalau siklusnya udah berhenti baru boleh.” Begitu kata Betari, dan Melvis hanya bisa mengangguk mengerti.

Dia menjauh secara perlahan, mencoba merakit senyum tanpa menampakkan gurat kekecewaan.

“Maaf ya kalau tiba-tiba. Kamu pasti kaget.”

Betari menggeleng pelan. “Nggak ada yang aneh. Kita kan suami istri.” Nadanya kedengaran ceria. Melvis tidak akan tahu kalau sejatinya Betari deg-degan parah. Jantungnya serasa hendak meledak. Menyebar di udara seperti kembang api yang dinyalakan untuk memeriahkan sebuah perayaan.

Melvis hanya bisa tersenyum. “Kalau masih mau baca buku, lanjut aja. Saya mau balik ke ruang kerja saya, masih ada yang harus saya kerjain.” Sembari turun dari kasur, lalu mengecup puncak kepala Betari.

“Nggak usah nungguin saya. Kalau udah ngantuk langsung tidur aja,” pesannya terakhir kali, sebelum melesat pergi.

Melvis mengusak kepalanya kasar. Otaknya masih berusaha menolak keras suara-suara Nando yang berkeliaran di sana, tentang Betari yang manipulatif.

Dia hanya berpikir, memangnya ada orang yang mau bertindak sejauh ini hanya untuk balas dendam?

...*****...

“Nanti kalau anak kita udah lahir, kamu maunya dipanggil apa?”

Nando tampak berpikir sebentar, lalu menjawab, “Ayah.”

Andara mengangguk dan tersenyum senang. Merasa di atas awan, apalagi setelah menyaksikan Nando nurut saja dia suruh mengompori Melvis dengan melebih-lebihkan cerita.

“Berati aku nanti dipanggil Bunda?” celotehnya lagi. Telinganya berada dekat dengan dada Nando, membuatnya bisa mendengar detak jantung lelaki itu dengan jelas—dan dia berasumsi bahwa detakan kerasnya berasal dari antusiasme yang tinggi untuk menyambut kelahiran sang buah hati.

Andara tidak akan tahu bahwa degup tak beraturan di dada Nando itu justru berasal dari kekhawatirannya sendiri. Dia masih memikirkan reaksi Melvis dan apa yang akan ayahnya itu lakukan setelah ini.

Jika umpannya diterima dengan baik, Betari akan didepak dan mereka bisa menjalani kehidupan yang normal kembali. Tetapi jika tidak...

“Atau Ibu? Menurut kamu mending mana?”

“Yang mana pun, asal kamu suka.” Nando mendekap Andara semakin erat. Bukan karena ingin, dia hanya mulai tidak bisa berkonsentrasi menanggapi ocehannya di saat kepalanya masih penuh dengan persoalan Betari.

“Aku mau dipanggil Ibu. Lebih kedengaran penuh kasih,” celoteh Andara.

Nando hanya menjawab, “Iya. Ibu kedengaran cocok buat kamu. Udah ya, udah malam, dede bayinya harus tidur.” Lalu menarik selimut hingga sebatas pundak.

Andara tidak berontak. Full senyum ia sambil memejamkan mata. Tidur di pelukan suaminya, siap mengarungi mimpi indah tanpa bayang-bayang Betari di sana.

Dia tidak tahu saja kalau bahkan di akan mimpi pun, ketenangan itu tidak akan menjadi miliknya.

Bersambung...

1
FT. Zira
karya luar biasa...ada pembelajaran yang bisa di ambil dari karya ini.
Betari yang bisa menguasai dirinya sendiri.
Om Durenku-Melvis yang bijak dalam menghadapi masalah dan bersikap adil meski itu ke anak sendiri..
dan perubahan positif Nando Andara...

aku menantikan karya luar biasamu yang lain kak.. semamgat berkarya😘😘🥰🥰❤️❤️❤️❤️
FT. Zira
misteri lagi dong kak Ze/Whimper//Whimper//Whimper/
FT. Zira
yaahhh.. kok udahannn sih kakkkk
FT. Zira
ya ampunn.. ngomongnyaa🤭🤭
FT. Zira
gak bisa komen.. repisi katanya/Grimace//Grimace/
Teteh Lia
Terimakasih untuk cerita luar biasa na, Kaka... 🙏❤️.

di tunggu cerita2 lain na...
Teteh Lia
Kasihan juga sama Andara. tapi dia juga yang memulai semuanya.
nowitsrain
Misteriiiiiiiiiiii
Zenun: masak dulu ya
nowitsrain: Yaudah dimatengin aja dulu. Kusiap menunggu
total 3 replies
nowitsrain
Mantap Djiwa 🤘🤘 akulah si fans number one yang akan selalu muncul ituh
Zenun: hehehe
nowitsrain: Membara membahana syalala
total 3 replies
nowitsrain
Om kamu itu cil, bocil, sadar cil
nowitsrain: Naren mah anomali
Zenun: kaya Naren ya
total 4 replies
nowitsrain
Apalah Mak bapaknya ini. Tapi semoga sama suami baru hidupmu bahagia ya, An.
Zenun: Biar gak anu
total 1 replies
nowitsrain
Puas-puasin dah nangisnya. Abis itu bangkit, tegakkan kepala! Masih banyak yang mau terima kamu sebagai kamu. Jangan diulangi lagi kesalahan yang sama 😡
nowitsrain: Yash. Kuncinya adalah menerima diri sendiri dulu
Zenun: Iya betul. Yang nggak sampai mengorbankan harga diri
total 2 replies
nowitsrain
Halo Iyo, ikut Aunty yuk, nanti Aunty jajanin seblak level 25.
Zenun: /Determined/
nowitsrain: Lesgoooo
total 3 replies
nowitsrain
Kan pabriknya sama, ya wajar kalau mirip
nowitsrain: Oiya bener.
Zenun: Pabriknya beda, tapi bahan bakunya sama😄
total 2 replies
nowitsrain
Udah dibuang Be sampahnya
nowitsrain: Oooo ya ya
Zenun: itu yang sampai dikumpulin terus dibakar, bekasnya jadi gundukan abu gitu kak, terus dipakai bakar berkali-kali, namanya tabunan
total 4 replies
Sunaryati
Terimakasih Happy ending, Thoor. Kutunggu karyamu selanjutnya
Zenun: Iya kakak
total 1 replies
RR🫶🏻🌊
Sukses dengan karya barunya nanti dek ❤️
Zenun: iya kakak😍
total 1 replies
RR🫶🏻🌊
Astaga
RR🫶🏻🌊
Aku kira orang tua Andara ngotot mau ambil anak mereka tp trnyta nggak ya
Zenun: Nggak kak, karena anak hasil malu mungkin, jadinya dikasih ya terima nggak dikasih ya gapapa.
total 1 replies
RR🫶🏻🌊
Gak bisa komen di part nya 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!