Seorang gadis Pustakawan yang merupakan seorang kutu buku harus menerima kenyataan bahwa ia tewas saat ia menamatkan novel kesukaannya berjudul "Moonira".
Namun bukannya menuju akhirat, gadis itu justru masuk ke dunia novel kesayangannya dan ditunjuk sebagai calon Helena yang menyalurkan berkat dari dewi Selene kepada kerajaan Welf. Disana ia ditemukan oleh seorang Adipati kerajaan Welf yang merupakan high Elf.
Bagaimana kisah gadis itu di dunia Moonira? Apakah gadis itu berhasil menjadi seorang Helena dan bagaimana kisah cinta gadis itu dengan sosok Adipati yang terkenal sebagai dewa kematian di dalam peperangan? Apakah cinta mereka bersatu atau justru kandas di tengah jalan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arthystrawberry23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
XXX Kedekatan Benang Merah.
Dalam acara pesta debut kerajaan Helena, acara selanjutnya adalah para Helena akan menari dengan ayah mereka sebagai bentuk pelepasan sang Helena yang akan menjalankan tugas untuk membantu kerajaan dalam menghadapi insiden Cladis.
Acara dansa akan segera dimulai, namun mereka menunggu sang Helena agung yang masih terdiam di tempatnya memandang kearah para tamu undangan.
Jujur dalam hati Roselina merasa bingung, karena ia tidak memiliki seorang ayah sejak ia bereinkarnasi di dunia Moonira sehingga ia tidak bisa berdansa.
Roselina berpikir apakah dirinya bisa tidak mengikuti acara dansa kali ini? Namun melihat para Helena dan tamu undangan terdiam membuat Roselina berpikir bahwa ia juga harus menjalankan acara dansa kali ini.
"Maukah anda berdansa denganku, wahai Helena agung." Roselina menoleh ketika ia mendengar suara raja yang kini sedang berdiri di depannya sembari menjulurkan tangannya di depan Roselina.
Roselina terdiam sejenak seakan ragu apakah semua ini diperbolehkan, namun raja meyakinkan Roselina bahwa kini ia adalah ayahnya membuat hati Roselina tersentuh.
Dengan pelan dan ragu, Roselina menerima uluran tangan raja. Roselina dan raja turun dari singgasana dengan begitu pelan dan anggun, Roselina dan raja saling memandang sembari tersenyum.
Seluruh Helena pun bersedia untuk berdansa, musik mulai mengalun dan para Helena mulai berdansa dengan anggun.
"Terima kasih yang mulia atas kemurahan hatimu membantuku menjalankan tradisi ini," ujar Roselina sembari tersenyum kearah raja.
"Tidak perlu merasa sungkan Roselina, sejak kau hidup di dunia ini, kami semua adalah keluargamu, untuk itu kau tidak perlu merasa sedih dan sendiri lagi," jelas raja dengan senyum tulus yang membuat hati Roselina tersentuh.
Disaat sedang berdansa, secara tidak sengaja raja menginjak kaki Roselina, membuat mereka berhenti berdansa sejenak kemudian kembali melanjutkan dansa.
"Apa kau baik-baik saja Roselina? Maafkan aku karena sudah melukai kakimu." Roselina tertawa kecil lalu menatap kearah raja.
"Tidak apa-apa yang mulia, aku juga bersalah karena tidak mampu mengimbangi langkah kaki yang mulia," jelas Roselina.
"Tak perlu menghiburku seperti itu Roselina, kali ini murni kesalahanku, sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berdansa sehingga membuat gerakanku sedikit kaku." Roselina hanya tertawa kecil merespon ucapan raja yang juga ikut tertawa kecil.
Seluruh high elf yang melihat kedekatan Roselina dan raja merasa tersentuh dan bahagia, chemistry antara raja dan Roselina seakan menarik perhatian para tamu undangan yang membuat mereka merasa bahwa hubungan Roselina dan raja terlihat seperti hubungan ayah dan putri sesungguhnya.
Acara dansa berjalan dengan lancar, dan kini sudah saatnya seluruh hadirin menikmati acara pesta, seluruh tamu undangan banyak menghampiri para Helena dan berbincang dengannya.
Namun entah mengapa tidak ada satupun yang datang menghampiri Roselina, hal itu membuat Roselina merasa bingung, setiap kali Roselina menatap kearah para tamu undangan, mereka langsung menundukkan pandangan.
"Apa yang kau pikirkan sehingga wajahmu terlihat planga plongo seperti itu." Roselina tersentak sejenak lalu menoleh kearah Ernathan yang kini berdiri di sampingnya.
"Ah, Ernathan, kau darimana saja? Kau tahu aku merasa aneh tau ditinggal sendiri," keluh Roselina membuat Ernathan tertawa kecil melihat ekspresi kesal Roselina.
"Haha, maafkan aku, tadi aku berbincang dengan salah satu bangsawan, maka dari itu aku sedikit terlambat menemanimu," jelas Ernathan membuat Roselina cemberut dan menatap kesal kearah Ernathan.
"Oh iya Ernathan, kenapa para tamu undangan tidak ada yang menghampiriku? Setiap kali aku menatap kearah mereka, mereka langsung menundukkan kepala, apa ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya Roselina.
"Tentu saja, bagaimanapun kau adalah seorang Helena agung, dari namanya saja bisa disimpulkan di mata mereka, kau adalah sosok agung yang tidak boleh diperlakukan sembarangan," jelas Ernathan.
"Kenapa harus sebegitunya sih? Padahal aku bukan dewi, aku hanya elf biasa" gumam Roselina karena bagaimanapun dia harus menjaga sikap di depan para tamu.
"Bagaimana kalau kau yang mencoba menyapa mereka?" Saran Ernathan.
Mendengar saran Ernathan membuat Roselina menghampiri salah satu bangsawan yang langsung menundukkan pandangan dan membungkukkan badan ketika melihat Roselina menghampirinya.
"Salam hormatku kepadamu, Helena agung" ujar bangsawan itu memberi salam membuat Roselina tersenyum kikuk.
Roselina berbincang dengannya sebentar lalu kembali berkeliaran, menghampiri satu persatu para hadirin namun sikap kaku para tamu yang Roselina ajak bicara membuatnya merasa tidak nyaman.
"Apa yang nona cantik lakukan berdiam diri disini?" Roselina menoleh dan melihat Caelus, Arthur, dan Aaron berdiri di sampingnya.
"Ah, Caelus, tidak apa-apa, aku baru saja selesai berbincang dengan para tamu," jelas Roselina tersenyum kaku menggambarkan bahwa ia merasa tidak nyaman dengan perlakuan dari para tamu undangan.
"Saya paham anda tidak nyaman dengan perlakuan para tamu undangan karena mengingat status anda adalah status tertinggi di dunia ini nona," jelas Aaron membuat Roselina menghela nafas panjang.
"Aku merasa iri dengan para Helena lainnya yang terlihat langsung berbaur dengan para tamu undangan, sedangkan aku, mereka terlihat kaku dan terlalu formal padaku, jujur aku merasa sedikit tidak nyaman," keluh Roselina dengan ekspresi sedikit murung.
Caelus menoel lembut hidung Roselina membuatnya terhentak dan menatap kearah Caelus yang tersenyum lebar kearahnya. "Wajah cantik anda tidak boleh terlihat murung, nona."
Roselina menatap heran kearah Caelus, Aaron dan Arthur terkejut ketika melihat aura kelam menguar dari dalam tubuh Caelus. "Para elf tidak sopan itu tidak pantas membuat anda merasa murung nona."
Arthur segera melangkah mendekati Roselina, ia meraih tangan Roselina. "Maukah anda berdansa denganku?" Roselina terkejut ketika tiba-tiba Arthur mengajak Roselina berdansa.
Tubuh Roselina kembali terhentak ketika ia merasakan tangan besar melingkar di pinggangnya, Roselina menoleh dan melihat Ernathan berdiri di sampingnya.
"Aku akan mengajaknya berkeliling, sekiranya jika aku menemani Roselina, mungkin saja para tamu tidak sungkan dengan Roselina, benarkan?" Belum sempat Roselina membuka suara, Ernathan menepis tangan Arthur dari tangan Roselina dan menatap tajam kearah Arthur.
"Kalau begitu, kami pamit." Roselina dan Ernathan pamit meninggalkan Arthur, Caelus, dan Aaron yang terpaku di tempat.
Caelus tersadar dan segera menoleh kearah Arthur dengan tatapan menyipit dan aura kelam kembali menguar.
"Mengajak nona berdansa? Wah aku tidak menyangka kau begitu berani melakukannya di depanku, Arthur," sindir Caelus.
"Aku hanya mencoba menghibur nona Roselina dengan mengajaknya berdansa, mungkin saja para tamu tidak merasa sungkan lagi," jelas Arthur dengan ekspresi datar tanpa dosa.
Caelus melampiaskan rasa kesalnya pada Arthur dan Arthur ikut menimpali perkataan Caelus dengan dingin dan datar membuat Caelus semakin merasa kesal, Aaron yang melihat tingkah kedua rekannya itu hanya menghela nafas berat.
Kini Roselina dan Ernathan duduk di taman, Roselina terdiam menatap kearah bulan yang bersinar terang. Ernathan membuka jasnya dan memasangkan ke tubuh Roselina agar Roselina tidak kedinginan.
"Sepertinya acara pesta kerajaan tidak cocok denganku," gumam Roselina kembali menghela nafas panjang.
"Apa di kehidupan lamamu, kau tidak pernah hadir dalam acara pesta seperti ini?" Tanya Ernathan.
"Acara pesta seperti ini hanya untuk para keluarga bangsawan ataupun orang kaya, rakyat biasa sepertiku mana bisa."
"Lalu apa saja yang kau kerjakan?"
"Yah, hanya bangun pagi, membersihkan dan merapikan buku di perpustakaan, melayani para pengunjung, dan tentu saja membaca buku"
"Sesekali aku pergi berpiknik dengan ibu atau menghabiskan waktu bersama dengan ibuku." Roselina kembali murung ketika ia kembali teringat dengan ibunya di bumi.
Ernathan merangkul Roselina dan Roselina menyandarkan kepalanya di pundak Ernathan. Keheningan melanda diantara mereka, Roselina memandang kearah bulan sedangkan Ernathan menatap kearah Roselina.
"Aku jadi teringat ketika masih kecil, aku selalu berangan-angan, seperti apa rasanya jika berdansa di bawah sinar rembulan, di duniaku hal itu sangat romantis," bisik Roselina sembari tersenyum menatap kearah bulan.
Ernathan yang mendengar itu, mengangkat pelan kepala Roselina dari bahunya dan berlutut di depan Roselina sembari menjulurkan tangannya.
"Maukah kau berdansa denganku, my lady?" Roselina tertawa kecil ketika mendengar perkataan Ernathan.
"Kata-katamu seperti Caelus saja."
"Yah aku hanya mencoba untuk bersikap seperti seorang pangeran yang mengajak seorang putri berdansa." Roselina kembali tertawa dan menerima uluran tangan Ernathan.
Ernathan dan Roselina menari di taman dengan sinar rembulan menerangi mereka. Mereka menari dengan anggun dan saling menatap dengan raut wajah tersenyum dan bahagia.
Tanpa mereka sadari bahwa seseorang mengamati mereka berdua dari atas balkon aula pesta, sosok itu adalah pangeran Aegis yang sejak awal memperhatikan Roselina.
Dengan ekspresi datar dan tatapan datar ia terus mengamati Roselina dan Ernathan yang sedang berdansa.
Tanpa sadar, tangan Aegis menyentuh dada kirinya yang terasa sakit ketika melihat Roselina dan Ernathan berdansa bahagia di taman istana.
Ratu Serena yang sedari tadi mencari putranya yang tiba-tiba menghilang, menemukan pangeran Aegis berdiri seorang diri di balkon.
Ratu Serena menghampiri pangeran Aegis, namun saat akan menyapanya, ratu mengurungkan niatnya ketika melihat pangeran Aegis meremas pelan dada kirinya.
"Aegis?" Ratu memanggil pangeran Aegis sembari menepuk pelan pundak putra sulungnya.
"Ibunda? Apa yang ibunda lakukan disini?" Tanya Aegis yang menoleh kearah ratu Serena.
"Aku tidak melihatmu ada di dalam aula pesta, untuk itu aku mencarimu, nak," jelas ratu.
Pangeran Aegis menoleh sejenak kearah Roselina dan Ernathan sebelum kembali berbicara. "Aku hanya merasa sedikit bosan, untuk itu aku mencari udara segar, maaf sudah membuat ibunda khawatir."
"Tidak apa-apa nak, lebih baik kau kembali, ayahmu sedari tadi mencarimu," jelas ratu Serena.
"Baiklah ibunda, kalau begitu aku pamit undur diri." Pangeran Aegis menunduk sejenak lalu berjalan pergi.
Ratu Serena menoleh kearah Ernathan dan Roselina yang masih berdansa, ratu tersenyum lirih ketika melihat kebahagiaan Roselina dan Ernathan.
Dapat ratu Serena rasakan tatapan cinta Ernathan yang mengarah pada Roselina. Ekspresinya mendadak berubah ketika ratu Serena menyadari sesuatu.
"Aku sendiri tidak mampu melihat kisah mereka yang sangat pahit di masa depan, aku tidak mengerti mengapa dewi bulan melakukan hal ini pada putraku, Ernathan, dan Roselina."
To Be Continued...