Sudah tahu tak akan pernah bisa bersatu, tapi masih menjalin kisah yang salah. Itulah yang dilakukan oleh Rafandra Ardana Wiguna dengan Lyora Angelica.
Di tengah rasa yang belum menemukan jalan keluar karena sebuah perbedaan yang tak bisa disatukan, yakni iman. Sebuah kejutan Rafandra Ardana Wiguna dapatkan. Dia menyaksikan perempuan yang amat dia kenal berdiri di altar pernikahan. Padahal, baru tadi pagi mereka berpelukan.
Di tengah kepedihan yang menyelimuti, air mata tak terasa meniti. Tetiba sapu tangan karakter lucu disodori. Senyum dari seorang perempuan yang tak Rafandra kenali menyapanya dengan penuh arti.
"Air mata adalah deskripsi kesakitan luar biasa yang tak bisa diucapkan dengan kata."
Siapakah perempuan itu? Apakah dia yang nantinya akan bisa menghapus air mata Rafandra? Atau Lyora akan kembali kepada Rafandra dengan iman serta amin yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Lelah Diam
Talia terkejut bukan main melihat kondisi lelaki yang hilang kabar selama tiga hari belakangan. Dia hendak menghampiri, tapi Yudha mencekal.
"Itu hanya akal-akalannya saja supaya kamu iba karena dia tidak datang ke tempat yang sudah kamu tentukan."
Lemparan benda keras tepat mengenai kening Yudha. Sebuah ponsel mahal kini sudah tergeletak di lantai dengan layar yang pecah.
"Jaga congor lu, Bang sat!!"
Tiba-tiba ada lelaki di belakang Rafandra yang sudah naik pitam. Wajahnya penuh kemurkaan. Dia hendak menghampiri Yudha, tapi ditahan oleh Rafandra.
"Gy, udah," ucap pelan Rafandra menenangkan sang adik sepupu.
"ASAL LU TAHU, ABANG GUA BARU AJA KELUAR DARI RUANG OPERASI!"
Tak peduli semua pandangan tertuju padanya. Gyan tidak terima dengan apa yang dikatakan lelaki yang sedari tadi memasang wajah menyebalkan. Sedangkan Talia tercengang mendengar ucapan lelaki yang pernah memecahkan vas bunga.
Tiga hari yang lalu, Rafandra menerima panggilan dari orang kepercayaan ibunya. Dia segera bergegas ke sana ke tempat di mana sang mami berada. Penarikan saham di beberapa tempat membuat para owner tak terima. Kehadiran Rafandra di sana untuk meluruskan dan menjelaskan sehingga keadaan yang chaos berubah damai.
Ketika dia hendak kembali ke kantor, tiba-tiba muncul keinginan untuk memakai mobil sang mami. Dan di tengah jalan, rem mobil sudah tak berfungsi lagi. Dia tengah membawa mobil itu dengan kecepatan cukup tinggi. Daripada membahayakan banyak orang, dia membanting setir dan menabrakkan mobil ke pembatas jalan. Untungnya airbag masih berfungsi normal sehingga tak ada luka serius.
Namun, ketika dia keluar dari mobil dari arah belakang motor melaju dengan kencang dan menyerempetnya hingga kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Belum sempat terbangun, kembali sebuah motor melaju dengan sangat kencang dan menggeleng pergelangan kaki sampai sulit untuk berjalan.
Segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, dan untuk mencegah sesuatu yang lebih parah dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi. Pihak keluarga langsung menerbangkan Rafandra ke Singapura dan operasi dilakukan di sana.
Itulah alasan kenapa tiga hari belakangan Rafandra menghilang. Dia tak ingin membuat Talia khawatir akan kondisinya. Tapi, tetap memperhatikan serta menjaga Talia dari jauh.
.
Kini, mata Talia tertuju pada Rafandra yang sudah membuka masker. Segera Talia melepaskan cekalan tangan Yudha dan menghampiri Rafandra.
"Maaf, saya telat."
Begitu lembut dan tulus kalimat yang terucap. Mata Talia pun berkaca.
"Pukul saya jika kamu marah."
Tubuh lemah itu hanya bisa pasrah ketika Talia benar memukul dadanya. Gyan hendak melarang, tapi dihentikan oleh Rafandra. Hanya beberapa kali pukulan dan berakhir dengan sebuah pelukan dengan air mata yang tak tertahan.
Di sisi lain ada yang sudah geram melihat adegan yang membuat tubuhnya panas. Dia ingin menghampiri Talia. Sayangnya tangan itu dengan cepat dicekal oleh Varsha.
"Sudahi rasa lu, Bang. Cinta Kakak gua udah bukan buat lu lagi."
Menusuk sekali ucapan dari Varsha hingga mampu membuat Yudha terdiam seribu bahasa.
"Makasih udah menyayangi Kakak gua."
"Varsha--"
"Masanya sudah habis, Om," potong Varsha dengan sangat berani.
"Kata maaf tak akan pernah bisa mengembalikan hati Kakak saya yang sudah dihancurkan hingga berserakan."
Semuanya pun terdiam mendengar kalimat yang terlontar dari Varsha. Begitu menampar mereka bertiga.
"Terimakasih atas kebaikan Om yang sudah menjaga Ibu saya. Dan Terimakasih juga karena istri Om sudah hampir membuat mental Kakak saya rusak."
"Varsha, Om kan sudah jelaskan--"
"Saya tahu, Om. Tapi, gerakan Om terlalu lamban dan pada akhirnya Kakak saya menjadi korban." Kembali pembelaan Ardito dipotong.
"Dan lu, Bang Yudha. Sudahi pemaksaan ini. Lu selalu bilang sayang setiap ketemu Kakak gua. Tapi, ketika Kakak gua disakiti, dikasari sama nyokap lu. Lu cuma jadi penonton. Dan cuma kata sabar yang lu ucapkan. Apa itu yang dinamakan berjuang sama-sama?" Sudah lelah diam dan akhirnya diluapkan.
"Saya harap, kalian bertiga tak mengganggu kami lagi. Dan lupakan tentang perjanjian kalian dengan Ibu saya karena saya dan kakak saya bisa menentukan jalan hidup tanpa terikat kepada siapapun."
Semakin tak bisa berkatalah mereka bertiga apalagi ketika melihat Talia yang tersenyum bahagia bukan dengan putra mereka.
...*** BERSAMBUNG ***...
Setelah membaca tolong tinggalkan komentar supaya author semangat lagi up-nya.
lanjut trus Thor
semangat