"A Marriage Of Revenge"

Malam itu walaupun tak berjumpa dengan Marna atau Tuan Asa keduanya memilih untuk menginap di kediaman Tirtayasa. Ini adalah kali pertama Celsi menginap langsung di rumah itu, tapi demi rencana mereka adalah baik nya memang untuk malam ini mereka menginap dahulu.

Keduanya tidur di ranjang yang sama tapi suasananya malah kelihatan sangat tegang, apalagi saat perkataan Bara tadi teringat kembali di benak Celsi "Punya anak????? Aduhh kenapa sih dia malah ngomong gitu aku jadi takut kan mana tidurnya dekat banget lagi" Gerutu Celsi dalam hatinya karena memang dia sangat was was.

"He..... Kenapa malah bengong, tidur kali...." Tegur bara yang menyadari itu.

"Ehhhh kamu aja tidur deluan, aku nyusul" jawabnya secara spontan

"Sejak kapan tidur pakai deluan nyusul segala? Tidurnya barengan sinii..."ucap bara sambil merentangkan kedua tangannya dengan maksud agar Celsi datang ke pelukan nya.

Mata Celsi tak bisa bohong dia langsung mengeluarkan ekspresi paniknya, bahkan dia tak bisa berpikir jernih saat ini sampai sampai ajakan untuk berpelukan itu dia abaikan, badannya spontan langsung berputar balik dan dia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Bara pun tersenyum sumringah melihat sikap kaku istrinya itu, yahh walaupun sudah tiga bulan lebih menikah dan hidup bersama keduanya masih belum pernah melakukan hubungan suami-istri.

"Kamu gak usah panik dong, kan aku gak minta apa-apa, untuk omongan aku tadi kalau kamu belum siap aku gak bakal maksain kamu , aku bakal nunggu sampe kamu benar-benar siap" Ucap Bara sembari mendekat kearah Celsi dan dia pun memeluk dari belakang Celsi.

Malam itu keduanya pun tampak tertidur pulas, begitu pun dengan seluruh isi rumah itu tampak sudah hening dan tak ada lagi pekerjaan apapun disana hanya petugas keamanan yang ada di luar rumah lah yang masih aktif menjaga sekitar wilayah kediaman Tirtayasa itu.

Pagi hari indah pun kembali menyambut hari mereka, Bara sudah bangun sedari tadi tapi dia masih belum tega membangunkan istrinya itu, apalagi mendengar dengkuran pulas yang di keluarkan Celsi membuatnya membiarkan Celsi untuk tidur sebentar lagi.

Bara keluar dari kamar dan menuju ke ruang keluarga Tirtayasa, karena dia yakin kalau Papa dan Mama tirinya itu sudah berada di ruangan favorit itu.

Bara lagi-lagi masuk tanpa aba-aba seperti mengetuk pintu atau mengeluarkan suara,dia masuk seakan menerobos pintu ruangan itu begitu saja.

"KAMU INI KEBIASAAN SEKALI MENEROBOS MASUK TIDAK ADA ETIKA KAMU!!!!" Kata papa nya yang di buat naik darah padahal masih pagi.

"Kenapa harus mengetuk atau bersuara pa.... Ini juga jadi wilayah bara bukan? Kan ini ruang keluarga, atau Bara sudah bukan keluarga papa lagi?" Tanya bara dengan berani.

"Selalu saja ada jawaban dari kamu, sejak kecil papa sudah ajarkan sopan santun bukan?"

"Belum pernah sama sekali loh pa... Papa kan sibuk di luar terus sampai lupa kalau punya anak" Imbuh bara dengan lebih lancang lagi.

"Tunggu-tunggu pa... Sebelum lanjut nihh kenapa kamu sudah di sini padahal masih pagi sekali?" Tanya Marna

"Kenapa? Merasa takut kalau aku bakal tinggal disini? Kenapa wajahnya panik?" Tanya bara lagi memancing suasana semakin buruk.

"Kamu kalau tidak bisa di ajak bicara baik-baik mending kamu keluar daripada kamu membuat papa emosi dan semuanya akan berantakan nanti" Kata papanya memperingatkan.

"Wahhhh suami yang sangat sayang istri yahh papa... Sangkin sayangnya papa sampai gak tau kalau tikus yang ada disamping papa ini udah punya banyak teman buat hancurin papa" Lanjut bara

"Bara... Kenapa kamu malah menghina dan menjatuhkan mama lagi, padahal mama hanya bertanya kenapa kamu sudah disini masih sepagi ini" balas Marna langsung memotong perkataan bara.

"Pertanyaan seperti apa itu? Seakan-akan ini bukan rumah orangtua ku, tapi tidak apa-apa lah aku akan menjawab, aku dan istriku menginap semalam disini, berhubungan papa dan mama lagi quality time jadi kita gak bisa ketemu yahh, biar bisa ngobrol di pagi ini jadi kami memutuskan untuk menginap" Jawab nya

Tuan Asa yang mendengar perkataan tentang tikus yang sudah bersebaran di sampingnya tak lagi menyahut perkataan bara di keluar dari ruangan itu begitu saja dengan tatapan kosong nya "Apa anak ini sudah tahu perbuatan Marna di belakang ku?" Pertanyaan itu pun muncul saat dia melewati bara begitu saja.

"Kenapa anak ku harus tahu kalau papanya ini sudah dikhianati, pembelaan apa lagi yang harus ku buat sebagai bahan sandiwara kalau aku tidak tahu apa-apa" gerutunya di dalam benak nya.

Saat tuan Asa hendak turun menggunakan lift, bertepatan pula lah Celsi baru keluar dari kamar bara "Ehhh pagi papa...." Sapanya sembali mendekat dan memberikan salaman pada mertuanya itu berhubung semalam mereka belum ketemu.

"Selamat pagi juga, lama tidak bertemu..." Ucap papa mertuanya itu.

"Papa ada lihat Bara gak?"tanya Celsi

Papa mertuanya itu menunjuk kebelakang Celsi yang mana bara sudah berjalan menuju mereka.

"Kamu sudah bangun? Ayo siap-siap kita harus pulang ke rumah sekarang" Ajak bara langsung

"Langsung?.…." Tanya Celsi kaget

"Iya... Kan udah gak ada urusan disini lagi kan?"tanya bara

"Enggak sihhh, yaudah kalau gitu aku ambil tas jaket sama kunci mobil dulu yahh" ucap Celsi lalu dia kembali kedalam kamar dan mengambil semua barang mereka.

Setelah keluar dia masih mendapati dua pria itu di depan kamar itu, "Ayoo sayang,.." ajak Celsi secara spontan memanggil bara dengan sebutan sayang di depan papa mertuanya pula.

Tapi sebutan itu sangat terlihat natural, karena memang spontan keluar begitu saja, lalu bara pun langsung merangkul pundak Celsi dari belakang dan mereka ijin pamit pada tuan Asa.

Melihat anaknya yang sudah tumbuh dewasa tuan asa sedikit kecewa dengan dirinya, dia menghabiskan seumur hidupnya dengan berbagai macam kejahatan yang tak dia sadari ternyata itu semua malah membuat anaknya kehilangan kasih sayang darinya.

Niat tuan Asa pun semakin besar untuk mencaritahu identitas wanita yang kini sudah menjadi istri Bara itu "Bagaimanapun cukup aku saja yang di permainkan oleh wanita, anakku tidak akan pernah ku relakan jika bernasib buruk seperti ku" Tegasnya dalam hatinya

Secara langsung saat bertemu dengan menantunya itu tuan Asa memang bersikap seperti biasanya, tapi tanpa dia ketahui Celsi pun sudah tahu kalau saat ini yang menjadi incaran tuan Asa adalah dirinya.