Seorang gadis muda, reinkarnasi dari seorang Assassin terhebat di masanya terdahulu. Gadis tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi Assassin tersebut.
Ia menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang wanita dewasa yang ternyata adalah mentor Assassin itu. Wanita ini sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk bertemu dengan gadis ini dan akan melatihnya sampai gadis itu siap menghadapi lawannya sendirian karena perlu diketahui, gadis muda itu adalah reinkarnasi terakhir dari Assassin itu.
Tugasnya adalah mencegah lawannya yang juga bereinkarnasi sampai masa di mana gadis itu hidup. Lawannya berencana menguasai suatu pemerintahan di kotanya dengan cara yang kotor.
Ternyata tugasnya tidak hanya itu saja. Ia juga menanggung nasib dunia.
Nasib dunia berada di tangannya.
Mampukah dia menyelamatkan dunianya? Atau dunianya harus punah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Big.Flowers99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Nathalia
Di tengah perjalanan, Nathalia menatap langit yang sedang mendung. Ia berharap jangan turun hujan terlebih dahulu sebelum ia sampai rumah Anne. Untuk mempercepat waktu, Nathalia sedikit memacu motornya.
Saat sampai perbatasan kota antara Jalundra dengan Bogsan, Nathalia menjalani pemeriksaan terlebih dahulu. Petugas di sana melakukan scan untuk mengetahui identitasnya.
"Silakan." Petugas perbatasan mempersilakan Nathalia melanjutkan perjalanan.
Sesekali, Nathalia menatap ke langit. Nathalia was-was di tengah perjalanan akan turun hujan, mengingat posisinya saat ini masih jauh dari rumah Anne.
Beberapa lama kemudian, kekuatiran Nathalia benar-benar terjadi. Hujan turun sangat deras. Padahal, tinggal setengah perjalanan lagi. Nathalia memutuskan untuk berteduh saja terlebih dahulu. Ada sedikit kejadian menggelikan terjadi di sini.
Nathalia memarkirkan Tron di luar sebuah toko yang sudah tutup. Lalu ia berlari sambil menutupi kepalanya supaya tidak basah. Nathalia mengamati motornya sejenak.
Atapnya tidak bisa menjangkau motornya kah?? Kasihan kan jadi basah.
Nathalia berkacak pinggang sembari memikirkan bagaimana caranya supaya motornya tidak basah. Ia tidak menemukan solusi sampai hujan berhenti. Akhirnya, Nathalia mengeringkan jok motornya menggunakan sarung tangan.
Kemudian, ia melihat ada sebuah tombol di sana. Penasaran tombol apakah itu, Nathalia mencoba menekan tombol itu.
Lah?? Ahh... Bodoh sekali aku ini! Kan ini bisa dikecilkan menjadi alat kecil seperti ini. Arghh!
Ya. Nathalia lupa bahwa Tron tersebut dapat berubah menjadi sebuah alat kecil. Dengan begitu, ia tidak perlu repot-repot mengeringkan jok motornya dan tidak perlu kuatir motornya basah.
Nathalia berjongkok, merenungkan kebodohannya sendiri barusan. Ia sudah melakukan hal yang sia-sia.
Tak mau berlama-lama, Nathalia segera memacu kembali Tron-nya menuju ke rumah Anne. Nathalia harus berhati-hati dalam berkendara karena sepanjang jalan sangat licin, akibat dari turun hujan.
Sekitar setengah jam kemudian, Nathalia sudah hampir sampai di rumah Anne.
Apa yang terjadi di sini??
Nathalia kebingungan melihat rumah bibinya sedikit porak-poranda. Seperti ada sesuatu yang terjadi. Nathalia berpikiran, mungkin ada badai yang membuat rumah Anne berantakan. Nathalia mencari Nick di ladang karena biasanya, Nick masih ada di ladang jika sore hari.
"Nick!! Nick!!"
Tidak ada tanda-tanda dari Nick. Kemudian, ia hendak memasuki rumah Anne.
Betapa terkejutnya Nathalia melihat Nick sudah terkapar tak berdaya di tumpukan jerami. Nathalia segera menghampirinya, mencoba membangunkannya.
"Nick!!! Nick!!! Bangun, Nick!!"
Nathalia memeriksa detak jantung Nick. Lemah sekali detaknya. Kemudian, ia masuk ke dalam rumah Anne.
Di dalam, benar-benar sangat berantakan dan gelap sekali. Nathalia segera mencari-cari bibinya sembari meminta ambulans datang.
"Bibi!!"
Nathalia berlari menghampiri bibinya yang sedang tertelungkup di tumpukan buku. Ia segera memeriksa keadaannya, tidak ada detak jantungnya sama sekali. Nathalia mulai meneteskan air matanya. Sedih melihat kondisi bibinya yang terluka di kepalanya.
"Bibi!!! Bibi Anne!! Bangun, Bi!!! Bibi!!! Ini aku, Nathalia!!"
Nathalia mencoba menyadarkan bibinya dengan cara menggoyangkan tubuh Anne beberapa kali sembari memanggil namanya dan menelepon ambulans. Tidak ada jawaban dari Anne sama sekali. Diam dan membisu. Nathalia jatuh memeluk Anne sembari menangis tersedu-sedu.
Tanpa ia sadari, ada aura merah yang mulai keluar dari tubuhnya. Terlihat tangannya yang dikepalkan. Semakin lama, semakin banyak aura merah yang keluar dari tubuh Nathalia.
Kemudian, Nathalia mendongakkan kepalanya sembari berteriak histeris. Bersamaan dengan itu, ada ledakan energi dari dalam tubuhnya. Auranya keluar menuju langit. Itulah yang dilihat oleh Arumi dan Al di kota Jalundra. Ledakkan ini juga dilihat oleh X dan H yang sedang berada di Sky City.
Ledakan energi sudah berhenti, bersamaan dengan beberapa orang yang masuk ke dalam rumah Anne. Ada sepuluh orang, dengan armor yang menyelimuti tubuh mereka.
"Selamat ulangtahun, Nak."
Nathalia menatap mereka dengan tatapan tajam. Wajahnya terlihat marah besar dan geram.
"Apa kau sedang marah, Nak??"
"Ya. Sungguh menyeramkan. Hahaha."
Nathalia tidak menggubris perkataan mereka. Perlahan-lahan, setengah wajahnya tertutupi oleh masker hitam. Nathalia bangkit perlahan-lahan. Tangannya dikepalkan. Pandangannya tetap memandang mereka.
Tiba-tiba, Nathalia bergerak dengan kecepatan tinggi menyerang salah satu dari mereka. Sedemikian cepatnya, sembilan rekannya sampai tidak menyadari hal itu. Mereka hanya merasakan angin yang berhembus kencang.
Jauh di belakang mereka, sebuah padang yang luas, terlihat kepulan debu berterbangan dan bunyi dentuman keras. Mereka dengan serempak menoleh lalu menghampiri sumber suara tersebut.
Saat sampai, betapa terkejutnya mereka melihat satu rekannya sudah tergeletak tak berdaya. Perlahan-lahan, kepulan debu menghilang dan terlihat sosok Nathalia. Mereka sangat geram dengan perbuatan Nathalia yang membuat rekan mereka tak sadarkan diri.
Dari atas sebuah pohon, Robert menyaksikan pertarungan antara Nathalia melawan orang suruhannya.
Sungguh kekuatan yang besar. Memang harus memanggil bangsa Andaraxy untuk melawannya.
Kembali ke dalam pertarungan. Empat orang tengah bersiap-siap menghadapi Nathalia. Mereka mengeluarkan senjatanya masing-masing. Nathalia masih belum bergerak juga. Melihat Nathalia diam saja, mereka saling memberi kode untuk menyerangnya secara bersamaan.
*Ziingg... Zingg... Zingg... Zingg...*
Keempatnya tercengang melihat kecepatan super tinggi dari Nathalia. Mereka terdiam, berdiri terpaku. Sementara itu, Nathalia sedang berdiri tegap di belakang mereka, menghadap kelima temannya. Secara perlahan-lahan, masing-masing armor mereka mengeluarkan percikan api. Akhirnya, mereka satu per satu tumbang.
Kelima sisanya, bersiap-siap. Giliran mereka yang akan menyerang Nathalia. Walaupun dalam hati mereka masing-masing merasa tidak yakin menang, tetapi mereka tetap memaksa melawan Nathalia.
Satu dari kelimanya bergerak menyerang Nathalia, namun dapat ditahan. Disusul dengan serangan dari rekan-rekannya yang lain. Pertarungan tersaji dengan senjata mereka yang saling beradu. Nathalia berhasil menghalau serangan mereka. Kelimanya tidak habis pikir dengan apa yang terjadi saat ini. Lima melawan satu, namun mereka kewalahan menghadapi Nathalia. Tidak masuk akal bagi mereka.
Salah satu dari mereka, mendaratkan pukulan ke arah Nathalia dengan keras. Nathalia terhempas walau sudah menahan menggunakan pedangnya. Awalnya, mereka tersenyum senang karena berpikir Nathalia pasti terhempas jauh dan tak sadarkan diri. Namun senyuman mereka hilang seketika saat melihat Nathalia masih mampu berdiri tegap dan jaraknya tidak terlalu jauh dari mereka berlima.
Kelimanya mengatur nafas mereka masing-masing. Mereka bersiap-siap antara menyerang Nathalia terlebih dahulu atau menerima serangan darinya.
Beberapa detik kemudian, ada pergerakan dari Nathalia. Ia mengangkat pedangnya sampai sejajar dengan matanya. Mata pedang diarahkan ke samping kanannya. Kelimanya deg-degan, menunggu apa yang akan dilakukan oleh Nathalia.
Baru saja mereka berkedip, Nathalia sudah menghilang dari pandangan mereka.
Kelimanya bersiap dengan formasi bertahan. Dua orang di depan, dua di belakang dan satu berada di tengah. Dengan begitu, mereka dapat menahan serangannya yang datang dari arah mana saja.
*Sreett.... Sreettt....*
Dua orang di depan, tumbang dengan luka di leher mereka. Temannya yang berada di tengah, terbelalak matanya melihat kejadian yang terjadi begitu cepat. Bahkan hanya sepersekian detik saja.
"Hei! Bersiaplah!" Teriaknya memperingatkan kedua temannya yang berada di belakang.
Beberapa saat kemudian, tidak ada tanda-tanda serangan dari Nathalia. Dua orang yang berjaga di belakang memutar tubuhnya, hendak berbicara kepada temannya.
"Sepertinya, dia s..."
Perkataannya terhenti. Keduanya tumbang dengan luka yang sama seperti dua rekannya.
Tinggal satu lagi. Orang terakhir dapat melihat sosok Nathalia yang berdiri tegap di hadapannya, menggenggam sebilah pedang dan menatapnya dengan tajam. Tidak dapat berpikir jernih lagi, orang tersebut menyerang Nathalia dengan membabi-buta. Hebatnya, Nathalia dapat menghindari serangan tersebut. Hal ini membuat lawannya menjadi stress. Berbagai serangan dari berbagai senjata sudah dilancarkan, namun tak ada satu pun yang berhasil melukai Nathalia.
Beberapa menit kemudian, orang terakhir sudah kelelahan. Nafasnya terengah-engah namun tidak bagi Nathalia yang masih berdiri tegap di hadapannya dalam keadaan segar bugar. Ia jatuh terduduk di hadapan Nathalia. Mendongakkan kepalanya, menatap Nathalia yang masih diliputi amarah. Wajahnya terlihat ketakutan, tubuhnya gemetaran dan bibirnya hendak mengucapkan sesuatu.
*Sreettt....*
Dengan sekali ayunan saja, orang terakhir tumbang seketika.
Robert yang menyaksikan pertarungan tersebut dari kejauhan merasa ketakutan akan kekuatan yang dimiliki oleh Nathalia. Robert benar-benar yakin bahwa hanya bangsa Andaraxy saja yang mampu mengalahkan kekuatan Nathalia. Namun, keyakinannya tidak bertahan lama.
Saat ini, Nathalia nafasnya mulai tak beraturan. Ia jatuh terduduk. Pandangannya kabur. Jantungnya berdetak kencang. Masker Nathalia perlahan memudar, begitu juga dengan pedangnya. Nathalia mulai batuk-batuk dan mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya. Sayup-sayup terdengar sirine ambulans. Nathalia tersenyum lega karena ambulans sudah datang. Ada kemungkinan Anne dan Nick dapat terselamatkan. Air matanya mengalir.
"Bibi..... Nick..... Kalian....pasti..selamat..."
Perlahan-lahan, Nathalia jatuh tergeletak tak sadarkan diri.
Melihat hal itu, Robert tersenyum.
Benar juga. Tidak ada kekuatan yang memiliki kelemahan. Termasuk kekuatannya. Nathalia terlalu berlebihan memakai kekuatannya. Alhasil, dia tak sadarkan diri. Dengan ini, aku dapat membunuhnya dengan mudah.
Robert meloncat turun. Ia berjalan perlahan menghampiri Nathalia sembari mengeluarkan sebilah pedang panjang dari tangan armor-nya. Saat sudah dekat, ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Lalu dengan sekuat tenaga, diarahkan ke jantung Nathalia.
*Ttzzinggg...*
Robert membelalakkan matanya saat melihat pedangnya ditahan oleh sesuatu.
Bagaimana bisa ini terjadi???