Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.
Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.
Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa
Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.
Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.
Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?
Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?
Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?
ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Wondo
"Mas, motormu rusak!, mau dibenerin engga?" Tanya Nisa ketika hari sudah sore. keduanya sedang duduk di ruang tengah.
Ruang keluarga yang berukuran enam kali empat itu, menurut Devan lebih dari cukup. Apalagi rumah yang memang di rancang mas Hasan sendiri. Sepertinya mas Hasan seorang arsitek. Tapi mentok di tengah jalan.
"Ga usah wes, entar aku benerin sendiri!" Sahut Devan yang memang uangnya habis buat kasih mahar Nisa. Devan belum mengambil kembali uang di ATM. Sehingga masih tergantung dengan keluarga mas Hasan.
"Emang bisa?" Tanya Nisa penasaran.
Kalau dari perkulitan nya, Devan adalah anak manja yang hanya bisa tergantung dari orang lain. Apalagi Devan orang Jakarta. Biasa hidup enak menurutnya.
"Kan pernah kerja bengkel juga!" Sahut Devan yang diremehkan Nisa.
Devan malah ingin membuktikan dengan kerja kerasnya jika sembuh nanti. Ia berniat ikut mas Hasan kerja sebagai kuli bangunan.
"Masa...?" Tanyanya menyepelekan.
"Serius!, cuma sudah lama sih ga ngotak-atik motor lagi." sahut Devan.
Keduanya mengobrol random, tentang keseharian untuk saling mengenal lebih jauh.
"Mandi mas, dari semalam belum mandi kan?"
Devan nyengenges karena memang belum mandi semalam, karena kondisi sakit.
"Dingin engga?"
"Pakai air anget mau?, aku masakin!" Sahut Nisa yang masih asik memotong kuku-kukunya.
"Boleh!" Sahut Devan.
Nisa akhirnya berlalu menuju dapur untuk memasak air buat mandi Devan.
"Ck!, aku kan ga bawa pakaian ganti?" keluhnya karena memang lupa.
Devan hanya memakai baju dan celana yang di pakai saja. Selebihnya mau beli di Jogja ketika sampai di rumah budhe Watik. Tapi naas, belum sampai malah kejebak pernikahan dengan janda kembang.
Devan melangkahkan kakinya menuju ke dapur untuk menemui Nisa.
"Nis!"
"Hemm...!!"
"Aku kan ga punya pakaian ganti!, entar beli dulu yuk!" Ajak Devan kepada Nisa.
Memang risih sih kalau belum mandi. apalagi semalaman bahkan sampai sore begini.
"Ya udah entar pakai kaos mas Hasan dulu."
"Celana?"
"Ada!'
"Sempak?"
"Hahh...!"
Benar kan, kurang lengkap rasanya kalau pakaian dalam belum disebutkan. Masa iya pinjem mas Hasan juga. Risih lah Devan ini.
"Ya udah entar beli!" Sahut Nisa yang mulai paham maksud Devan.
Setelah selesai memasak air dan mencampurnya dengan air dingin, Devan akhirnya bisa mandi. Meski rasa perih masih sangat terasa.
Hingga tak lama kemudian, Devan masuk ke kamar dengan pinggul di balut dengan handuk. Nisa sudah menyiapkan pakaian dari mas Hasan untuknya. Dan Devan memakainya.
Ternyata Nisa sudah membelikan celana dalam di minimarket depan, namun terasa sempit karena Nisa tidak tahu ukurannya.
"Ya udah deh pakai aja!, udah di beliin ini!" ucapnya, meski hanya dirinya yang mendengar.
Nisa sudah keluar kamar sejak Devan belum selesai mandi.
Nisa hari ini libur tidak masuk kerja karena alasan keluarga. Sehingga teman-temannya di rumah sakit tidak ada yang tahu jika Nisa telah menikah.
Perjuangan Nisa ternyata tidaklah mudah, apalagi ketika dipaksa menikah dengan juragan sapi.
Ayahnya mempunyai banyak hutang kepadanya. Terutama ketika sedang musim tanam dan meminjam modal. Sementara ayah ya juga suka main judi, sehingga tidak kuat membayar hutangnya.
Nisa lah sebagai penebusnya, yang kemudian di sunting menjadi istri ke tiga.
Nisa sebenarnya berontak dan kabur dari rumah. Namun karena ayahnya di ancam mau di bunuh, akhirnya Nisa mengalah dan mengikuti permintaan juragan sapi tersebut.
Hasan tidak tega membiarkan adiknya di perlakukan seperti itu oleh ayahnya. Sering Hasan menentang perlakuan ayahnya kepada Nisa. Namun apa boleh buat. Juragan sapi yang namanya pak Gondo mempunyai banyak anak buah yang suka sewenang-wenang ke warga yang protes kepadanya.
Hingga Hasan pun pernah di hajar oleh anak buah pak Gondo sampai masuk rumah sakit begitu lama.
"Nisa...!!, Nis..!! Assalamualaikum!"
Seseorang memanggil Nisa dari luar pintu rumah. Nisa bergegas membuka pintu.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!"
Seorang perempuan sudah cukup umur datang sambil menangis. Setelah pintu di buka, ia berhambur memeluk Nisa.
Dia adalah Bu Trimah istri pak Gondo juragan sapi. Istri pertamanya pak Gondo.
"Oalah nduk!, nduk! Huuuuhuu..!" Tangisnya sambil memeluk Nisa.
"Ada apa to budhe!" Tanya Nisa sambil membawanya masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.
"Kamu itu lho!, aku itu menangisi kamu!"
Nita mengerutkan keningnya. Sebab memang ia tidak begitu akrab dengan Bu Trimah ini. Meski pernah sama-sama menjadi istri pak Gondo.
Bu Trimah kala itu tidak setuju, ketika pak Gondo menikahi Nisa. Ya tidak setuju gitu aja, masak ya mau di madu. Tapi memang Bu Trimah sudah jarang di jamah oleh pak Gondo kala itu. Sebab masih ada istri kedua yang mukanya tebel di olesi tepung terigu.
"Aku tidak apa-apa budhe!" Sahut Nisa, sebenernya ia juga mangkel sama budhe Trimah ini. Sebab dulu waktu di rumah pak Gondo suka marah dan ketus suaranya.
"Kamu difitnah lagi sama Wondo kan!, engga dulu enggak kemarin kamu jadi sasaran fitnah gara-gara Su..... Wondo itu, hiksss!"
"Hah...!!, maksudnya apa budhe!"
"Wondo itu memang suka fitnah orang!, jangankan kamu. Aku aja sering kena fitnah kok!"
"Lho!, kenapa bisa begitu budhe!" Tanya Nisa karena penasaran.
"Mentang-mentang bukan lahir dari aku, terus fitnah sana, fitnah sini..!"
Nah lho!, memang Wondo kan bukan anaknya Bu Trimah dan Sugondo juragan sapi. Karena ia lahir dari Bu Marni, istri kedua pak Sugondo.
Nisa menghela nafas mendengar perkataan Bu Trimah. Kemudian Bu Trimah bercerita jika harta milik Gondo itu sebenarnya miliknya. Namun sekarang di kuasai oleh istri kedua pak Gondo almarhum dan anak-anaknya.
Wondo mengatakan jika harta milik Bu Trimah telah habis buat berobat anak Bu Trimah sampai sekarang.
Padahal anak Bu Trimah tidak pernah mendapatkan pengobatan yang terbaik, baik dari rumah sakit maupun pengobatan tradisional.
Anak Bu Trimah dengan pak Sugondo bernama Wildan. Kini usianya sudah kepala empat. Tapi kondisinya lumpuh dan duduk di kursi roda.
Itu semua akibat di celakai oleh Wondo, saudara tiri Wildan.
Kini Nisa baru tahu tentang kebenaran dari Bu Trimah. Meski awal dulu, Bu Trimah sangat membencinya
Bagaimana tidak membenci, Nisa mau-mau aja di nikahin pak Sugondo. padahal udah aki-aki.
"Syukurlah kalau kamu sekarang sudah nikah, jadi Wondo tidak mengejar mu lagi!"
"Hah!, maksudnya budhe?" Tanya Nisa penasaran.
"Wondo itu aslinya suka kamu. Mau di jadiin istri ke duanya. Tapi malah bapaknya duluan. Makanya sekarang suka fitnah kamu ini itu. Tujuannya biar kamu frustasi terus dia tolong, dan dinikahin oleh Wondo!" Cerita Bu Trimah tentang Wondo.
"Makanya kemarin dia agak nyesel, ternyata malah lelaki itu mau menikahi kamu!"
"Hah!, bisa begitu budhe!"
Bu Trimah mengangguk, karena memang mendengar sendiri umpatan dari Wondo. Meski mereka tidak satu rumah sampai sekarang.
Bu Trimah menempati rumah sederhana bersama anaknya yang bernama Wildan. Sementara Wondo bersama ibunya berada di rumah yang besar dan mewah.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
lanjutkan
jadi semangat bacanya deh
kog bisa2nya kek gitu
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅