NovelToon NovelToon
Dion (1)

Dion (1)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Anak Yatim Piatu / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: K. Hariara

Selama empat generasi keluarga Dion mengalami fenomena 'tading maetek' atau ditinggal mati oleh orang tua pada usia dini. Tapi seorang yatim juga sama seperti manusia lainnya, mereka jatuh cinta. Dion menaruh hati pada seorang gadis dari keluarga berada dan berusia lebih tua. Cintanya berbalas tapi perbedaan strata sosial dan ekonomi membuat hubungan mereka mendapat penolakan dari ibu sang gadis. Dengan sedikit yang ia miliki, Dion tak cuma menghadapi stigma tapi juga perubahan zaman yang menuntut adaptasi, determinasi dan tantangan moral.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon K. Hariara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Dion Merindu

Sesampainya di kamar, Dion memikirkan pertemuannya dengan Wina. “Wina berbeda dengan gadis-gadis yang pernah kukenal,” pikirnya di pembaringan. Ia enggan memejamkan mata seolah tak ingin kehilangan gambaran wajah cantik itu dari ingatan.

Dion bukannya tidak pernah berada di antara perempuan cantik. Di sekolah dahulu, di kampus, bahkan di kantor, ia sering bertemu atau sekadar berpapasan dengan perempuan-perempuan berparas jelita.

Terlebih waktu bekerja di hotel resort, hampir setiap hari ia bertegur sapa dengan tamu-tamu rupawan dari berbagai belahan dunia. Tapi ia tak pernah merasakan debar jantung sekeras tadi.

Sebagai pria normal, ia sering curi-curi pandang ketika ada wanita cantik di sekitarnya. Tapi hanya sekadar menikmati. Tak pernah sampai membuat jantungnya berdebar atau membuatnya berpikir macam-macam. Apalagi memotivasinya bertindak sesuatu demi mengajak mereka berkenalan.

Seminggu sudah waktu berlalu setelah perkenalannya dengan Wina. Dion tak kunjung mendapat telepon. Dion yang setiap hari teringat pada gadis itu mulai resah.

Persis remaja yang baru mengenal cinta, Dion tak bisa mencegah bayangan gadis itu muncul di pikirannya. Di sela-sela pekerjaan, ketika makan, berjalan, apalagi menjelang tidur.

“Mungkin Wina tidak akan pernah menelepon. Jangan-jangan dia bahkan sudah melupakan perkenalan kami. Aku saja yang gede rasa,” batinnya.

Dion berkali-kali menanyakan petugas sekuriti apakah ada telepon untuknya, yang tentu saja dijawab tidak. Pada malam hari, petugas sekuriti di kantornya memang merangkap sebagai operator telepon.

Walau masih berharap, Dion mulai memikirkan kemungkinan terburuk untuk rasa kasmarannya, yakni tidak akan pernah bertemu Wina lagi.

Hampir dua minggu setelah perkenalan mereka, telepon yang ia nanti-nantikan akhirnya hadir juga. Sekira pukul 8 malam itu, Dion menerima panggilan telepon sekuriti yang menanyakan kesediaannya untuk menerima panggilan telepon dari seseorang bernama Wina.

“Halo!” sapa Dion setelah merasa yakin telepon telah disambungkan.

“Halo! Ini Dion, ya?”

Terdengar suara seorang wanita dari sebelah sana yang segera saja dikenali sebagai Wina. Hati Dion gembira tapi masih saja berdebar.

“Iya, Kak, ini aku. Bagaimana kabarnya?”

“Baik, Dion bagaimana? Lagi sibuk, kah?”

“Baik juga. Baru mulai sibuk, belum terlalu,” Dion sedikit berbohong.

“Kalau Dion ada waktu besok. Itu lho, soal komputerku. Aku seharian di rumah. Soalnya dosen ada urusan jadi jam kuliah besok digabung minggu depan.”

“Aku bisa. Tapi jangan terlalu pagi soalnya aku bangunnya agak siangan. Maklum, pulang kerjanya menjelang subuh.”

“Sip! Oh ya, Dion sudah tahu alamatku?”

“Kira-kira bisa nemu nggak di buku telepon?” jawab Dion berseloroh.

“Huss..! Aku yakin nomor ini terdaftar atas nama nenek, nama lengkapnya aku lupa,” Wina membalas gurauan Dion.

Wina lalu memberikan alamat lengkapnya yang dicatat Dion pada selembar kertas lalu melipat dan menyimpannya di dalam saku.

“Kalu sekuriti da tanya, bilang jo mo ke rumah Mbak Wina. Sabantar kita se tau pa dorang kalu torang so tunggu pa ngana. Supaya mereka nggak tanya-tanya panjang,” jelas Wina dengan logat bercampur.

“Siap, Kak! Aku ke sana besok,” Dion bersemangat.

“Agak siang atau sore hari juga boleh,” Wina mempersilahkan Dion memilih waktu yang tepat.

Telepon singkat itu membuat hati Dion bergembira. Harapannya untuk bertemu kembali dengan Wina terkabul.

Sepulang dari kantor, dengan hati riang Dion menyempatkan diri mempersiapkan tas dan mengisinya dengan peralatan reparasi komputer dan software yang mungkin akan ia butuhkan.

Dion kemudian memandangi wajahnya di cermin kecil di dinding kamar sambil membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa ia alami dan capai. Dion ingin sekali meningkatkan hubungannya dengan Wina, dari kenalan menjadi teman.

1
Anonymous
Bikin baper... /Drool//Drool//Drool/
Desi Natalia
Ingin baca lagi!
Type2Diabetes
Terharu...
Anonymous
/Drool//Drool//Smile//Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!