Menghadapi kerasnya kehidupan, membuat Aqilla menjadi seorang wanita yang tegar. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dalam suatu kecelakaan, membuatnya menjadi pribadi tertutup. Dengan merintis usaha kecil bersama sang adik, untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Dalam kondisi ekonomi yang dibilang sulit, ia tetap bertahan.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seseorang yang selalu berkaitan dengan darah, bahkan membunuh pun adalah kesehariannya. Namun hal itu tersembunyi dibalik kharismanya sebagai salah satu CEO di suatu perusahaan besar.
Bagaimana kelanjutannya?
Apakah yang akan terjadi jika mereka dipertemukan?
Penasarankan, ikuti terus up dari karyanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Tak terasa, jam pun terus berputar. Seorang wanita dengan mudahnya main nyelonong saja masuk kedalam rumah Aqilla, menggambil air minum sesuka hatinya. Menghidupkan kipas angin, dan duduk dengan santai, dialah meyra.
" Wah wah wah, kak! Kita sudah kedatangan Bi-gos (bibik gosip), mau kita apain ni kak? " Haykal mulai menjahili Meyra.
" Ih, ni anak bocah. Nggak bosen-bosennya jahil sama orang tua, mau lu gue kutuk jadi bocah ingusan lagi, hah? Capek ni, mana panas. Gue makan juga lu!." Mey segera melotot kepada Haykal.
" Udah, udah. Inget umur, mau cepet ko'it ya marah-marah mulu." Aqilla ikut duduk didekat Mey.
" Udah selesai Qil punyaku? " Mey menanyakan paket bunga pesanannya.
" Iya, sudah selesai. Mau dibawa sekarang?". tanya Aqilla.
" Iya, soalnya itu pesenan buat souvenir klien Ayah. Waduh, gue ambil ya. Eh, foto dulu buat promosi lagi. Cepetan, hei bocah ingusan. Cepetan." Mey selalu membantu promosi usaha Aqilla.
Dengan langkah malas, Haykal ikut nimbrung buat difoto. Ia merasa kesal dibilangin bocah ingusan terus oleh Mey.
Satu, dua, tiga. Clik...
" Selesai, oke. Gue pamit ya sayangku, cintaku, manisku. Hahaha." Tanpa merasa berdosa, Mey pergi menggendarai mobilnya.
" Aih, kalau bukan kenal. Sudah kena sumpel pakek kaos kaki asem tu mulut kak Mey, pedes banget. Kalah cabe bakso bang Joko, huh." Haykal menggerutu.
" Udah, orangnya memang kayak gitu dek. Sabar ya, semoga kamu bisa melatih emosi yang timbul." Aqilla menepuk bahu sang adik, dan berlalu masuk ke dalam rumah.
......................
Pertempuran tidak terhelakkan lagi, kini Akhtar harus ikut mendampinggi bawahannya dalam mengungkap kejadian yang menyebabkan markasnya hancur.
" Lihat, tuan bos beraksi. Keren cuy, udah ganteng, kaya, bisa bertarung lagi. " Bawahan 1.
" Mulut kau bisa diam tidak, hah!!! Ini lagi bertempur bego'." Bawahan 2 memukul kepala bawahan 1.
Akhtar akhirnya harus turun tangan sendiri untuk menghadapi kekacauan yang terjadi, Leo ia kirim ke negara A. Karena terjadi juga kekacauan disana, Akhtar memijat pelipisnya.
" Kenapa bisa terjadi secara bersamaan seperti ini, sial!." Tangan Akhtar memukul dinding, hingga tak terasa kalau darah sudah menggalir.
Jason kini menghampiri tuannya, ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan bosnya.
" Tuan, tangan anda." Jason memberitahukan.
" Tidak apa-apa. Bagaimana? Apa sudah teratasi?."
" Semua sudah kita bereskan tuan, lebih baik anda saat ini kembali ke mansion untuk istirahat. " Jason menggarahkan tuannya untuk menuju mobil dan membawanya pulang.
Mobil itu, berhenti disebuah mansion mewah di negara tersebut. Akhtar keluar dari mobil, setelah Jason membukakan pintu. Akhtar masuk kedalam mansion dan segera menuju kamarnya, ia langsung masuk kedalam kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya yang sudah dipenuhi dengan keringat juga darah.
" Akh, sungguh melelahkan." Akhtar keluar dari kamar mandi dan segera memakai pakaiannya.
" Tuan, ada postingan mengenai nan Aqilla. Ini!" Jason menyerahkan tablet merek Apel yang tergigit.
Akhtar segera melihatnya, matanya langsung melebar. Dan ia langsung menggambil ponselnya untuk segera menghubungi Aqilla.
" Hallo sayang." Akhtar mengayunkan tangannya sebagai isyarat untuk Jason keluar dari kamarnya.
Jason pun memahami yang bosnya mau, ia langsung melabgkahkan kakinya keluar dari kamar tersebut.
Tuan, tuan. Aku bisa gila melihat kebucin-an mu ini, sungguh diluar ekspetasi sebagai pimpinan mafia. Dingin keras kepala, kejam namun hangat kepada wanitanya. Aih, lagi-lagi kepo dan lagi-lagi mang-gos. Nasib, oh nasibku. Batin Jason.
Kembali ke Akhtar...
" Assalamu'alaikum tuan." Jawab Aqilla.
" Ah, lupa. Wa'alaikumussalam sayang. Kenapa fotomu ada di postingan sayang? Sudah saya bilangkan, jangan berfoto lagi. Saya tidak suka banyak mata yang melihat wajah cantikmu itu, apalagi komentar mereka. Sungguh membuatku ingin menembak mereka, jangan lagi ya." Suara Akhtar seperti memelas.
" Oh, foto yang sama Haykal ya. Itu Meyra tuan yang mempostingnya, dan sekaligus untuk mempromosikan. Jangan marah, itu hanya sebatas komentar mereka saja atas hasil karya saya tuan." Aqilla merasa, Akhtar terlalu melebih-lebihkan.
" Kalau kata saya tidak, ya tidak!!! Kau mendengarnya kan, saya tidak mau kamu menjalani pekerjaan itu lagi. Berhenti saat ini juga!!!." Suara Akhtar meninggi.
Aqilla hanya terdiam mendengar suara Akhtar yang begitu menyeramkan baginya, Aqilla tidak bisa berhenti menjalani usaha ini. Dari usaha tersebutlah ia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, namun kata-kata Akhtar sungguh membuatnya sedih.
" Maaf, saya tidak bisa." Aqilla memutuskan percakapannya.
" Hallo, hallo. Brengsek!!!." Akhtar menghempaskan ponselnya ke lantai, hingga ponsel tersebut hancur berantakan.
Ia langsung keluar dari kamarnya dan menemui Jason.
" Jas, kita pulang sekarang. Siapkan semuanya, tidak usah banyak bertanya dan jalankan semua." Akhtar langsung kembali kedalam kamarnya.
" Ya ampun, apa lagi ini? Ni kopi aja belum kesentuh sama bibir gue, eh tu perintah ada lagi. Untung saja ni tubuh buatan Tuhan, kalau tidak sudah jadi barang rongsokan dah." Akhirnya Jason meninggalkan secangkir kopi hangatnya untuk tidak diminum. Ia lebih memilih menjalankan perintah tuannya, yang bila tidak segera dilaksanakan. Maka, saat ini juga ia hanya tinggal nama.
Tak berapa lama kemudian, mereka sudah berada didalam pesawat pribadi milik Akhtar. Jason masih merasa penasaran dengan keputusan bosnya, untuk kembali dengan sangat cepat.
" Jas, kau pastikan tidak ada lagi foto-foto Aqilla di media sosial."
" Eh, baik tuan." Jason akhirnya mengetahui penyebab tuannya itu ingin segera pulang, satu kata, yaitu 'CEMBURU'.