NovelToon NovelToon
Me Before You

Me Before You

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Tamat
Popularitas:338.4k
Nilai: 5
Nama Author: RisFauzi

Tidak mudah bagi Alya untuk membuka hatinya untuk Daffa, seorang CEO muda yang memimpin perusahaan keluarga Pratama Group. Setelah pengkhianatan yang dilakukan mantan kekasihnya. Namun takdir berkata lain, sebuah kecelakaan menimpa Daffa akibat kelalaian Alya.

Alya dihadapkan pada sebuah keputusan yang akan menentukan hidup dan masa depannya.

Akan kah tumbuh cinta di hati Alya? Atau sebaliknya Daffa membenci Alya, dan menyalahkan keadaannya kepada Alya?

Penasaran? Yuk simak kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RisFauzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Pedass

"Mang, buatin 1 porsi ya. Yang pedes, ntar banyakin bumbu kacangnya. Jangan kayak kemaren, dikit amat," protes Alya sambil menyodorkan selembar uang dua puluh ribu kepada mang Asep, penjual siomay langganannya yang menjajakan dagangannya keliling komplek perumahan.

   "Bumbu kacang segitu mah banyak atuh, Neng," jawab mang Asep menerima uang dari Alya. "Pas sesuai porsinya, tidak kurang tidak lebih," tambahnya lagi.

   "Dih, si mamang. Pas apaan, dikit gitu," sahut Alya lalu duduk di kursi plastik yang berada tak jauh dari gerobak mang Asep sambil memainkan ponselnya.

   Lelaki paruh baya itu terkekeh geli mendengar ucapan Alya. "Pakai pare nggak, Neng?" Mang Asep mulai meracik pesanan Alya, uap panas mengepul ketika dandang berisi siomay dibuka.

   "Nggak mau, pait. Ganti sama siomay aja, bisa kan Mang?" tanya Alya balik.

   "Dih, si Eneng. Maunya gitu, enak di Eneng kagak enak di Saya." Mang Asep manyun.

   "Dih, Mamang. Namanya juga usaha, bisa sukur kalau nggak ya sudah," Alya pura-pura sewot.

   "Hahaha, Eneng mah bisa aja," lagi-lagi mang Asep terkekeh geli, sudah biasa dengan candaan Alya yang selalu memberi uang lebih setiap membeli siomay padanya.

   Sementara itu di ujung jalan masuk gang rumah Alya, di bawah remang lampu jalanan Daffa duduk memperhatikan dari dalam mobil. Tersenyum lega melihat Alya sudah berada di rumahnya, lalu berubah gusar saat melihat kotak makanan di sampingnya.

   "Sudah siap, Neng. Selamat menikmati, ini kembaliannya," mang Asep menyerahkan pesanan siomay dan uang kembalian Alya.

   "Kembaliannya buat Mamang aja," tolak Alya sambil tersenyum ramah.

   "Makasih banyak Neng."

   "Eh Mang, tahu nggak mobil yang parkir di ujung jalan sana," tunjuk Alya mengarah pada mobil Daffa. "Tumben aja nggak biasanya ada mobil parkir sembarangan gitu, ngalangin jalan aja."

   "Orang baru komplek ini kali, Neng. Ya sudah, Mamang keliling lagi ya Neng," pamit mang Asep. "Siomay hanget, enak bener euy!" teriak mang Asep kembali mendorong gerobaknya.

   Alya berdiri sejenak memandang kembali ke arah ujung jalan, memperhatikan mobil yang terparkir di sana. Sepertinya ia mengenalinya.

   "Hadeh, Ay. Memang cuma dia doang yang punya mobil seperti itu," Alya menggelengkan kepalanya lalu berjalan masuk ke halaman rumah.

   Daffa merundukkan tubuhnya saat menyadari pandangan Alya, lalu tersenyum masam menyadari kalau lampu di mobilnya mati.

   "Ish, apa yang sedang aku lakukan di sini, kenapa juga harus bersembunyi seperti ini." Daffa menepuk keningnya sendiri, tertawa hambar.

   Detik berikutnya Daffa sudah berada di depan pintu rumah Alya dengan membawa kotak makanan yang tadi dipesannya di kantor.

   Tok tok tok

   Alya menautkan alisnya, menajamkan pendengarannya. Siapa yang bertamu malam-malam begini, pikirnya dalam hati.

   Disibaknya korden jendela rumahnya, melihat siapa di luar sana. Seketika matanya membulat sempurna melihat Daffa tengah berdiri dengan kotak makanan di tangannya.

   Ceklek!

   Alya membuka pintu, memandang dengan penuh keheranan pada sosok di hadapannya. Daffa lalu menyerahkan kotak makanan di tangannya pada Alya, melangkah masuk dan langsung duduk di lantai depan meja bulat kecil yang ada di ruangan itu.

   "Aku lapar, sepertinya Kamu juga belum makan," Daffa melirik makanan dan botol minuman di atas meja yang masih belum tersentuh. "Kita makan bareng," katanya lebih seperti perintah.

   Alya hanya diam menatap tak suka laki-laki di depannya itu. "Huh, dia pikir ini kantor apa, seenaknya saja main perintah," gerutu Alya dalam hati.

   Alya lalu menaruh kotak makanan ke atas meja, berjalan ke arah dapur mengambil piring sendok dan air dalam mangkuk kecil.

   "Cuci tangannya dulu," Alya mendorong mangkuk kecil berisi air ke arah Daffa yang menatapnya ragu. "Mau pakai sendok atau pakai tangan saja?" tanya Alya melihat keraguan Daffa.

   "Air segini apa bersih kalau buat cuci tangan?" Daffa memasukkan tangannya dalam mangkuk kecil itu, menggeleng tidak yakin.

   "Ish bawel banget sih, ya sudah kalau kurang bersih cuci tangan sana di belakang," sahut Alya kesal.

   "Dimana? Tunjukkan tempatnya," tanya Daffa lalu bangkit dari duduknya. 

   "Astaga ini orang, ngeselin banget. Mau makan aja ribet banget," Alya mengepalkan tangannya kesal.

   "Lurus saja, ntar sebelah kanan ada bak cuci piring."

   "Cucian piring? Aku mau cuci tangan Ay, bukan mau cuci piring."

   "Ya di situ cuci tangannya, Bapak?! Kalau kurang bersih noh di belakang rumah ada sumur warga, cuci sekalian di sana."

   "Astaga, Ay. Segitunya," Daffa menatap Alya tanpa senyum.

   "Tau ah," Alya kesal.

   Lima menit kemudian mereka makan dalam diam, sesekali Daffa melirik Alya yang makan dengan wajah cemberut.

   "Menghadapi rejeki itu dengan senyuman, bukan manyun," ujar Daffa tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan yang ada di depannya.

   "Sudah nggak nafsu makan lagi," sahut Alya menipiskan bibirnya. Piring yang berisi siomay kesukaannya lalu di dorongnya ke tengah meja.

   "Kamu nggak makan siomaynya, boleh Aku coba? Kamu makan ini aja," kata Daffa lalu membuka kotak makanan yang dibawanya dan memberikannya pada Alya.

   "Coba aja kalau mau," jawab Alya malas.

   "Uhuk, pedass," Daffa menyambar botol minuman di atas meja, meneguk cepat isi di dalamnya hingga tersisa setengahnya.

   Keringat kecil terlihat di atas bibirnya, wajahnya tampak memerah. Alya menoleh, tersenyum geli melihat ekspresi Daffa yang terlihat lucu karena kepedasan.

   "Kamu makan makanan pedas seperti ini setiap hari? Apa ini pantas di sebut makanan enak, rasanya telinga aku berdenging saat memakannya," Daffa mengomel sambil meminum air dalam botol lagi hingga tandas tidak bersisa.

   "Pedas apa sih, enak gini kok dibilang pedas. Cobain lagi, aaa ... ayo buka mulutnya." Alya mengambil sesendok siomay lalu mencoba menyuapi Daffa.

   "No, Ay." Daffa mendelik kesal.

   "Hahaha sukurin kepedasan," sorak Alya dalam hati. Sambil tersenyum senang, Alya melanjutkan makannya. Tidak dihiraukannya Daffa yang memandangnya kesal sambil memegang botol minuman yang sudah kosong isinya.

🌹🌹🌹

1
Maheera Indra
nyicil dulu tor... Lik n pav nya sudah..
ARSY ALFAZZA
😘
ARSY ALFAZZA
😘😘😘
ARSY ALFAZZA
😘
ARSY ALFAZZA
😘😘😘😘
ARSY ALFAZZA
😘😘😘
ARSY ALFAZZA
😘
ARSY ALFAZZA
😘😘😘
ARSY ALFAZZA
😘😘😘😘
ARSY ALFAZZA
😘
ARSY ALFAZZA
😘😘😘
ARSY ALFAZZA
😘
ARSY ALFAZZA
😘😘
ARSY ALFAZZA
keren
ARSY ALFAZZA
Miss you thor
RINDU ⭕
NEXT THOR
🤗🤗🤗♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
RINDU ⭕
Like 👍👍👍👍👍👍
RINDU ⭕
Love 💜💜💜💜💜💜💜
RINDU ⭕
Alya
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
ARSY ALFAZZA
😘😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!