NovelToon NovelToon
Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mira j

Liana Antika , seorang gadis biasa, yang di jual ibu tiri nya . Ia harus bisa hamil dalam waktu satu bulan. Ia akhirnya menikah secara rahasia dengan Kenzo Wiratama—pewaris keluarga konglomerat yang dingin dan ambisius. Tujuannya satu, melahirkan seorang anak yang akan menjadi pewaris kekayaan Wiratama. agar Kenzo bisa memenuhi syarat warisan dari sang kakek. Di balik pernikahan kontrak itu, tersembunyi tekanan dari ibu tiri Liana, intrik keluarga besar Wiratama, dan rahasia masa lalu yang mengguncang.

Saat hubungan Liana dan Kenzo mulai meluruhkan tembok di antara mereka, waktu terus berjalan... Akankah Liana berhasil hamil dalam 30 hari? Ataukah justru cinta yang tumbuh di antara mereka menjadi taruhan terbesar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira j, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 21

Setelah merasa tubuhnya cukup segar dan siap, Liana berganti pakaian dengan baju simpel dan nyaman. Ia mengenakan blus putih polos dan celana kain berwarna krem muda, membuat penampilannya tampak bersih dan lembut. Rambutnya dikuncir satu, sederhana namun tetap manis.

Ia melangkah ke luar vila, dan mendapati Kenzo sudah duduk di dalam mobil, menunggunya dengan sabar. Begitu melihat Liana muncul, Kenzo menoleh dan tersenyum tipis.

“Siap?” tanyanya singkat.

Liana mengangguk dengan semangat. “Siap banget. Aku udah ngiler dari tadi,” jawabnya jujur sambil tertawa kecil.

Beberapa penjaga vila segera membukakan gerbang begitu mobil sang majikan bergerak. Malam mulai turun, dan suasana jalanan tampak lebih sepi dari biasanya, memberi kesan tenang dan damai.

Dalam perjalanan, Kenzo melirik Liana yang tampak sumringah di kursi sampingnya. “Kamu segitu ngidamnya sama bakso?”

Liana tersenyum malu-malu. “Iya... entah kenapa cuma itu yang kebayang dari tadi. Rasanya udah nggak bisa ditahan lagi.”

Kenzo mengangguk. “Dimana letaknya?”

“Di sebelah gedung Wiratama Corporation,” jawab Liana tanpa ragu. “Nggak jauh dari sana.”

Kenzo sedikit terdiam, lalu menoleh dengan mata menyipit penasaran. “Kamu dulu kerja di sana?”

Liana menoleh, tampak ragu sesaat, lalu mengangguk pelan. “Iya... aku kerja di bagian cleaning service, Tapi nggak lama. Cuma setahun. dan malamnya aku kerja di kafe kopi .”

Kenzo mengangguk tanpa banyak bertanya. Tapi dalam hati, ia merasa seperti baru mengenal sisi lain dari Liana. Perempuan yang kini mengandung anaknya itu ternyata pernah berada begitu dekat dengan dunianya, tanpa ia sadari.

Kenzo menyandarkan punggungnya di kursi mobil sambil menatap lurus ke jalan. Setelah mendengar jawaban Liana tadi, pikirannya perlahan menerawang.

“Ternyata Liana pernah bekerja di perusahaan milikku sendiri... Pagi di perusahaan, malam di kafe. Tak bisa kubayangkan bagaimana kehidupannya dulu.”

Ia melirik sekilas ke arah Liana yang sedang memandangi jendela, tampak menikmati malam dengan senyum sederhana. Tidak ada kesan mengeluh atau menyesali masa lalu di wajah perempuan itu. Justru ketabahan dan ketenangan yang membuat Kenzo semakin takjub. Selama ini Liana tak mengetahui kalau gedung tempat ia bekerja adalah milik nya .

“Kenapa kamu nggak pernah cerita?” tanyanya pelan, hampir seperti gumaman.

Liana menoleh, menatap Kenzo sebentar lalu tersenyum tipis. “buat apa aku ceritakan masa laluku, Lagi pula, masa lalu bukan hal yang penting untuk diceritakan... karena kita bersama pun tak akan  lama.?”

Jawaban itu membuat dada Kenzo terasa sesak untuk sesaat. Di balik kelembutan suara Liana, tersembunyi kekuatan yang luar biasa. Perempuan ini pernah berjuang sendiri, bertahan dalam kerasnya hidup. 

Kenzo mengalihkan pandangannya ke depan. Ada perasaan bersalah yang muncul begitu saja.

“Sementara aku tumbuh dengan segala kemudahan, dia berjuang dalam diam. Lalu sekarang... aku yang mengikatnya dalam hubungan yang rumit ini.”

Tanpa sadar, Kenzo menggenggam setir lebih erat. Dalam hati, ia berfikir Liana dan anak mereka akan  merasakan kesedihan  dan kesulitan lagi kalau mereka terpisah kelak .

Mobil terus melaju menembus malam. Udara terasa sejuk, dan di antara diam-diam mereka, ada kenyamanan yang sulit dijelaskan. Hanya suara mesin mobil dan detak pelan hati masing-masing yang terasa.

Di kejauhan, lampu warung kecil mulai terlihat—tempat sederhana yang akan jadi saksi kecil dari kebahagiaan seorang Liana, yang hanya ingin menikmati semangkuk bakso kesukaannya.

Mobil berhenti perlahan di pinggir jalan yang tidak asing bagi Liana. Dengan semangat, ia membuka pintu dan segera turun. Matanya berbinar melihat warung bakso kecil yang sudah lama tak ia kunjungi. Kursi plastik dan meja sederhana itu terasa lebih mewah daripada restoran mana pun baginya malam ini.

Liana duduk dengan santai, seolah kembali menjadi gadis sederhana yang dulu sering makan disana sepulang kerja. Sementara itu, Kenzo keluar dari mobil dengan langkah sedikit ragu. Matanya menyapu suasana warung yang ramai, penuh obrolan dan tawa hangat para pelanggan. Tempat seperti ini sangat asing baginya, tapi ia tetap menyusul Liana dan duduk di seberangnya.

Liana menangkap kebingungan Kenzo. Dengan senyum kecil, ia memanggil sang penjual yang baru keluar dari dapur kecil di belakang.

“Mang, aku pesan yang kayak biasa ya.”

Penjual bakso yang dipanggil “Mang” itu langsung mengenali wajah Liana. “Waduh, Non Liana! Lama nggak keliatan, kemana aja, Neng?”

Liana tersenyum, ada rasa haru dalam suaranya. “Sekarang udah nggak kerja di sini lagi, Mang. Jadi jarang bisa mampir.”

“Oalah, pantas. Mamang sempat nanya-nanya juga sama tukang parkir. Kirain Neng pindah kota,” sahut si mamang 

Sambil tersenyum, ia menoleh ke Kenzo. “Si Akang juga mau pesen, Neng?”

Kenzo, yang dari tadi hanya mengamati interaksi itu dengan tenang, menggeleng pelan. “Nggak, Mang. Satu saja, buat dia.”

Penjual itu mengangguk, lalu kembali ke dapur dengan senyum ramah.

Kenzo menatap Liana dengan dalam. “Kamu sering ke sini?”

Liana tertawa kecil. “Hampir tiap minggu. Kalau lagi capek kerja, bakso Mamang itu semacam hiburan kalau lagi sedih.Karena aku harus berhemat ,kalau sampai uang gaji ku kurang ibu pasti akan menghukumku.dan aku tidak bisa mengobatkan ayah ku.”

Kenzo mengangguk perlahan. “ sampai segitunya ibu mu? Aku jadi tahu satu sisi hidup kamu yang belum pernah aku lihat.”

Liana menatap mata Kenzo sesaat, lalu berkata lirih, “aku tak punya banyak teman ,Karena waktuku sudah habis untuk bekerja. Saat itu aku hanya ingin menabung untuk bisa kuliah.”

Senyum kecil muncul di wajah Kenzo. “sekarang  kamu nggak sendiri lagi. Ada aku Liana.kamu bisa kuliah kalau kamu mau ? .” 

“ gimana  aku mau kuliah ken, sebentar lagi perutku akan membesar. Kamu berada di sampingku hanya sementara Ken,sampai nak ini lahir. Dan aku tidak tau nasibku selanjutnya . ” liana menundukkan kepala dengan tatapan kosong .

Kenzo hanya diam melihat kesedihan yang tampak di mata Liana .

Tak butuh waktu lama, Mang Baso datang membawa mangkok berisi bakso panas dengan kuah kental dan menggoda. Aroma kaldu sapi yang kuat langsung memenuhi udara, membuat perut Liana berbunyi pelan. Di tangan lainnya, segelas es teh manis dingin ikut menyegarkan pandangan.

“Silahkan dinikmati, Non,” ucap Mang Bakso sambil meletakkan mangkuk dan gelas itu di atas meja kayu sederhana.

“Terima kasih, Mang,” balas Liana semangat, senyumnya merekah seperti anak kecil mendapat hadiah. Ia langsung mengambil sendok dan mencicipi kuahnya, memejamkan mata sejenak menikmati rasa yang membawanya kembali ke masa lalu.

Kenzo yang duduk di seberangnya hanya menatap, sesekali tersenyum kecil melihat antusiasme Liana. Tapi jelas, ada canggung di wajahnya. Duduk di warung kaki lima bukan hal yang biasa baginya.

“Kamu nggak mau nyoba, Ken?” tanya Liana sambil menyodorkan satu butir bakso ke arah suaminya.

Kenzo menggeleng pelan. “Aku nggak biasa makan di tempat begini, Lian.”

Liana mendecak manja. “Ayolah... satu suap aja. Demi anak kita.” Nada suaranya lembut namun tegas, senyum manisnya membuat Kenzo tak tega menolak.

Dengan sedikit ragu, Kenzo mendekat dan menyambut sendok dari Liana. Saat kuah dan bakso itu menyentuh lidahnya, matanya langsung melebar. Rasa gurihnya benar-benar di luar dugaannya.

“Wow… ini enak banget,” gumamnya sambil melirik Liana. “Serius, ini bakso?”

Liana tertawa kecil. “Iya lah, kenapa? Kukira lidahmu cuma bisa nerima makanan hotel bintang lima.”

Kenzo terkekeh dan langsung melambai pada Mang Bakso. “Mang, satu mangkuk buat saya juga ya!”

“Siap, bos!” jawab Mang Bakso antusias.

Tak lama kemudian, Kenzo pun mulai menyantap bakso miliknya. Mereka duduk berdampingan di warung sederhana itu, saling melempar senyum dan obrolan ringan. dua orang yang menikmati kebahagiaan sederhana dari semangkuk bakso.

Untuk pertama kalinya, Kenzo merasakan kehangatan yang tidak bisa dibeli oleh harta—rasa diterima, rasa berbagi, dan rasa mencintai.

Rasa hati Liana terasa benar-benar terpuaskan setelah menikmati semangkuk bakso favoritnya. Setelah menyelesaikan makan mereka, Kenzo membayar dan mengucapkan terima kasih pada Mang Bakso, lalu menggandeng Liana kembali menuju mobil.

Perjalanan pulang berjalan sunyi, tapi nyaman. Liana bersandar di tempat duduk di sebelah  Kenzo, tubuhnya mulai terasa lelah. Mungkin karena efek kehamilan atau hanya karena rasa kantuk yang menyerang setelah perut kenyang.

Tak lama, nafas Liana melambat, dan Kenzo menoleh pelan—Liana sudah tertidur dengan damai di sampingnya. Kenzo tersenyum kecil, lalu menggenggam tangan istrinya erat, seperti menyampaikan: “Istirahatlah, aku di sini.”

Sesampainya di villa, para penjaga segera membuka gerbang. Kenzo keluar lebih dulu, lalu dengan sangat hati-hati, ia mengangkat Liana dari kursi penumpang. Berat tubuh Liana terasa ringan di pelukannya, dan wajahnya tampak damai dalam tidur.

Ia membawanya melewati lorong rumah menuju kamar mereka. Maria yang melihat itu hanya tersenyum pelan dan segera menyingkir, membiarkan sang majikan menunjukkan perhatiannya pada sang istri.

Kenzo meletakkan tubuh Liana perlahan di atas ranjang, memastikan bantal dan selimutnya nyaman. Ia duduk sebentar, menatap wajah Liana yang damai. Beberapa helaian rambut menempel di pipinya yang lembap, membuat Kenzo refleks mengusapnya dengan jemari lembutnya.

Tanpa membangunkannya, Kenzo mengambil kain lembut dan air hangat. Dengan sabar ia membersihkan tubuh Liana, mengelap keringat dari dahi, leher, dan tangan istrinya. Setelah itu, ia membuka pakaian luar Liana dengan sangat hati-hati dan menggantinya dengan baju tidur bersih.

Semua dilakukan dengan begitu halus, hingga Liana tetap tertidur tanpa terganggu sedikit pun.

Setelah selesai, Kenzo duduk di sisi ranjang, menatap perut Liana yang masih datar. Tangannya menyentuh lembut bagian itu, lalu berbisik lirih, “Terima kasih sudah hadir dalam hidup kami, kecil. Mama kamu wanita yang kuat, dan aku akan berusaha menjaga kalian berdua nanti.”

Tak lama, Kenzo pun merebahkan dirinya di samping Liana, menarik selimut hingga menutupi tubuh mereka. Ia mengecup dahi istrinya pelan sebelum memejamkan mata, ikut tenggelam dalam keheningan malam itu.

Di luar, malam terus berjalan, tetapi di kamar itu… cinta tumbuh dalam diam, lembut dan nyata.

1
watashi tantides
Nyesel ya pak gara gara nikah lagi😔 Kasian nasib Liana anak kandungnu pak😭
watashi tantides
Sakit banget💔😭 Liana 🫂
watashi tantides
Semoga Kenzo jatuh cinta ke Liana🥰 maaf Claudia istri sah itu semua karna kamu yang mepersatukan Kenzo dan Liana dan yang terlalu tega ke mereka😔
watashi tantides
Sakit banget💔😭
watashi tantides
Please ini mengandung bawang😭
watashi tantides
Mulai tumbuh benih sayang Kenzo ke Liana🥹🤍
Mira j: trimakasih KK dah singgah 🙏🏻💞
total 1 replies
watashi tantides
Liana😭❤️‍🩹
watashi tantides
Liana😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!