Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Mereka tidak akan membiarkan Ayu kembali mengorbankan diri, dia sudah terlalu banyak menderita dan memberikan pengorbanan, apalagi setelah perbuatan Ainan yang menyakitinya.
"Nak, tidka perlu seperti ini, kamu tidak harus mengorbankan dirimu lagi seperti dulu, ingat kamu sedang hamil, kesehatanmu jauh lebih penting sekarang".
"Tapi bunda, anakku juga pasti ingin melihat sosok ayahnya, jika Aiman kenapa-napa, anakku tidak akan pernah merasakan kasih sayang ayahnya". Ayu kini menangis.
Dia tidak mau membayangkan bagaimana anaknya akan bernasib sama seperti nya yang kehilangan ayahnya dimasa kecil dan membiarkan dirinya berjuang seorang diri.
Para perempuan langsung menghampiri Ayu kemudian memeluknya erat, mereka sungguh tak tega melihat tangisan Ayu, sedangkan Para lelaki hanya membuang mukanya tak ingin menyaksikan kesedihan para ibu itu, mereka hanya menunduk sedih.
"Kamu yakin nak?? Tanya Shofiyah dengan linangan air mata,
Betapa beruntungnya anaknya memiliki istri baik dan sempurna seperti menantunya ini, dia dibutakan masalalu sehingga bisa meninggalkan perempuan berhati permata seperti Ayu.
"Dek, maafin adik kami, tolong maafkan dia, diam seperti ini karena menyakiti kamu dek, maafkan dia". Shifa memeluk Ayu dengan tangis.
"Aku baik-baik saja kak, bunda, aku akan berjuang sekali lagi untuk anakku, anakku membutuhkan ayahnya, Aiman hanya kalut karena sejak beberapa tahun dia belum memiliki nya, dia selalu berandai-andai memiliki anak". Ayu meneteskan air matanya.
Dia mengingat dengan jelas bagaimana binar bahagia Aiman ketika bermain dnegan keponakannya.
"Dek, kalau kita punya anak, dia pasti akan selucu Fatur", Ucap Aiman ketika bermain bersama anak dari Sintia itu.
"Kita akan lebih berusaha kak, kita harus bersabar, biar bagaimanapun Tuhan yang mengaturnya, kita sudah berusaha memeriksakan diri kita dan hasilnya bagus, hanya tinggal menunggu mukjizat Tuhan pada kita".
"Iya dek, kamu benar, Tuhan pasti akan mengabulkannya". Aiman menggendong Fatur dan menciumnya dengan gemas.
Percakapan yang sama pun terulang ketika Aiman bermain bersama Farah, anak Shifa dan dan Raka.
"Ululu cantiknya keponakan om, nanti kalau om punya anak perempuan, om akan jaga dia dan sayangi seperti ini, kamu cantik banget sih nak".
"Bagaimana menurutmu dek, enaknya kita punya anak perempuan atau laki-laki". Tanya Aiman dengan senang.
"Aku sedikasinya saja kak, apapun jenis kelaminnya, aku terima yang penting dia sehat dalam kandungan aku nanti".
"Amin dek, kita akan berusaha lebih lagi nanti, jangan khawatir yah".
Percakapan itu terus menerus berputar di kepala Ayu, dia sangat tahu jika suaminya itu sangat menginginkan buah hati mereka sendiri.
"Kami akan membantumu nak Ayu, kamu tidak sendiri jika memang itu keputusanmu, bunda hanya bisa mendukungnya nak, jika kamu lelah istirahat lah, kami yang akan menggantikanmu lagi".
"Terima kasih bunda, aku sungguh beruntung mendapatkan keluarga seperti kalian". Ayu memeluk mereka dengan sayang.
"Tapi Sayangnya saya sebagai orangtua menolak tegas Ayu kembali pada Aiman". Ibu Ramlah, ibunda Ayu itu kini berdiri tidak jauh dari mereka.
"Apa yang kalian lakukan disini". Sinis Shifa kepada Ramlah ibu Ayu dan Ratna.
"Memang kalian siapa kalian yang mau menentukan orang siapa yang berhak ada disini, ini rumah sakit umum siapa saja bisa disini".
"Kalian mengikuti kami?? ". Tanya Shofiyah dengan sinis.
"Tidak perlu tahu, yang jelas, saya tidak mau Ayu dekat kembali dengan penghianat dan manusia tidak tahu diri seperti Aiman".
"Tapi sayangnya kami tidak peduli dengan keinginanmu Ramlah, itu adalah rumah tangga mereka, mereka berhak mengaturnya sendiri".
"Tentu saja, kau berkata seperti itu karena Aiman anakmu, kau senang kalau Ayu kemabli bersama Aiman, kalian itu hanya gembel yang beruntung mempersunting Ayu yang kaya sehingga kehidupan kalian berubah drastis". Sinis Ramlah.
"Ini semua keinginanku sendiri bu, bahkan mereka melarangku melakukannya dan menyuruhku pulang untuk istirahat, jangan selalu menyamakan orang dengan ibu". Ayu menatao ibunya dengan jengah.
Dia tidak ingin kurang ajar padanya, biar bagaimanapun, orangtua yang dihadapan nya ini adalah ibunya, tapi perlakuannya sejak dulu padanya hingga sekarang selalu menari-nari dipikirannya.
"Kamu ini bodoh sekali Ayu, lelaki seperti Aiman itu tidak pantas menerima cintamu yang sangat besar seperti itu".
"Terus harusnya ibu yang mendapatkan nya?? Mata Ayu berkaca-kaca.
"Tidak kah ibu ingat bagaimana ibu mengatakan hal yang menyakitkan sejak aku kecil dan puncaknya hari itu, dimana ibu dengan tega membuang ku dnegan kalimat menyakitkan?? ". Ayu menatap snag ibu dengan kekecewaan, amarah, dan dendam serta Rindu.
Tatapan itu membuat sudut di relung hati Ramlah tercabik-cabik, dia tidak menyangka jika perbuatannya dulu akan membuat anaknya sangat membencinya.
"Itu sudah masa lalu Ayu, kenapa kau terus saja mengungkitnya, kamu terlalu lebay". Ucapnya tidak terima.
"Tapi masa lalu itu sangat menyakitkan dan membekas hingga kini, dan itu tidak akan pernah hilang". Teriak Ayu dnegan penuh emosi.
Dia sangat murka melihat ibunya dengan santai menyebutkan jika itu hanya masa lalu biasa, tapi sangat membekas.
"Nak tenang yah, kasihan kandungan mu". Shofiyah membawa Auu kepelukannya.
"Usir dia bunda, aku Tak ingin melihatnya bunda, kumohon". Ayu menangis pilu karena sakit hatinya.
"Jangan selalu menyalahkan dan menyepelekan perasaan orang lain Ramlah, pergilah, Kasihan Ayu, dia sedang mengandung, jangan ganggu dia".
"Kau tidak berhak mengusir ku, aku akan membawa Ayu bersamaku, apapun yang terjadi, aku tidak akan biarkan kalian para benalu menguasai Harta Ayu sendirian". Ucapnya berkacak pinggang.
Mereka semua mendelik mendengar ibu Ayu mengatai mereka dengan sebutan benalu, seperti nya manusia ini lupa jika dialah sebenarnya benalu.
"Sudahlah bunda, bawah saja Ayu menjauh dari sini, biar kami seret mereka keluar dari sini, aku sungguh muak melihat mereka bertingkah".
" Tidak Ayu, kamu harus ikut ibu pulang, kau dengar ibu tidak terima, jangan jadi anak durhaka kamu, mereka hanya memanfaatkan kamu saja".
"Sudahlah bu, aku capek, aku tidak mau bertemu kalian".
"Jangan kurang ajar sama ibu kak Ayu, biar bagaimanapun ibu adalah ibumu, jangan jadi anak durhaka kamu". Hardik Ramlah dnegan keras.
"Jangan pernah meneriaki adikku seperti itu, jangan sampai Aku robek mulutmu, aku saja yang kakak iparnya tidak pernah meneriaki nya, kau pikir kau siapa". Shifa hendak menghampiri Ratna tapi terhalang.
Shofiyah menggeleng kan kepalanya tanda tidak mengizinkan sang anak untuk berbuat lebih.
"Tapi ini sudah keterlaluan bunda, mereka pikir mereka siapa, mereka selalu membuat Ayu susah". Almira menatap mereka dnegan kesal.
para lelaki tidak berbicara mereka langsung berdiri dari duduk ya kemudian menyeret keduanya untuk kelaur dari ruangan Ayu, mereka pusing mendengar celotehan mwreka.
"Pergilah dari sini, Ayu beutuh ketenangan