NovelToon NovelToon
HAJ Kesempurnaan Kehampaan

HAJ Kesempurnaan Kehampaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kutukan
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mult Azham

kehampaan dan kesempurnaan, ada seorang siswa SMP yang hidup dengan perlahan menuju masa depan yang tidak diketahui,"hm, dunia lain?hahaha , Hmm bagaimana kalau membangun sebuah organisasi sendiri, sepertinya menarik, namanya... TCG?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mult Azham, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BENDA YANG MANA?

Kota Maravelle, Kerajaan Zevarion

"Apa kamu tahu benda langka yang dimaksud?" tanya Laila.

"Kamu tenang saja. Aku tahu semua benda langka di dunia ini. Salah satunya ada di kota ini. Dulu, tempat ini cuma tanah kosong dan pepohonan. Tapi setelah kutinggalkan... ternyata sudah 10.000 tahun berlalu."

"Apa maksudmu?" Laila mengerutkan kening, bingung.

Vincent terdiam sejenak. "Lupakan saja," katanya singkat sebelum berhenti melangkah.

Laila menatapnya heran. "Kenapa kamu tiba-tiba berhenti?"

Vincent melirik ke tanah, mengusap dagunya sambil bergumam, "Hmm... ini sedikit rumit. Tapi aku yakin benda itu ada di bawah sini."

lalu menghela napas pelan.

"Kalau saja aku punya kekuatan... pasti langsung kuhancurkan tanah ini."

Laila, dengan tatapan bosan, menyela,

"Jadi, apa sekarang? Kita sudah menghabiskan banyak sumber daya cuma buat sampai ke tempat ini."

Vincent menatap ke depan dengan wajah serius.

"Tak masalah. Masih ada tempat lain yang juga menyimpan benda langka."

......................

Satu bulan kemudian — Kota Petualang Eldrossa

Vincent dan Laila melangkah masuk ke dalam Guild Petualang yang tampak sepi.

Saat mereka hendak menuju meja pendaftaran, tiba-tiba seseorang berdiri dan menghalangi langkah mereka.

"Heh, ini bukan tempat untuk anak kecil yang bisa seenaknya masuk begitu saja," ejek pria itu sambil tertawa.

"Kali—" Laila hendak membalas, tapi Vincent lebih dulu angkat suara.

"Dengan kekuatan kalian yang menyedihkan, kalian malah berani mengejek kami?" Vincent tertawa dingin.

"Malu dong... menghina orang yang jauh di atas kalian."

Tiba-tiba, tangan pria dewasa itu mencengkeram kerah baju Vincent. "Berani-beraninya, jangan kira karena kalian masih anak-anak aku akan membiarkan ini" katanya dengan nada mengejek, namun penuh tekanan.

Vincent menatapnya dengan ekspresi datar, seolah tidak peduli sama sekali.

"Kamu..." Pria itu mengepalkan tangan, bersiap melepaskan pukulan ke wajah Vincent.

Namun, sebelum pukulan itu mendarat, Laila, yang berdiri sedikit di belakang Vincent, tiba-tiba mendengar suara telepati yang sangat jelas dari Vincent.

"Oi Laila, apa kamu menungguku meninggalkanmu?"

Laila tersentak, dan dalam sekejap, sebatang besi tajam melesat keluar dari tangannya.

Siuw!

Crrt! — suara besi menembus daging terdengar tajam.

Besi yang diluncurkan Laila menancap tepat di tangan pria itu.

"Aaaargh!!" teriaknya kesakitan, tubuhnya mundur refleks sambil memegangi tangannya yang berdarah.

Dua pria yang tadi mengikuti di belakangnya terdiam sejenak, terpaku karena terkejut.

"Apa yang kalian tunggu!? Serang mereka!!" bentaknya sambil meringis.

Tanpa banyak bicara, kedua pria itu langsung menyerang Vincent dan Laila.

Crrt!

Laila dengan sigap meluncurkan besi tajam lainnya — menembus kepala salah satu dari mereka.

Yang satunya lagi—

Bhuak!

Brak!

Satu pukulan keras dari Vincent menghantam rahang pria itu, membuatnya terangkat lalu jatuh menghantam lantai Guild.

Tubuhnya terkapar membentuk pose Bintang — tangan dan kaki terentang lebar, wajah menatap kosong ke langit-langit.

Pria yang tangannya berdarah hanya bisa terdiam, gemetar.

Telepati antara Vincent dan Laila.

"Sebenarnya... kita ke sini buat apa, sih?" tanya Laila, masih dengan tatapan bosannya yang khas.

"Nggak jadi," jawab Vincent singkat.

"Apa?" Laila mengernyit bingung.

"Aku tidak merasakan keberadaan benda langka itu di sini. Sepertinya udah diambil orang lain," ucap Vincent sembari berbalik dan melangkah santai meninggalkan guild.

"H-hei! Tunggu dulu!" Laila buru-buru menyusul.

Para anggota guild yang menyaksikan kejadian tadi hanya bisa terdiam, saling melirik dengan ekspresi bingung.

"Mereka... langsung pergi gitu aja?"

"Tujuan mereka ke sini sebenarnya apa?"

"Lah?"

Sejak saat itu, nama Vincent dan Laila mulai bergaung di seluruh Kota Petualang Arkendale—menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan para petualang.

Dua bocah misterius, yang dengan mudah mengalahkan tiga petarung ranah Third Mortal Genesis High.

...----------------...

Wilayah Skarnvale — Wilayah Liar Tanpa Hukum.

Bangunan reyot berdiri berjejer tak rapi, beberapa sudah setengah runtuh. Bau logam bercampur busuk samar tercium di udara. Suara-suara gaduh—tertawa keras, piring pecah, dan benturan senjata—bercampur jadi satu. Di pojok gang, sekelompok orang berjubah gelap menatap penuh curiga.

Di tengah keramaian yang suram itu, Vincent dan Laila berjalan menyusuri jalan tanah yang becek.

"Kita udah habisin banyak biaya cuma buat datengin tiga tempat yang hasilnya nol besar," omel Laila dengan telepati sambil melirik Vincent. Ekspresi Vincent tetap tenang, bahkan nyaris malas. Itu bikin Laila makin kesal.

"Hei, gimana sih caramu bisa sesantai itu?"

Vincent menoleh, masih santai. "Ayolah… kita cuma habisin beberapa koin doang."

Laila langsung mengepalkan tangannya, nadanya naik dalam pikiran Vincent. "Beberapa koin KATAMU...? Kita udah buang 55 Tirham! Dan itu cuma buat keliling tempat-tempat yang bahkan nggak ada tanda-tanda benda langka!"

"He-hei... tenang dulu dong," Vincent mencoba menenangkan, sambil mundur dengan langkah ringan. Ia menghadap ke Laila, berjalan mundur.

"Kalau nanti kita dapet benda langka, semua pengorbanan ini bakal kelihatan sepele kan?"

Laila tiba-tiba membelalak, wajahnya berubah.

"Ayolah, masa kamu mikir benda langka bisa didapetin tanpa pengorbanan? Kamu tuh perlu nahan emosi yang nggak per—"

DUK!

Vincent menabrak sesuatu. Atau lebih tepatnya, seseorang.

Dia mendongak perlahan.

Di belakangnya berdiri sosok besar bertudung, matanya tajam, dan aura mengancam terpancar kuat. Sekeliling mereka tiba-tiba terasa lebih sunyi. Di sampingnya, seorang pria lain tampak santai—bersandar di tiang kayu sambil mengunyah sesuatu.

Pria besar itu melirik ke arah temannya sambil menunjuk Vincent. "Anak kecil boleh masuk ke tempat beginian?"

"Ini Skarnvale, bro. Tempat tanpa aturan. Siapa juga yang bikin larangan? Hahaha!" Temannya tertawa, suaranya serak dan berat.

Pria besar itu mengangguk pelan, lalu kembali menatap Vincent.

"Kamu dengar itu, Nak? Sebaiknya kalian pergi saja dari sini."

Vincent tersenyum tipis.

"Terima kasih atas peringatannya, Tuan yang baik hati. Tapi kami bisa menjaga diri."

Pria itu menyeringai lebar, giginya sebagian hitam dan ompong.

"Lihat tuh," katanya sambil menoleh ke temannya, lalu kembali menatap Vincent.

"Aku nggak akan menghalangi kalian, tapi kalau terjadi sesuatu, jangan salahkan aku. Sudah kuberi tahu dari awal."

Tanpa menunggu balasan, mereka berdua melangkah pergi, meninggalkan Vincent dan Laila di tengah jalan yang dipenuhi bayangan gelap dan tatapan penuh curiga dari orang-orang sekitar.

Vincent melanjutkan langkahnya, menikmati perjalanan yang terasa santai meski di tengah Skarnvale yang liar ini.

"Ternyata di sini tidak semua orangnya buruk," ucap Vincent santai, kedua tangannya berada di belakang kepala sambil menatap langit yang mulai gelap.

"Tidak buruk apanya?" sahut Laila cepat. "Dia pasti cuma terlihat tampak baik supaya kita percaya."

Vincent tetap melangkah tenang ke depan. "Hey, hey, biasakan bilang 'mungkin' kalau sesuatu belum pasti."

Laila mendengus kesal. "Apa buktinya orang itu berbuat baik?"

Vincent melanjutkan tanpa menoleh. "Apa buktinya orang itu berbuat buruk?"

Laila menghela napas, kesal dengan sikap Vincent yang terlalu santai. "Kenapa sih kamu selal-?" Dia tiba-tiba terhenti saat Vincent berhenti berjalan.

"Apa?" Laila menatap Vincent, bingung.

Vincent menunjuk ke depan. "di situ."

Laila mengikuti arah jarinya dan matanya langsung terfokus pada sebuah bangunan besar bertanda "Rumah Bordir" yang tampak mencolok di tengah suasana Skarnvale. Wajahnya sedikit terkejut, lalu mengerutkan kening.

"Rumah bordir?" Laila berhenti sejenak, menatap bangunan itu. "apa di sini benda langkanya?"

Vincent menjawab tanpa ragu. "Tentu saja, tapi aku ragu dengan tubuh kita yang masih bocil."

"Yaiyalah, siapa yang bakal nyangka bocah masuk ke rumah bordir?" Laila menyambung dengan nada sarkastis. "Jadi, gimana?"

Vincent menatap serius, ekspresinya berubah menjadi lebih tegas. "Kita nggak punya pilihan lain."

Laila mengernyitkan dahi, sedikit bingung. "Jangan bilang kita harus pergi ke wilayah lain lagi? Tapi nggak masalah sih, daripada dis—" Laila tak sempat melanjutkan kata-katanya.

Vincent langsung menyela. "Kita harus masuk."

Laila terkejut. "A-apa? Kamu tahu ini tempat apa?"

Vincent tetap dengan ekspresi seriusnya. "Tentu saja. Tapi kita nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini."

Laila mendengus, lalu menyilangkan tangan dengan malas. “Iya, iya, terserah. Aku tunggu di sini aja.”

Vincent langsung menggenggam tangan Laila. "Apa yang kamu katakan?" Sebelum Laila sempat bereaksi, dia sudah menariknya maju. "Tentu saja kita masuk berdua."

"He-hei, tunggu!" Laila terkejut dan berusaha menarik diri.

1
Ryuu Ryugem
lanjut thor seru cerita nya
anaa
numpang singgah💐
🍁Ang❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
mampir
Daisuke Jigen
Senang banget bisa menemukan karya bagus kayak gini, semangat terus thor 🌟
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Ngakak guling-guling 😂
Gái đảm
Waw, nggak bisa berhenti baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!