Dia adalah Firlizy, gadis cantik yang berprofesi sebagai artis. Gadis itu terkenal sangat baik, memiliki sifat kalem dan juga wajah polos. Tapi siapa sangka di balik wajah polosnya dia menyimpan sebuah rahasia yang mampu mengubah kepribadiannya.
Sayangnya ketidak beruntungan ada di pihak Liz, manajer yang ia percaya menipunya hingga ia berutang pada rentenir sebesar 15 M, Itulah yang semua orang percaya, tapi siapa sangka ternyata itu semua adalah rencana Liz, untuk menikahi CEO hebat pada masa itu, Devan Arkasa, namanya bergema di seluruh penjuru negri. Dan Devan, adalah target utama balas dendam Liz. Hingga Liz mencoba menjebak Devan, apakah berhasil?
"Aku Firlizy, Putrinya Deyna, tujuan ku adalah, menghancurkan mu Tara, melalui Putra angkat kesayangan mu, Devan Arkasa, si CEO sombong itu. Aku pastikan kalian menderita. Devan Arkasa, aku akan membuat mu jatuh cinta padaku, bukan hanya dengan hati juga dengan jiwa, agar nanti bukan hanya hatimu yang hancur, jiwa mu juga akan tergoncang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini IR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Oh?
"Pergi tinggalkan Dev."
Liz tersenyum tipis tanpa ada satupun yang mengetahui nya. Dia berbisik kepada Grisha. "Apalagi, tentu demi hartanya. Jauhin dia? Ga mau lah, siapa yang mau hidup miskin setelah jadi kaya raya?"
Plakkk!!!
Tamparan itu Grisha layangkan dengan keras, di pipi indah Liz.
"WANITA SIALAN!!! BERANINYA KAU MENAMPAR ISTRI KU!!!!"
Devan langsung melihat bekas di pipi Liz, bekas telapak tangan yang memerah itu. Pandangan Devan lembut juga khawatir seolah tulus tak ada akting sedikit pun. "Sakit sekali kah?"
Dia akting kan? Beneran akting kan? Gak mungkin seorang Devan punya tatapan kayak gini.
Harus Liz akui, dia bahkan bingung, ini akting atau benar-benar nyata. Liz menatap Devan dengan senyuman. "Ga ga sakit kok."
Grisha langsung menarik lengan Devan. "Dev! Perempuan ini! Perempuan ular!! Dia cuma mau harta mu!!! Dia cuma ingin status keluarga Arkasa! Dia gak pernah cinta sama kamu!!! di-"
Plakkk!!
Semuanya terkejut, namun juga hening sebentar, hening seolah sebelum badai besar datang.
Duh duh duh, dia bilang fakta sih, eh bohong deng, toh aku sama Devan, nikah cuma gegara dendam. Harta? Status? Cih...
Liz menatap sendu Grisha, lalu pandangannya menunduk. Bahkan Liz dengan segala kemampuannya, berhasil mengeluarkan beberapa bulir hangat itu.
Tapi tamparannya sakit juga, kayaknya dia pake tenaga full deh.
Devan menampar pipi itu, mana dia perduli Grisha adalah seorang perempuan. "Kalau kau ingin membicarakan diri sendiri bukan di sini tempatnya."
"Tapi Dev! Dia beneran gila harta!! Dia cuma mau harta kamu! Kalo kamu miskin pasti dia bakal ninggalin kamu!! Di--"
"Diam!! Bukan seperti itu bicara pada Nyonya Devan Arkasa. Itu tidak sopan, apa kau mengerti? Atau kau sudah berani?"
Semuanya ribut berbisik. Mereka baru sadar bahwa Devan sudah dua kali mengakui Liz sebagai istrinya.
Wow... Aku ga nyangka bakal di umumin, dia bilang ini adalah urusan pribadi, pernikahan rahasia kan? Apa sekarang aku boleh berharap?
Liz hanya diam, bibirnya seolah bergetar? Hatinya, untuk sedikit rasa iba pun melihat Grisha, Liz tak punya.
"I-istri?! Bagaimana mungkin!! Ga mungkin kan Dev? Dev!!!"
"Seret perempuan sialan ini keluar, bungkam mulutnya, dan jangan pernah dia menginjakkan kaki di sini. Minta orang tuanya mengasingkan dia keluar negri, jangan sampai dia kembali ke negara ini." Titah Devan sudah jatuh, maka itulah yang akan terjadi. Lagipula, siapa yang suruh mengusik Devan.
Devan membuka jasnya, dia memberikannya pada Liz. "Sudah tidak masalah, aku ada di sini. Jangan takut."
Kejam sih, cuma ya bagus lah, semoga nemuin kehidupan baru ya di sana... Bye bye Grisha~ kau pengganggu dalam rencana ku~
Liz menatap Devan, dengan pandangan menyedihkan. "Apa harus sekejam ini? Ini terlalu kejam kan?"
Devan mencium pelipis Liz yang masih di tengah-tengah kerumunan orang. "Itu akibatnya kalau berani menganggu keluarga Arkasa. Sekarang, ayo istirahat dulu." Devan membawa Liz ke dalam ruangannya, tentu tanpa melepas pelukannya.
Tanpa ada seorang pun yang melihat, senyuman miring Anna terbit sedikit.
Pasti Liz merasa menjijikan. Aku turut berduka akan hal itu Liz, kau harus menghadapi hal menyedihkan itu. Tapi, tenang, itu ga masalah. Karna kayaknya, dia mulai tertarik dengan mu. Mungkin sebentar lagi puncak balas dendam akan terlaksana.
Ah..., jadi aku pun harus cepat menghancurkan bisnis nya ini. Aku udah tertinggal cukup jauh. Bertahanlah Liz..., hanya sebentar lagi.
Batin Anna berjalan ke arah tengah. Dia menatap orang ke sekelilingnya. "Seperti yang kalian dengar, Nona Liz adalah istri tuan muda Devan. Jadi rahasiakan hal ini, dan hormati di di dalam kantor ini. Berikan izin untuknya atas segala urusan. Dan kalau sampai berita pernikahan mereka tersebar, bukan hanya di pecat dari Perusahaan ini. Kalian juga tidak akan menerima pekerjaan dari perusahaan lain. Sekian dan kembali lah bekerja." Kata Anna dengan wajah yang dingin, suara lantang dan tegas seperti biasanya.
Mereka langsung bubar begitu saja. Anna yakin, tak kan ada yang berani membocorkan rahasia ini.
"Seperti biasa, Nona Anna memang selalu bisa di andalkan." Vin menepuk pundak wanita dingin itu.
"Itu pujian kan?"
...***...
"Awww sakittt...," Desis Liz saat Devan mencoba mengompres pipi Liz yang bengkak.
"Kau bisa melawan preman, kenapa tidak coba menghindar dari tamparan nya?" Devan sesekali meniup pipi Liz penuh kelembutan.
"Ya biar orang-orang bersimpati sama aku. Kan umumnya, orang terlalu mudah bersimpati pada yang lemah ya kan?"
"Lalu untuk apa melakukan sampai sejauh itu?"
Liz diam sebentar. Dia mengedikkan bahunya tak tau.
"Kenapa kalian bertengkar?" Devan menatap mata Liz tajam. "Katakan dengan jujur, untuk yang ini aku tidak mentolelir kebohongan. Tidak ada akting dalam perkataan mu ini. "
Liz menunduk. "Dia minta aku buat jauhin tuan, terus dia bilang aku cuma pengen harta tuan, ya udah aku iyain, kan emang bener kata dia cuma pengen harta, kalo dapet cintanya mah kan bonus."
Mata Devan membesar, dia mencengkram tangan Liz kuat.
Mati, lengan ku bisa patah. "Ta-tapi aku ga bilang bakal jauhin suami ku ini~ "
"Aku tau. Kau tidak akan pergi selama aku masih kaya kan? Syukurlah, kau masih ingat status mu ini."
"Ya ya ya itu ben- eh!! Ga gitu! Duh... It--"
Liz langsung menghentikan ucapannya saat ia melihat Devan tersenyum dengan sangat mengerikannya.
"Tidak perlu khawatir, aku masih kaya. Hidup mu masih aman." Bisik Devan tepat di telinga Liz.
Orang ini, semakin lama sikapnya semakin aneh.
"Tuan muda? Apa kau sudah mulai menyukai ku? Maksud ku, akh--"
Devan menarik sedikit rambut Liz, lalu mencium rambut indah gelombang itu. "Maksud mu, karna akhir-akhir ini aku sering menyentuh mu? Kau berpikir aku mulai menyukai mu? " Wajah Devan semakin mendekat.
Liz menatap mata itu dengan jarak yang benar-benar dekat, bahkan hidung keduanya sesekali bersentuhan. "Ya... I-itu juga termasuk sih."
"Oh? Apa kau tidak tau? Kau kan wanita yang ku bayar. Ah, apa jangan-jangan kau lupa status mu? karna aku terlalu baik. Kau harusnya tau tugas wanita bayaran kan?"
Nyut...
Entah sudut bagian mana, tapi Liz merasakan itu, bukan kah hatinya? Hanya penuh amarah, dendam, dan kebencian?
"I-iya sih... A-aku memang wanita bayaran." Liz menunduk, suara nya memelan, dia tidak ingin menatap mata Devan saat ini.
Tahan Liz... Bersabarlah... Tolong jangan rusak rencana yang sudah di rancang ini... Aku harus pergi, kalau semakin lama di sini dan mendengar ucapannya lagi, aku benar-benar tidak tahan untuk memijaknya.
"Tuan muda..., sepertinya aku harus pergi. Aku masih ada syuting sore ini,"
"Oh?" Devan menaikkan sebelah alisnya.
...***...