Penderitaan bisa dikatakan sebagai temannya. Tangis air mata tak pernah lupa untuk hadir. Perih dari luka yang tercipta selalu ia tahan. Namun, bagaimana jika ia harus menikah hanya untuk menggantikan posisi pengantin perempuan.
Elvira Pelita harus menggantikan posisi sang kakak dalam pernikahan, menjadi pengantin perempuan yang bersanding dengan pria yang seharusnya ia panggil kakak ipar.
Arkanio Althaf Zerion harus menikahi sang calon adik ipar karena calon istrinya melarikan diri. Ia selalu membenci pernikahannya karena bagi Arka, Vira penyebab perginya perempuan yang amat dicintainya.
"Jangan mendekat jangan sakiti aku, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku tidak bersalah." Vira was-was karena Arka semakin mendekat.
"Kau salah, kau bersalah!" teriak Arka tepat di muka Vira.
Bagaimana pernikahan yang dipenuhi kebencian itu akan berjalan dan bagaimana cara Vira menyakinkan Arka bahwa ia tidak bersalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menginginkan Perceraian
Tap tap tap
Vira menuruni anak tangga tergesa-gesa dengan menjinjing tas miliknya. Seluruh orang yang berada di ruang keluaga langsung mengalihkan perhatian mereka.
"Kakak mau kemana?" suara Killa menyadarkan Vira bahwa ia tidak sendirian di rumah.
Vira menghampiri seluruh keluarga yang sedang berkumpul. Dapat Vira lihat bahwa semuanya sedang bertanya-tanya mengenai dirinya, kecuali Arka yang hanya berekspresi datar.
"Kamu mau kemana, Nak. Kenapa sangat terburu-buru," ucap kakek.
"Aku harus pulang ke rumah. Ibu memintaku untuk segera ke sana," jawab Vira.
"Ada apa, apa ada masalah?" tanya Lydia.
"Tidak, tidak ada masalah serius hanya saja ada pertemuan ibu-ibu komplek yang dilakukan di rumah dan ibu meminta bantuanku." Vira harap alasan yang ia buat dapat diterima karena sebenarnya ia hanya ingin melarikan diri dari Arka. Ia ingin menenangkan perasaannya.
"Jika begitu cepatlah pergi. Ibumu bisa kerepotan jika kamu belum berangkat juga," ujar Melisa.
"Tapi ibu juga memintaku untuk menginap katanya ingin menghabiskan weekend bersama."
Maafkan Vira yang sudah berbohong mengatasnamakan sang ibu. Namun, tidak ada jalan lain lagi agar Vira diizinkan pergi.
"Kalau itu minta izin pada suamimu. Dia yang akan kesepian jika kamu menginap di rumah orang tuamu," ujar Faras dengan jahilnya.
"Atau kau ajak saja dia," sambungnya.
"Yang ada Vira malah sibuk ngurusin Arka darippada menghabiskan waktu bersama ibunya, Papa ini ada-ada saja." Lydia geleng-geleng kepala dengan tersenyum kecil.
"Sudah, sudah kalian ini seperti anak kecil. Biarkan Vira berbicara dengan Arka." Kakek berucap.
"Betul tuh," sahut Killa.
Seluruh orang tertawa karena Killa. Kedua orang yang berada di sana hanya mampu terdiam canggung setelah apa yang terjadi di antara mereka. Vira mendekat pada Arka yang menatap lurus ke depan.
"Aku mau pergi ke rumah ibu dan menginap di sana."
Apa itu bisa disebut meminta izin? Sepertinya tidak, lebih tepat sebagai pemberitahuan dibandingkan meminta izin.
"Pergilah tidak ada yang melarangmu." Arka menjawab seadanya.
"Hey, kalian ini seperti sedang marahan saja. Jawab yang benar Arka, nada suaramu sangat ketus," protes kakek.
"Ya, baiklah. Aku mengizinkanmu. Jaga dirimu baik-baik dan jangan lupa untuk menghubungiku."
Puas. Batin Arka memutar bola matanya malas.
"Oww sosweet sekali," goda Killa yang diiringi siulan khas anak muda.
Hati yang terluka sangat sulit untuk disembuhkan dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Harapan yang diinginkan sudah tidak ada dan tidak lagi berani untuk berharap karena takut jika hasilnya akan menyakitkan. Vira pikir Arka akan melepaskannya dari hubungan yang mengikat mereka, ternyata ia salah ia dijadikan pelampiasan sakit hati Arka yang disebabkan oleh Arleta.
Kenapa pula Arleta harus melakukannya, mengapa Arleta harus menempatkan Vira pada posisi yang tak seharusnya. Adik menderita karena perbuatan sang kakak. Pernikahan yang hanya membawa penderitan batin.
Jika Arka tidak bisa melepasnya maka Vira yang akan melepasnya. Mengakhiri hubungan yang mengikat mereka berdua. Vira melarikan diri untuk mengumpulkan keberanian menggugat cerai Arka. Ia tidak tahan hanya dijadikan pelampiasan.
"Ibu!" teriak Vira memasuki rumah.
Melisa yang sedang membuat kue di dapur harus meninggalkan aktivitasnya setelah mendengar teriakan sang anak. Melepas apron yang melekat di tubuh Melisa segera menghampiri Vira yang sudah berada di ruang keluarga.
Melihat kedatangan sang ibu. Vira segera menerjang Melisa dengan pelukan yang sangat erat. Hingga wanita paruh baya itu hampir terjungkal jika tidak bisa menahan keseimbangan tubuh. Melisa tersenyum membalas pelukan sang putri tak kalah erat. Mengelus surai dengan gerakan pelan.
"Bu, Vira mau cerai."
Deg
Gerakan tangannya bergenti. Tubuhnya menjadi kaku setelah mendengar apa yang di sampaikan sang putri. Melisa sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, tapi ia tidak mengira akan secepat ini. Bahkan di usia pernikahan sang anak yang baru seumur jagung.
"Ayo, duduk dulu. Ceritakan pelan-pelan sama ibu." Melisa membawa Vira duduk, lalu mengambilkan air putih untuk Vira minum agar lebih tenang.
"Ceritakan sama ibu, semuanya tanpa terkecuali. Kamu tidak perlu khawatir ayah sedang pergi ke luar kota," ucap Melisa saat Vira mengedarkan pandangan mencari sesuatu.
"Vira mau menggugat cerai Arka."
"Iya, tapi kasih alasan yang jelas memilih bercerai."
Haruskah Vira membuka aib rumah tangganya pada sang ibu. Menceritakan betapa menyedihkannya kehidupan pernikahan yang ia jalani. Bagaimanapun ia pernah mengucapkan janji suci pernikahan dan seharusnya ia tidak menceritakan masalah rumah tangganya pada siapapun.
"Ibu tahu sendiri, 'kan pernikahan kami terjadi di luar kehendak. Kami tidak saling mengenal dan tidak cocok satu sama lain. Apa ada alasan yang lebih jelas dari itu." Kalimat itu yang meluncur dari mulut Vira. Ia menunduk merasa malu karena gagal menjalani rumah tangga.
"Apa Arka menyakitimu, apa dia melukaimu lagi?"
"Iya, Bu. Arka telah menyakiti hatiku."
"Tidak, aku hanya merasa tidak ada kecocokan di antara kami." Mulut sialan, kenapa tidak bicara sejujurnya saja.
"Sayang, tidak ada pasangan yang sempurna di dunia ini, pasti selalu ada kekurangan. Tidak ada rumah tangga yang harmonis tanpa melalui banyak rintangan. Pernikahan bukan hanya tentang satu pihak tapi kedua belah pihak. Mengenai cocok tidak cocoknya kalian harus mengesampingkan ego dan membicarakannya dengan baik-baik. Jangan ingin menang sendiri.
Kehidupan pernikahan tidak selalu mulus kadang kala kerikil kecil menghadang. Sabar dan mengalah adalah kunci utama. Ibu tahu awal pernikahanmu sangat tidak baik, ada banyak masalah yang timbul. Ibu masih ingat saat kamu dilarikan ke rumah sakit dan juga perkataan suamimu, tapi sebulan ini ibu melihat ada ketertarikan di mata kamu untuk Arka. Bagaimana khawatirnya kamu saat tahu Arka kecelakaan, dinyatakan kritis dan koma. Ibu juga tahu bagaimana senangnya kamu saat Arka sudah sadar. Kamu selalu menceritakannya persis seperti apa yang kamu rasakan." Melisa memaparkan apa yang dirinya lihat dari perubahan Vira
Tidak ada yang tahu perjanjian yang telah Arka buat. Karena Vira menyimpannya sendiri berharap jika perjanjian itu akan terwujud. Sekarang tidak mungkin Vira menceritakan mengenai perjanjian itu pada Melisa.
"Arka mencintai Kak Arleta, Bu. Aku tidak ada artinya selain sebagai pengganti. Bukan pernikahan seperti itu yang aku harapkan. Dalam pernikahan ini tidak ada yang perlu dipertahankan jadi untuk apa melanjutkan pernikahan yang tanpa rasa tertarik seperti ini."
"Cinta bisa hadir seiring berjalannya waktu. Tidak ada yang instan di dunia ini sama halnya dengan rasa cinta. Di sini di lubuk hatimu yang terdalam ada rasa itu untuk Arka hanya saja kau belum mengakuinya." Melisa menyentuh dada kiri Vira membuat wanita itu mengikuti arah tangan sang ibu.
Benarkah!?
"Bu...."
"Dengar, Nak. Kamu menyimpulkan demikian karena pikiranmu sedang kacau. Tenangkan dirimu dulu dan pikirkan lagi," kata Melisa dengan tersenyum.
"Aku akan menginap satu malam di sini."
"Iya, sebaiknya seperti itu. Suasana hatimu sedang tidak baik. Istirahatlah di kamar, ibu akan membuatkan green tea.
***
Happy reading.
Maaf untuk hari ini segini dulu ya. Besok lagi ehh besoknya entah kapan 😆
Salam sayang dari aku.
Orang berpendidikan kok mau2nya di aniaya sama ayah dan suaminya..gk masuk akal..
Ceritanya terlalu lebay..
Thor coba bikin tokoh perempuan yg kuat dan punya harga diri
Vira kamu jgn bodoh pergi dari rmh itu..kamu seorang pendidik harusnya tegas dan punya sikap..
thor viranya harus di bikin tegas dan punya sikap dong..