NovelToon NovelToon
I Love You My Sugar Daddy

I Love You My Sugar Daddy

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Seroja 86

Ia berjuang sendirian demi menebus kesalahan di masa lalu, hingga takdir mengantarkannya bertemu dengan lelaki yang mengangkatnya dari dunia malam.
Hingga ia disadarkan oleh realita bahwa laki laki yang ia cintai adalah suami dari sahabatnya sendiri.
Saat ia tahu kebenaran ia dilematis antara melepaskan atau justru bertahan atas nama cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seroja 86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Setelah acara amal yamg ia sponsori ia kembali rutinitasnya, pagi sebelum matahari meninggi ia sudah berada di butiknya.

Sesekali ia melayani pelanggan memberikan referensi,selebihnya ia menyibukan diri dengan tumpukan sketsa di lantai dua.

Tapi seiring berjalannya waktu, rasa bersalah mulai merayap dalam diri Alma setiap kali Harsya datang, setiap kali mereka terlihat begitu dekat, ada sesuatu di dalam dirinya yang terasa tidak benar.

Malam itu, saat Alma masih berada di butik untuk memeriksa laporan keuangan, ponselnya berdering.

“Di mana sayang? Malam ini Mas mau datang. Kangen.”

Alma sempat terdiam sejenak sebelum menjawab.

“Aku masih di butik, Mas. Sebentar lagi pulang.”

"Mas langsung kerumah ya."

"Ok hati hati di jalan."

Malam itu ia memutuskan pulang lebih cepat,ia tengah duduk di sofa ketika bell berbunyi, begitu membuka pintu apartemennya, Harsya langsung memeluknya erat dan mencium bibirnya.

“Dari kantor, Mas?”

“Iya, sayang.”

Untuk sesaat, Alma tenggelam dalam kehangatan itu. Rasanya begitu nyaman, begitu aman… seakan dunia baik-baik saja.

Namun tiba-tiba sebuah suara lirih di hatinya mengoyak ketenangan itu.

‘Alma… di luar sana ada istri dan anak yang menunggunya.’

Tubuhnya menegang. Perlahan ia melepaskan pelukan Harsya. Ada nyeri yang menyusup di relung hatinya halus, tapi menusuk.

Harsya menatapnya bingung.

“Kenapa sayang?”

Alma memalingkan wajah, mencoba tersenyum meski terasa getir.

"Tidak apa-apa, Mas.”

Namun nada suaranya bergetar… dan Harsya tidak buta. Ia tahu ada sesuatu yang berubah, meski Alma mati-matian menyembunyikannya.

“Kamu pikir Mas bodoh? Ada apa, sayang?”

Pertanyaan itu meluncur pelan tapi tegas.

Alma terdiam. pikirannya berkecamuk. Ia menggigit bibir, mencoba memilah kata yang tepat, tapi apapun yang ingin ia ucapkan terasa menyakitkan.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, ia akhirnya berbisik,

“Ak–aku merasa bersalah, Mas….”

Harsya mengernyit, alis tebalnya bertaut.

“Bersalah sama siapa dan untuk apa?.”

Alma menelan ludah. Suaranya nyaris tak terdengar ketika ia menjawab,

“Sama anak dan istri Mas.”

Dalam sekejap, perubahan itu terlihat jelas di wajah Harsya rahangnya mengeras kalimat itu menusuk ego dan perasaannya.

“Al… kamu merusak suasana,” dengus Harsya pelan namun tajam.

“Mas tidak suka kamu bawa bawa mereka…”Lanjut Harsya tajam

Ia mengusap wajahnya dengan gusar

“Mas datang ke sini karena kangen, karena butuh kamu bukan untu mendegar omong kosong!”

Alma menatapnya, ada perih yang tak bisa ia jelaskan.

“Aku juga kangen Mas… tapi setiap kali Mas memelukku, aku merasa seperti… aku merebut sesuatu yang bukan milikku.”

Alma refleks menggeleng cepat, air mata mulai menggenang.

“Bukan… bukan begitu, tapi aku juga manusia Mas aku punya perasaan.”

Harsya menatapnya lama, dengan emosi yang sulit dibaca marah, kecewa, tapi juga kesakitan.

“Al, kamu nggak merebut apapun, sudah lama pernikahan Mas itu cuma formalitas… tidak ada lagi cinta di sana. Mas tetap pulang hanya karena anak anak.”

“ Mas nggak akan ninggalin kamu. Mas sudah pilih kamu. Kamu rumah buat Mas. Jangan biarkan rasa bersalah itu merampas kebahagiaan kita.”

"Tapi ini tetap tidak benar Mas."

"Jadi kamu mau kita gimana?, pisah? tidak perlu bertemu lagi? Itu maumu?.”

Tangan Harsya menyentuh pipinya, lembut namun menuntut.

Air mata Alma jatuh bukan karena sedih saja, tapi karena ia terjebak antara cinta… dan nurani.

Mood Harsya telanjur rusak. Rahangnya mengeras, napasnya berat.

Tanpa bicara sepatah kata pun, ia meraih ponsel dan kunci mobil di meja gerakannya cepat, tajam.

Alma tersentak ia refleks menyambar tangan Harsya.

“Mas… mau ke mana?” tanyanya panik, suaranya nyaris pecah.

Harsya menepis tangannya bukan keras, tapi cukup untuk membuat Alma terdiam.

Tatapan itu… dingin terluka tersinggung. dan marah.

Tanpa menjawab, Harsya berjalan keluar apartemen.

Alma mengejarnya sampai ke koridor, namun langkah Harsya lebih cepat.

“Mas!...” suaranya gemetar.

Tapi Harsya terus melangkah Pintu lift terbuka, ia masuk tanpa menoleh sedikit pun.

Untuk pertama kalinya… Alma melihat punggung Harsya terasa asing.

Pintu lift menutup perlahan meninggalkan Alma terpaku di koridor.

Dadanya sesak. Ada rasa campur aduk yang menyiksa penyesalan, takut kehilangan, dan kenyataan pahit bahwa ia telah mematahkan sesuatu malam itu.

Dua sisi bathinnya berperang

“Seharusnya aku diam seharusnya aku tidak merusak suasana.”

Tapi bagian yang lebih jujur menjawab

“Tapi sampai kapan aku pura-pura tidak merasa bersalah?”

Alma menyender pada dinding koridor tubuhnya terasa lunglai.

Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba meredam tangis yang semakin sulit dikendalikan.

Sejak malam itu… semuanya berubah.

Sudah tiga hari, ponsel Alma sepi tidak ada sapaan yamg selama ini menemani hari harinya.

Benar benar sepi tidak ada chat,tidak ada missed call tidak ada voice note seperti biasanya.

Alma mencoba berkali kali memperbaiki keadaan

“Mas… aku minta maaf.”

“Aku nggak bermaksud membuat Mas marah…”

“Mas kabarin aku, please.”

Pesan yang ia kirim semua centang dua biru tapi tanpa balasan.

pesan berikutnya bahkan hanya centang dua tnapa warna biru, dan selanjutnya centang satu.

Alma terperangah pertama kali pesan yang ia kirim hanya centang satu, rasa perih menusuk lebih tajam dari sembilu.malam malamnya terasa panjang dan pagi terasa menyiksa.

Tapi di hari ketiga… sesuatu dalam dirinya tiba-tiba berubah, ia menemukan kekuatan

"Ya sudah Mas jika itu maumu."Gumamnya sambil menyeka airmata.Sejak saat itu, Alma memilih bertahan dengan cara satu-satunya yang ia punya: tenggelam dalam kesibukan.

Ia tertawa dengan karyawan saat jam istirahat, bercanda soal pelanggan unik, memberi treat makan siang, membahas koleksi baru.

“Bu Alma happy sekali hari ini,” ujar salah satu karyawan.

Alma tersenyum, senyum yang indah tapi rapuh.

“Hidup sudah berat, janagn di buat semakin berat,"jawabnya sambil bercanda.

Dan untuk sesaat, ia berhasil.

Tawa mereka menutupi gemuruh di dadanya.

Tapi setiap kali ia kembali ke ruang kerja sendirian…

Kerinduan kembali menghajarnya tanpa ampun, semua kenangan berkelebat dalam bemaknya tanpa ia minta layaknya sebuah film yang di putar ulang.

Dan hari itu, untuk pertama kalinya sejak pertengkaran mereka… semangat baru muncul dalam diri Alma. Bukan karena ia sudah tidak cinta pada Harsya

Tapi karena ia mulai sadar…

Bahwa hubungan mereka memang tidak seharusnya terjadi, bahwa hubungan mereka memang rapuh dan tidak akan abadi.

Sejak hubungannya dengan Harsya memburuk, hidup terasa… sunyi. Ia bekerja keras, bercanda dengan karyawan, tersenyum seolah semuanya baik-baik saja tapi di dalam hati tetap kosong.

Malam itu, setelah menutup butik, Alma duduk sendirian di ruang kerjanya.

muncul notifikasi namanya di mention dalam grup sekolah, ia tergerak untuk membukanya.

.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!