A DANGEROUS WOMAN

Antony tidur pulas siang itu. Ia bahkan tak menyangka jika Manda yang telihat lugu dan kaku itu bisa memuaskannya. Antony tak pernah tidur siang semenjak kepergian ibunya.

Ia selalu menghabiskan waktunya dengan berlatih bela diri ataupun membantu bisnis legal dan ilegal ayahnya. Baru pertama kali ini, Antony tidur siang karena ajakan bercinta Manda yang tiba-tiba.

Manda pun memeluknya erat di atas kasur empuk Antony. Ia merasa begitu nyaman dengan sentuhan Antony, bosnya. Manda masih terjaga, pikirannya malah mengajaknya berjalan-jalan hingga ia malah pusing sendiri memikirkannya.

"Apa ... aku bisa menikah dengan tuan Antony? Selama aku bersamanya, aku tak pernah melihat dia membawa wanita berkunjung di mansion Amerika ataupun di kastil Rusia ini," batin Manda makin memeluk erat dada Antony seakan tak mau direbut wanita lain.

"Aku tak peduli jika tuan Antony seorang mafia. Dia mafia baik. Dia tak pernah kasar padaku seperti Adam memperlakukanku, tapi apakah ... itu memang benar sifatnya? Bagaimana jika dia berubah seperti Adam? Dia hanya manis di awal, tapi ternyata dia menghianatiku begitu keji. Apakah tuan Antony seperti itu?" ucap Manda dalam hati dan mulai memejamkan matanya rapat serta mencengkeram kuat selimutnya.

"Jangan-jangan, tuan Antony sama seperti Barbara. Hanya memanfaatkanku. Ia hanya ingin asetku yang dimiliki oleh Adam. Ia bisa saja merebutnya kapanpun ia mau melihat dia sangat berkuasa," batin Manda dengan pikiran makin berkecamuk.

"Haruskah aku pergi darinya, tapi bagaimana jika dia mencariku dan membunuhku? Aku masih ingin bertemu Sia, bayiku. Aku juga masih ingin bertemu Adam meski hanya sekali lagi. Aku juga merindukan Roberto dan Konstantin. Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" batin Manda malah makin gelisah memikirkannya.

Antony merasakan tubuh seseorang menggeliat di atasnya. Antony membuka matanya sedikit dan melihat Manda seperti gugup akan sesuatu. Manda masih memejamkan matanya, Antony berfikir Manda bermimpi buruk. Tiba-tiba, Manda tersentak karena Antony memegang pipinya. Manda langsung membuka matanya.

"Apa kau mimpi buruk, sayang?" ucap Antony tiba-tiba.

Manda tertegun. Ia menatap mata Antony lekat dan masih berada dalam pelukannya.

"Sa-sayang? Apa kau bilang begitu barusan? Apa aku tak salah dengar?" tanya Manda lirih.

Antony bingung. Matanya berkedip berulang kali.

"Kau tidak suka? Atau aku harus memanggilmu, Nyonya Boleslav?" tanya Antony serius.

Mata Manda terbelalak lebar. Ia langsung duduk dengan selimut ia cengkeram menutupi tubuh telanjangnya.

"Apa maksudmu?" tanya Manda dengan jantung berdebar-debar.

"Apa kau tak ingin menjadi isteriku?" tanya Antony to the point.

Mulut Manda menganga lebar dan nafasnya tercekik. Ia kaget setengah mati dengan ucapan Antony. Pikiran buruknya tentang Antony hilang seketika. Manda mencoba untuk kembali sadar akan buaian dasyat dari Antony. Ia mencoba mengatur nafas dan kembali fokus.

"Jangan bercanda, Tony. Aku 'kan hanya sekretarismu," ucap Manda mengingatkan.

Antony berkerut kening.

"Kau tak mau menikah denganku? Kau masih mencintai lelaki brengsek itu?" tanya Antony terlihat marah dari sorot mata tajamnya.

Manda malah kebingungan, ia merasa Antony salah paham.

"A ... bu-bukan begitu," jawab Manda tergagap.

Ketika ia ingin menjelaskan semua, bibirnya malah terasa kering. Suaranya tak bisa keluar. Badannya gemetaran dan ia jadi bingung. Antony langsung bangun dari ranjangnya dan menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya dengan kasar. Ia menoleh ke arah Manda dengan sorot mata tajam sambil berlalu menuju kamar mandi.

Entah kenapa Manda menjadi takut, takut kehilangan cinta dari bosnya. Manda buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang juga. Ia beranjak dari ranjang Antony dan mendatanginya ke kamar mandi dengan selimut terseret di lantai.

Namun, tiba-tiba Antony keluar dengan pakaian yang lebih casual. Manda terkejut dan berdiri dengan gugup di depan pintu kamar mandi. Antony tak bicara sepatah katapun. Ia melewati Manda begitu saja. Manda ketakutan, Antony benar meninggalkannya begitu saja.

"Tony ... Tony ... wait!" teriak Manda lantang mengejar bosnya keluar dari kamar.

Antony berjalan dengan tegap dan langkah panjang meninggalkan Manda yang berusaha mengejarnya. Manda seketika bersedih, ia masih berusaha mengejar Antony dengan selimut menutupi tubuhnya.

"Tony ... Tony ... wait, let me explain, please ..." rengek Manda dengan air mata sudah berlinang.

Antony tak memperdulikannya. Manda sudah tak bisa mengejarnya lagi karena Antony turun ke bawah dimana banyak anak buahnya di lantai dasar. Manda bersender pada dinding lorong kastil itu, ia menangis. Ia berjongkok dan membenamkan wajah di lututnya. Ia menangis terisak.

Ia merasa sudah salah bicara. Pikirannya kembali mengajaknya untuk berfikir macam-macam. Manda kembali berdiri dengan gontai. Ia yang sudah terbiasa disakiti dan dibohongi mulai membuat sebuah keputusan fatal pada kehidupannya. Ia akan meninggalkan Antony.

Manda kembali ke kamarnya dan menghapus air matanya dengan jalan terhuyung. Ia segera bergegas. Ia berpakaian dan membawa semua keperluan miliknya.

Ia tak peduli jika semua itu pemberian Antony. Ia bahkan melupakan janji akan uang 500 juta milik Antony yang ia katakan akan dia kembalikan. Manda mengklaim uang itu miliknya.

Manda tak membawa barang banyak. Ia hanya membawa sebuah tas jinjing besar berisi semua dokumen pentingnya mulai dari passport dan ID.

Manda sudah bersiap, ia sengaja tak keluar kamar dan baru akan kabur saat malam tiba atau kastil sudah sepi. Manda mengamati gerak-gerik penjaga kastil dari atas jendela kamarnya. Ia bahkan mencari rute tercepat agar ia bisa kabur lewat maps di internet.

Ia berfikir untuk mendatangi Roberto, tapi jarak kastil Antony ke rumahnya begitu jauh, bisa berhari-hari dengan angkutan umum.

Akhirnya Manda berfikir untuk pergi ke Tyumen, rumah pertanian yang dimiliki oleh isteri Roberto dimana rumah itu milik peninggalan keluarga isterinya. Manda mulai mengikis perasaannya pada Antony.

Manda marah padanya karena Antony tak mau mendengarkan penjelasannya. Ia malah mengacuhkannya dan pergi meninggalkannya.

Jika Antony benar mencintainya, seharusnya ia tak egois, seharusnya ia berpaling dan memeluknya, tapi Antony tidak begitu. Ia kembali menyamakan sikap Antony seperti Adam, mantan suaminya. Ia tak mempercayai perasaan Antony padanya.

Pikiran buruk Amanda tentang Antony makin meluas. Hampir 6 jam Antony tak mencarinya, tak mengetuk pintunya bahkan tak mengirim pelayan atau anak buah untuk menemuinya sekedar menyapa atau menanyakan keadaannya.

Manda sakit hati. Ia yang terjerumus dalam dunia mafia yang tak diinginkannya mulai menyalahkan satu per satu orang yang ditemuinya.

Ia menyalahkan Adam karena sudah mengusirnya. Ia menyalahkan Barbara karena meninggalkannya pada Antony. Ia menyalahkan Antony karena membuatnya jatuh dalam pelukan dan ranjangnya. Hati Manda membatu, ia kini membenci Antony.

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Manda mulai menyelinap keluar dari balik jendela lantai 2 kamar tidurnya. Ia turun perlahan dengan tali yang ia dapatkan di ruang inventaris alat kantor.

Manda nekat, ia tak peduli akan jatuh atau bertemu preman seperti dulu. Ia mengambil pistol Antony di laci samping kasurnya dan juga pelurunya. Meski ia masih belum paham betul bagaimana menggunakannya.

Manda berhasil turun ke bawah setelah susah payah bahkan tangannya sampai lecet karena ia tak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Ia mengendap keluar melewati pohon-pohon hias di sekeliling kastil Antony.

Ia menjauh dari pantauan CCTV. Manda mengincar pintu gerbang utama dimana satu-satunya jalan untuknya bisa kabur, tetapi banyak penjaga di sana.

Manda memikirkan sebuah ide. Ia meninggalkan ponsel pemberian Antony di balik semak, ia pergi mengendap menuju dekat gerbang. Manda menelepon nomor di ponsel pemberian Antony.

Sontak petugas di sana kaget mendengar suara ponsel. Dengan menyiagakan pistol di balik pinggang, mereka saling memberi kode menuju ke balik semak mencari asal suara.

Manda melihat kesempatan, ia melepaskan sepatunya dan mengendap keluar gerbang dimana ia masih melakukan panggilan ke ponsel itu. Manda langsung berlari tergesa menyusuri jalanan menuju ke bawah. Ia lalu nekat masuk ke dalam hutan.

Tiba-tiba seseorang mengangkat telepon itu, Manda tertegun.

"Halo ... halo ..." ucap seseorang dalam ponsel itu.

Manda langsung mematikan dan menonaktifkan jaringan selulernya. Manda menyalakan senter di ponselnya. Ia menyender pada sebuah pohon besar dan kembali memakai sepatu bootnya yang memiliki heels.

Manda merapatkan jaketnya. Ia menelan ludah, hutan itu gelap gulita dan terdengar suara-suara penghuni hutan yang menyeramkan.

Manda sengaja masuk ke hutan agar tak ketahuan anak buah Antony atau bahkan Antony sendiri jika ia menyusuri jalanan.

Dengan gemetaran, Manda mengeluarkan cutter sebagai senjata pelindungnya dimana ia ketakutan setengah mati jika ia bertemu hewan buas atau orang jahat dalam usahanya melarikan diri dari Antony.

-----

**Lele kasih double episode hari ini karena bosan saking banyaknya kerjaan. Kwkwkwkw. Vesper blm up krn pke gambar. Kalau ada typo2 harap maklum ya, lele udh ngecek 2x semoga saja mulus.

Jangan lupa komen penyemangat dan rate bintang 5 likenya ya. Kwkwkw banyak maunya. Selamat menikmati akhir weekend^^

Btw hari ini vote terakhir. Rank Vesper makin turun. Hiks syedih lele kykny kl out dr 20 besar gagal bonus 3 eps😅**