Cassia adalah seorang gadis periang & cantik, ia disayang oleh semua orang sampai-sampai tak ada rasa sedih & sepi yang pernah hinggap dihatinya..
Sampai suatu ketika matanya tidak dapat melihat, dosa apa yang Ia lakukan sampai mendapatkan cobaan terberat dihidupnya..
Akankah Ia dapat melihat lagi & dapatkah Ia menerima cobaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiaro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Dion?" aku gak percaya suara yang kutunggu beberapa hari ini berada di kamarku.
"Hi... cantik, sorry gua sengaja gak jawab telepon loe, karena gua mau kasih surprise buat loe"
"Nora dapatkah kau meninggalkan kami berdua?"
"Tidak Nona"
"Ayolah Nora gua gak akan apa-apain Nona loe" Bujuk Dion pada Nora
"Nora tolonglah" Pintaku sekali lagi pada Nora yang masih setia dengan pendiriannya
"Baiklah tapi hanya sebentar saja dan jika Anda tidak merasa nyaman teriak saja Nona".
"Terima kasih Nora" Ucapku, setelah itu Nora beranjak dari kamarku, tetapi Nora tidak menutup pintu kamarku.
"Dion dari mana saja kamu? Aku pikir kamu malu punya pacar buta sepertiku!"
"Ini kamar loe cantik, bener-bener cewek banget, gua boleh dong liat-liat?" Ucap Dion tanpa menjawab apa yang kutanyakan padanya.
"Silahkan". Hanya itu yang dapat ku jawab.
Kudengar Dion melangkah kesana dan kemari, entah apa yang dilihatnya dan kudengar Dion berjalan ke arah wardrobe ku.
"Perhiasan loe lumayan banyak juga, sayang banget kalau loe gak pake", Ucap Dion sambil mengambil beberapa.
"Walaupun aku tak dapat melihat, aku masih bisa memakainya Dion". Ucapku sedih, sesampainya Dion di kamarku, Dion tidak bertanya bagaimana keadaanku dan itu membuatku sedih.
"Ya tapi sayang sekali jika loe hanya pakai dirumah"
"Bagaimana dengan mata loe?"
Dan tiba-tiba saja aku bersemangat, ternyata Dion masih peduli padaku.
"Belum ada kemajuan dan dokter juga belum menghubungi Nora kembali" Jawabku dengan perasaan gusar.
"Ya sudah loe baik-baik dirumah jangan keluyuran lagi, kalau loe kenapa-kenapa kasian Nora pasti kerepotan!"
"Iya"
Kringggg... Suara ponsel Dion berdering, Dion menjawab teleponnya dan karena Dion tidak berpindah tempat maka aku bisa mendengar apa yang dibicarakannya, tapi aku tak tahu siapa yang meneleponnya.
"Halo kenapa? waduhhhh.. gua lagi gak punya duit sebanyak itu? harus dioperasi sekarang? Nanti gua cari pinjeman duit deh, loe tenang aja, ya uda nanti gua telepon loe lagi kalo gua uda dapat pinjeman yah!"
"Waduh.. Cantik sorry gua harus pergi, baik-baik yah loe disini, nanti kapan-kapan gua jenguk lagi"
"Dion tunggu dulu, siapa yang telepon?"
"Temen gua, mamanya butuh operasi karena serangan jantung, kalau dia gak bisa bayar rumah sakit, mama temen gua gak akan bisa dioperasi, jadi gua mau cari pinjeman uang sekarang, gua pergi dulu yah"
"Dion berapa yang dibutuhkan temanmu? apa kamu mau pakai uangku dulu, dan kalau temanmu sudah punya uang baru kembalikan uangku"
Lalu aku merasakan bahwa Dion duduk di kasurku tepat disampingku.
"Sekitar 50 juta bahkan bisa lebih. Cantik, pasti lama banget teman gua balikin uangnya ke loe atau malah dia nanti ga sanggup balikin, kan gua yang ga enak ama loe"
"Gak apa-apa pakai dulu aja daripada kasian nanti mama temanmu malah kenapa-kenapa"
"Gimana yah...hmm... Ya uda kalau gitu"
"Kamu bisa pakai black card ku dulu aja"
"Wah yakin loe?"
"Iya pakai dulu aja buat operasi mama temanmu, nanti baru kamu balikin black cardnya setelah selesai, karena black card ini orang tuaku memberikan padaku kalau memang ada urusan yang urgent"
"Thanks yah Cantik"
"Maaf Dion dapatkah kau mengambilnya sendiri di dompetku, dompetku ada di laci paling atas di meja rias"
Aku merasakan Dion beranjak bangun dari kasurku dan segera berjalan menuju meja rias.
"Oh ok-ok ada nih Cantik uda ketemu, gua pake dulu yah black card loe, thanks yah, nanti gua datang kemari lagi yah"
"Dion pinnya 000111"
"Ok Cantik loe memang the best!"
Dion segera keluar dari kamar Cassia sambil bersiul dengan riang.
Setibanya Dion melewati ruang tamu yang sangat luas yang didominasi dengan warna abu-abu dan silver. Tiba-tiba Dion dikagetkan dengan seseorang yang memegang pundaknya.
"Kau jangan memanfaatkan Nona Cassia, kalau kau memanfaatkannya aku tidak akan segan-segan padamu"
"Tenang saja Nonamu masih dalam kendalimu"
"Jaga ucapanmu!"
"Baiklah maafkan saya, saya pergi dulu"
Nora menatap Dion lekat-lekat yang berjalan keluar menuju pintu. Aku harus menyingkirkan dia, ucap Nora dalam hati sambil mengepalkan tangannya, segera Nora bergegas naik ke atas menuju kamar Cassia.
"Nona anda tidak apa-apa?" Tanya Nora sambil mendekati Cassia yang sedang terlihat sedang memandang jendela yang terbuka.
Cassia sengaja meminta Nora tidak menutup jendela kamarnya, karena udara luar tidak membuatnya merasa sesak, Cassia merasakan ketenangan saat angin membelai wajahnya dan sesekali menerbangkan rambutnya, sekarang alam adalah temannya, dia tersenyum saat angin menyapanya dan saat burung hinggap di jendelanya dan bernyanyi, Cassia menyapanya. Cassia sengaja meminta Nora menaruh makanan burung di daun jendela kamarnya, agar banyak burung yang mau hinggap dan Ia dapat mendengar mereka bernyanyi.
Hidup memang tak terduga, kemaren dia tak apa-apa sekarang dokter memvonisnya mempunyai kelainan, itulah yang sedang dipikirkan Cassia, bagaimana nasibnya nanti, saat orang-orang yang disayanginya beranjak tua, dia hanya membebani mereka, kekayaan bukanlah segala-galanya, jika dia sendirian nanti apakah membuat orang-orang yang mengenalnya akan menjadi serakah dan akan menyakitinya, aku harus mandiri dan harus bisa menjaga diriku sendiri, itulah yang dipikirkan Cassia, pikiran yang sedang terbang melihat segala kemungkinan yang akan terjadi.
"Nona?" Nora bertanya kembali karena dia melihat Nonanya berdiam diri dan tak menjawabnya dan Nora menyentuhnya untuk menyadarkannya kembali ke kenyataan.
"Oh yah Nora, maaf... Aku sedang menikmati angin.. Ada apa Nora?
"Anda tidak apa-apa?"
"Apa maksudmu dengan tidak apa-apa?"
"Apakah Tuan Dion mengganggu Anda atau Dia meminta sesuatu kepada Anda?"
"Oh Nora jangan khawatirkan Dion, tenang saja Dion tidak mengganggu atau meminta sesuatu kepadaku"
"Oh Baiklah kalau begitu Nona" Lalu Nora segera berbalik dan mau segera keluar kamar Cassia, tiba-tiba ponsel Cassia berdering.
"Nora tolong lihat siapa yang meneleponku"
"Baiklah Nona" Segera Nora melihat siapa yang menelepon Cassia.
"Maaf Nona ini hanya nomor tidak terdaftar, Anda mau saya mengangkatnya Nona?"
"Kalau begitu tidak usah Nora terima kasih"
Setelah itu panggilan pun berhenti.
"Nona saya ijin untuk mengisi daya di ponsel Anda dan ponsel Anda akan saya matikan".
"Ok Nora tidak apa-apa, terima kasih"
Setelah itu Nora membawa ponsel Cassia ke ruangan bawah.
Setelah Nora keluar dari kamar Cassia, Cassia bangun dan menuju ke meja belajarnya dan Dia mulai mempelajari huruf braile, karena Dia tidak mau menyusahkan orang-orang disekitarnya, setidaknya dengan tahap yang paling dasar Dia bisa membangun dirinya untuk tidak bergantung dengan orang lain, sedikit demi sedikit, aku akan berusaha, papa mama walau saat ini kalian tidak ada disampingku, aku harap saat kalian melihatku kalian bangga padaku, aku bukan Cassia yang manja, walaupun sekarang aku tidak sempurna, tapi aku akan menyempurnakannya dengan cara yang berbeda, walaupun orang akan merendahkan ku, tapi aku tidak akan merendahkan diriku sendiri, papa mama doakan aku agar aku selalu kuat, aku merindukan kalian, dimanapun kalian berada aku akan selalu mendoakan kalian, cepatlah kembali. Tiba-tiba air mata turun mengalir di pipi Cassia, tapi kali ini Cassia tersenyum dengan penuh semangat dan mulai mempelajari huruf braile kembali.
Sesampainya Nora di dalam kamarnya, Nora menghubungi nomor yang tadi menghubungi Cassia.
"Halo Cas, kamu kemana aja, aku coba hubungi kamu tapi kamu gak angkat, kamu baik-baik saja kan?"
"Tolong jangan pernah hubungi Nona Cassia lagi, karena Anda tidak setara dengannya dan jika Nyonya dan Tuan saya tahu Anda menghubungi putrinya, keluarga Anda yang akan kena akibatnya!"
Setelah berbicara seperti itu Nora langsung menutup sambungan ponselnya.