NovelToon NovelToon
Mu Yao: Hidup Kembali Di Dunia Yang Berbeda

Mu Yao: Hidup Kembali Di Dunia Yang Berbeda

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Seira A.S

Mu Yao, seorang prajurit pasukan khusus, mengalami kecelakaan pesawat saat menjalankan misi. Secara tak terduga, ia menjelajah ruang dan waktu. Dari seorang yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ia berubah menjadi anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya. Ia bahkan memiliki seorang adik laki-laki yang sangat menyayanginya dan selalu mengikutinya ke mana pun pergi.

Mu Yao kecil secara tidak sengaja menyelamatkan seorang anak laki-laki yang terluka parah selama perjalanan berburu. Sejak saat itu, kehidupan barunya yang mendebarkan dan penuh kebahagiaan pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seira A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 : Dapat Hadiah Seratus Tael Perak

Waktu Mu Yao kembali ke Desa Xiaonan, langit sudah terang. Suasana desa sangat sepi, tidak ada asap dapur yang mengepul seperti biasanya. Padahal di waktu begini biasanya para warga sudah sibuk beraktivitas.

Mu Yao paham kenapa suasananya aneh—warga pasti takut keluar rumah karena khawatir ketemu perampok gunung lagi. Sampai di depan rumah, dia lihat pintunya dikunci dari luar. Artinya, ibu dan adiknya tidak ada di rumah. Tapi Mu Yao tidak panik, dia langsung melanjutkan jalan. Begitu tiba di rumah Wu Dazhuang, dia baru sadar bahwa pintu halaman dikunci dari dalam.

Mu Yao buru-buru berseru keras ke arah rumah, “Ibu! Xiao Xiao! Kalian di dalam, kan?”

Sebenarnya, begitu Mu Yao masuk desa tadi, warga desa sudah dengar suara derap kuda. Suara kuda di pagi hari terdengar begitu jelas dan menegangkan, seolah-olah memukul hati tiap orang. Semalaman mereka tidak bisa tidur karena khawatir. Begitu menjelang pagi saat baru saja ingin terlelap, suara kuda itu kembali terdengar, bikin semua orang ketakutan. Mereka tak tahu itu musuh atau teman, jadi tak ada yang berani keluar.

Tapi ada juga yang teliti. Mereka merasa suara kuda itu cuma satu, padahal biasanya perampok datang beramai-ramai. Mungkinkah itu Mu Yao? Waktu dia pergi juga naik kuda, dan semua orang tahu itu.

Beberapa warga yang agak nekat sempat hampir membuka pintu, tapi begitu melihat anak mereka yang sedang tidur pulas, tangan mereka urung membuka pintu.

Di saat itu, Ibu Mu Yao sedang menempelkan telinga ke jendela kertas, berusaha mendengarkan suara di luar. Begitu dengar suara putrinya, dia langsung lari keluar. Mu Xiao yang masih mengantuk pun ikut-ikutan berlari keluar. Rumah-rumah di desa semuanya pakai jendela kertas tipis, jadi suara terdengar jelas. Warga pun akhirnya merasa lega mendengar suara Mu Yao, beberapa langsung keluar dari rumah.

Pak Kepala Desa, meskipun sudah tua, malah jadi orang pertama yang berlari ke arah Mu Yao. Mu Yao sendiri sejak turun dari gunung hanya minum beberapa teguk air, semalaman tidak tidur, lalu masih harus berkuda jauh. Begitu turun dari kuda, tubuhnya oleng. Kalau dia tak sempat pegangan tali kekang, mungkin sudah jatuh mencium tanah.

Untung ibunya datang tepat waktu dan langsung memapahnya. Begitu lihat tubuh putrinya tidak ada luka parah, barulah dia bisa sedikit tenang. Tapi matanya memerah, menahan tangis.

Mu Yao tahu semua orang pasti penasaran dengan keadaan perampok gunung, jadi dia langsung bicara tanpa ditanya dulu, “Warga semua! Perampok gunung sudah dibereskan oleh tentara! Sarang mereka juga sudah dibasmi habis. Sekarang semuanya bisa hidup tenang lagi!”

Begitu mendengar kabar ini, semua langsung bersorak gembira. Beberapa bahkan sampai menangis haru.

Kepala Desa lihat Mu Yao sudah sangat kelelahan, langsung bilang, “Sudah, semua bubar dulu. Pulang ke rumah masing-masing. Mu Yao sudah capek sekali, biar dia istirahat.”

Warga yang tadinya masih khawatir akhirnya ikut bubar. Beberapa malah mulai merasa kasihan pada Mu Yao—anak perempuan baru sembilan tahun, sampai kelelahan begini demi melindungi desa. Mereka bahkan berpikir ingin membuat makanan enak dan mengantarkannya ke rumah sebagai bentuk terima kasih.

Kepala Desa pun bilang nanti saja dia datang lagi setelah Mu Yao istirahat.

Wu Dazhuang melihat Mu Yao hampir tidak kuat berdiri, jadi langsung menggendongnya dan mengantarnya pulang, baru dia sendiri balik.

Ibunya langsung membantu melepas baju kotor Mu Yao dan menyelimutinya agar bisa istirahat. Setelah itu, dia buru-buru ke dapur.

Ibu Mu Yao masak beberapa telur ayam hutan dan bikin bubur tepung. Begitu semua matang dan dibawa ke kamar, dia melihat Mu Yao sudah tertidur. Dia tak tega membangunkannya, hanya meletakkan mangkuk di meja dan membetulkan selimut anaknya dengan lembut. Sambil mengelus wajah putrinya, air mata tak tertahankan mengalir di pipinya.

Mu Yao baru bangun saat siang hari. Begitu membuka mata, dia masih agak bingung. Tapi suara perutnya yang keroncongan membuatnya sadar sepenuhnya.

Begitu lihat putrinya bangun, ibunya langsung membawa makanan hangat yang masih dipanaskan di dapur. Sementara Mu Yao tidur, beberapa warga desa sempat datang membawa berbagai makanan—ada yang bawa telur rebus, ada yang bawa mantou (roti kukus putih). Semua ingin memberikan yang terbaik untuk Mu Yao. Tapi ibunya menolak semuanya. Meskipun warga tidak kehilangan apa-apa kali ini, hidup mereka tetap susah. Sekarang keluarga mereka juga sudah tidak sesulit dulu, tak pantas menerima sumbangan dari warga.

Baru saja Mu Yao selesai makan dan meletakkan mangkuk kosong di meja, Kepala Desa datang bersama beberapa warga yang dihormati di desa. Mu Yao pun menceritakan kejadian semalam secara singkat. Semua yang mendengar tertegun dan bersyukur dalam hati—untungnya mereka tinggal di Desa Xiaonan, dan yang paling penting, mereka punya Mu Yao!

Sejak hari itu, warga desa benar-benar menghormati Mu Yao. Bahkan nanti, seluruh Negeri Xiling pun akan tahu bahwa di Desa Xiaonan, ada seorang gadis kecil yang luar biasa bernama Mu Yao! Para perampok di berbagai wilayah pun mulai lebih hati-hati, takut mengalami nasib yang sama: dibasmi habis.

Sore harinya, beberapa tentara dari kabupaten datang menunggang kuda. Yang memimpin adalah orang yang dikenal Mu Yao, bernama Gao Dali, bersama dua petugas pemerintah. Kali ini, suara derap kuda tidak membuat warga ketakutan. Mereka malah keluar rumah, dan melihat rombongan berhenti di depan rumah Mu Yao. Pemimpin rombongan turun dari kuda, dan Mu Yao bersama ibunya pun keluar dari rumah.

Gao Dali menjelaskan maksud kedatangannya, lalu menyuruh petugas di belakangnya mengambil hadiah dari kepala daerah—100 tael perak dan 10 gulung kain bermutu tinggi. Tapi hadiah yang paling bikin Mu Yao senang adalah seekor kuda merah tua—kuda yang dia tunggangi saat kembali ke desa dan sekarang diikat di halaman rumah. Di negeri ini, pembelian kuda harus didaftarkan ke kantor pemerintah, dan seekor kuda seperti itu bisa mencapai 80-100 tael! Keluarga biasa mana sanggup beli?

Kepala Desa juga dapat hadiah: 20 tael perak.

Setengah dari hadiah ini berasal dari kantong pribadi Bupati Feng Yuan. Jabatan dia cuma pejabat kecil tingkat tujuh, gajinya pun kecil. Desa-desa di bawah pemerintahannya semuanya miskin, bahkan pajak saja banyak yang tidak sanggup bayar. Perampok juga kerap bikin masalah. Sudah tujuh atau delapan tahun dia menjabat di situ. Pejabat lain biasanya pindah tugas dalam tiga sampai lima tahun, dia malah tak kunjung dipindah. Kalau bukan karena Mu Yao, bisa jadi Desa Xiaonan sudah jadi korban pembantaian. Padahal Kaisar sudah mau mencopot jabatannya karena gagal membasmi perampok. Kalau sampai ada desa yang dibantai lagi, bukan cuma jabatannya yang melayang, tapi bisa-bisa nyawanya juga.

Makanya Bupati Feng sangat berterima kasih pada Mu Yao, sampai rela mengeluarkan uang pribadi buat kasih hadiah. Nyawa tidak bisa dibeli dengan uang, bukan?

Gao Dali sendiri sangat mengagumi Mu Yao, bahkan diam-diam dalam hatinya dia menempatkan gadis kecil itu di atas Jenderal Qiu.

Setelah itu, Gao Dali dan anak buahnya membakar mayat para perampok di lubang belakang desa, lalu menimbun dengan dalam. Setelah semua urusan selesai, mereka membawa kuda hasil rampasan dan kembali ke kantor untuk melapor pada bupati.

Meski warga sempat iri melihat hadiah sebanyak itu, mereka sadar bahwa tanpa Mu Yao, mereka sendiri mungkin sudah tak bernyawa. Jadi mereka pun bisa legawa. Beberapa bahkan ikut bahagia untuk Mu Yao. Padahal itu baru hadiah dari tingkat kabupaten—konon katanya, kepala daerah akan mengirim laporan ke Kaisar. Kalau sampai Kaisar memberi hadiah... wah, bahkan membayangkannya saja sudah susah!

Mu Yao sendiri juga tidak menyangka. Dia pikir cuma membasmi puluhan perampok, eh ternyata sekarang namanya jadi terkenal di seantero Negeri Xiling! Bahkan sudah dapat rumah segala! Tapi belum sempat menikmati kegembiraannya, hati Mu Yao tiba-tiba jadi agak murung...

1
Aisyah Suyuti
baguss
Seira A.S: makasih kak
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor..
Seira A.S: makasih kak
total 1 replies
Andira Rahmawati
lanjut thorr...semangat....
Seira A.S: insyaallah kak
total 1 replies
Andira Rahmawati
coba punya ruang dimensi atai sistem..
Seira A.S: gak punya kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!