Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepercayaan itu mahal
Menepis bagaimana hubungan Arsa dan Clara yang hanya sekedar hubungan pekerjaan saja, kadang Arsa benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir seorang wanita.
Arsa mengenal bahkan tinggal bersama Fitri selama dua tahun. Dan selama itu pula, Arsa tidak tahu bahwa sebenarnya Fitri hanya memanfaatkannya, sebelum akhirnya gadis itu merasa telah mendapatkan orang lain dan meninggalkan dirinya. Secara sadar, Arsa mengetahui bahwa semua itu hanya karena uang.
“Jadi, kamu memilih untuk tinggal di tempat ini?” Tanya Arsa, begitu mereka tina di sebuah apartemen tempat dimana Clara tinggal di kota Dreams.
Arsa tidak pernah membatasi pergerakan uang yang di gunakan keluarga Parker. Namun, melihat tempat ini, seharusnya Clara bisa tinggal di tempat yang jauh lebih bisa menjaga privasinya.
Mendengar itu, Clara hanya bisa tersenyum. Setidaknya saat ini dia tidak segugup saat mengemudikan mobil tadi.
“Ya, tapi ini hanya untuk sementara saja. Karena sepertinya aku akan tinggal lama di kota ini, aku berniat membangunkan sebuah rumah dan tinggal disana.” Jawab gadis itu, sambil berjalan kearah dapur untuk mengambil beberapa minuman disana.
Apartemen ini tidak buruk. Bahkan bisa dikatakan cukup mewah. Hanya saja, Arsa merasa ini belum cukup untuk mengimbangi penampilan Clara di luar sana.
“Silahkan duduk.” Tawar Clara, karena begitu dia kembali. Arsa belum juga duduk di sofa yang ada di ruang tengah apartemen tersebut.
Arsa menganggukkan kepalanya. Lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa. Namun begitu Clara ikut duduk, tanpa menunggu lebih lama Arsa kembali bersuara.
“Clara, karena kamu sudah tahu tentang proyek yang sedang berlangsung itu, aku ingin kamu mencari tahu agar bisa masuk dan berinvestasi disana.” Ucap Arsa memulainya.
Peraturan kedua. Jangan pernah meragukan analisanya, itulah peraturan yang sudah langsung di tanamkan Clara di kepalanya, begitu dia bertemu dengan Arsa untuk pertama kalinya.
“Baik, aku mengerti. Lalu, seberapa besar kita akan berinvestasi disana?” Balas Clara balik bertanya.
Arsa mengeluarkan ponsel, dan mengusap layar pada benda tersebut. Lalu menunjukkan apa yang ada di layar itu sebelum kembali berkata.
“Berikan tawaran tinggi untuk menyingkirkan semua pemilik saham, dan sisakan hanya orang ini saja.” Ucap Arsa, sambil menunjukkan gambar seseorang disana.
Mata Clara sempat melebar, namun cepar dia mengendalikan dirinya, lalu berkata. “Tuan One, aku tidak meragukan analisamu. Tapi, apakan kau memiliki tujuan tertentu? Kita bisa membuat hal serupa, bahkan jauh lebih baik dari apa yang bisa mereka bangun.”
“Ya, tentu saja kita bisa membangun yang lebih baik. Dan seperti apa yang kamu tanyakan, aku memang memiliki tujuan lainnya.” Jawab Arsa saat itu juga.
Clara menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Dia tidak ingin menanyakan maksud dari tujuan Arsa dan berniat untuk melakukan apa yang di minta pemuda itu.
Setidaknya, itulah tugas yang di percayakan Tom Parker, ayahnya saat mengizinkan dirinya untuk bekerja langsung dibawah Tuan One, yang ternyata adalah seorang pemuda yang kini duduk di depannya ini.
“Clara, aku tau kamu sedikit kebingungan kenapa aku ingin perusahaan kita menguasai pembangunan itu, bukan?” Tanya Arsa tiba-tiba.
Inilah yang ingin Clara tanyakan, namun jika dia langsung bertanya, itu akan terkesan meragukan analisa Arsa.
Meski sangat besar, proyek yang sudah berlangsung ini sama sekali tidak menarik minatnya. Selain tempatnya yang tidak begitu bagus, desain dan program jangka panjang proyek pembangunan pusat hiburan itu terlihat sedikit kacau.
“Harus aku akui, sebenarnya bagiku ini cukup beresiko. Namun, jika kamu memang memiliki tujuan lain, dan tidak begitu memikirkan masalah keuntungan, aku rasa tidak masalah.” Ujar Clara kembali berkata.
Arsa hanya mengangguk, karena Clara bisa langsung menangkap intinya.
“Intinya ini memang sangat berisiko. Bahkan aku yakin pemilik proyek ini sedang bermasalah. Aku hanya ingin mendapatkan tempat itu, dan membangun ulang seperti apa yang aku mau.” Jawab Arsa mengakui.
“Tuan One, aku pikir kita bisa mendapatkan tempat lain da—,”
Clara kembali ingin bicara. Namun kali ini Arsa segera memotongnya, atau sejak awal penjelasannya memang belum selesai.
“Tidak, tidak ada tempat yang lain lagi yang seperti itu di kota ini.” Ucap Arsa, sebelum melanjutkan penjelasannya.
“Clara, kamu tahu bahwa semua wilayah itu mencakup sebuah danau yang cukup besar, bukan?” Tanya Arsa memastikan apa Clara benar-benar sudah mempelajarinya.
“Ya, tapi untuk hiburan tepi danau, sudah sedikit kuno. Dan jika kita membangun pusat hiburan seperti yang mereka rencakan itu, akan sulit mengelolanya. Karena itu berarti kita harus membangun sekeliling danau. Sebuah pusat hiburan dengan tidak ada titik konsentrasi benar-benar sebuah rencana yang sangat kacau.” Jelas Clara, mengungkapkan isi kepalanya.
Arsa tersenyum, namun di saat bersamaan dia menggelengkan kepala. Tau apa yang dilakukannya membuat Clara mengerutkan kening, Arsa kembali angkat suara.
“Kita akan mereklamasi danau itu, untuk membuat pulau ditengahnya sebagai pusat hiburan. Aku pikir kamu tidak begitu memperhatikan sebelumnya. Jika kita bisa membangun jalan dari pusat kota Dreams yang melintas di atas permukaan danau, melewati pulau itu, hingga menembus dua titik di tepian lainnya, secara tidak langsung kita sudah membangun jalan masuk ke pulau yang bisa di akses tiga kota, serta jalan pintas yang menghubungkan kota Dreams dengan dua kota terdekatnya itu.”
Tidak tertarik dengan proyek itu, namun Arsa tertarik dengan wilayah dimana pusat hiburan kota Dreams itu akan di bangun. Memiliki pusat hiburan yang mampu diakses dari tiga kota, tentu saja sangat menjanjikan.
Meski begitu, Clara tidak langsung menerima ide itu serta merta.
“Aku tahu kenapa kamu masih sedikit ragu. Tapi tidak ada yang sia-sia. Di sepanjang wilayah yang mengelilingi danau itu, kita akan membangun beberapa pusat hiburan dengan berbagai tingkatan.” Lanjut Arsa kembali menjelaskan.
Gengsi, adalah sifat alami yang dimiliki manusia. Dia yakin Arsa ingin pusat hiburan itu bisa di datangi siapa saja, dan mereka semua bisa melihat pulau itu dari kejauhan atau saat melewati jalan yang melintasinya.
Namun, karena level berbeda, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk masuk ke pulau yang masih berada di dalam kepala Arsa itu.
Sekilas, Clara sudah bisa melihat garis besarnya. Namun itu tidak menjawan rasa penasarannya. Perusahaan mereka bahkan sudah memiliki hal semacam ini, di negara dimana Clara berasal.
“Tuan One… maaf, jika aku menanyakan hal ini. Tapi, ada apa dengan orang itu? Kenapa kau ingin hanya dia yang tersisa?” Tanya Clara.
Sejak awal, itulah intinya. Pemuda di depannya ini seperti memiliki sesuatu yang dia inginkan dari orang tersebut.
Saat Clara mengatakan hal tersebut, Arsa memundurkan tubuhnya, sebelum akhirnya bersandar di sana.
“Tidak ada ! Tapi, aku hanya ingin memastikan apakah dia memang sehebat yang diberitakan.” Jawab Arsa enteng.
Clara bisa mengerti denhan persaingan. Namun, dia bisa melihat bahwa orang itu bahkan bukan saingan mereka. Clara masih ingin mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba saja Arsa kembali meluruskan tubuhnya, lalu kembali berkata.
“Clara, aku sangat mempercayai ayahmu. Tapi, apakah kamu bisa mempercayai dirimu?” Tanya Arsa, yang langsung membuat alis gadis itu bertaut.
Sejak awal keberadaannya disini, adalah untuk menjaga nama keluarga Parker di depan pemuda ini. Namun, Arsa baru saja dengan jelas mengatakan bahwa, pemuda itu sama sekali tidak meragukan ayahnya.
Akan tetapi, saat ini Clara baru sadar bahwa sejak awal Arsa belum bisa mempercayai dirinya secara personal.
Tidak tau apakah pemuda ini sedang menguji air, namun Clara tidak ingin menjawab pertanyaan yang mungkin hanya sekali saja di tanyakan pemuda ini, padanya.
“Tuan One… terlepas apakah akhirnya kau mempercayaiku atau tidak, tapi ketahuilah d aku disini dan bekerja dibawahmu, dengan membawa kebanggaan serta seluruh kehormatan keluargaku!”
👍👍👍