NovelToon NovelToon
Benih Random Tuan Arogan

Benih Random Tuan Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak / Tukar Pasangan
Popularitas:24.9k
Nilai: 5
Nama Author: ingflora

Diambang putus asa karena ditinggal sang kekasih saat hamil, Evalina Malika malah dipertemukan dengan seorang pria misterius. Adam Ardian Adinata mengira gadis itu ingin loncat dari pinggir jembatan hingga berusaha mencegahnya. Alih-alih meninggalkan Eva, setelah tahu masalah gadis itu, sang pria malah menawarinya sejumlah uang agar gadis itu melahirkan bayi itu untuknya. Sebuah trauma menyebabkan pria ini takut sentuhan wanita. Eva tak langsung setuju, membuat pria itu penasaran dan terus mengejarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Amarah

Mata Adam seketika menyipit dan mencondongkan tubuhnya ke depan. "Ada satu pertanyaan yang ingin aku dengar dari mulutmu dan aku ingin kamu jujur. Benarkah ayahku tidur denganmu waktu itu, atau itu hanya sebuah jebakan?"

Takut-takut wanita itu mengangkat wajahnya. Bibirnya gemetar saat bicara. "A-aku ... aku dibayar."

Seperti dugaan, seseorang tengah memfitnah sang ayah. Adam lega, ayahnya setia. Dan yang lebih membuatnya bahagia adalah, ia tidak takut bertemu dengan wanita ini. Entah siapa namanya, ia tak peduli. Kini ia bisa membersih nama baik ayahnya yang telah lama tercoreng.

Sepertinya, trauma itu juga hilang seiring ia bisa meniduri istrinya di ranjang. Pelan-pelan masalahnya selesai. Betapa ia ingin cepat pulang dan menceritakan hal ini pada Eva. "Jadi, kau dibayar Lindon ya?"

Wanita itu mengangguk.

Adam tersenyum lebar sambil bersandar ke belakang dan melipat tangan di dada. "Lihat saja, apa yang akan terjadi setelah ini ...," gumamnya lirih.

Benar saja. Tak lama, Lindon dan Shanti ditangkap di rumahnya dengan tuduhan berbeda. Lindon ditangkap karena membuat tuduhan palsu dengan menyewa seorang wanita sebagai selingkuhan palsu ayah Adam yang menyebabkan kedua orang tua Adam bertengkar, dan jatuh lalu tewas di tempat, sedang Shanti ketahuan memberi obat aborsi pada minuman Eva, setelah CCTV di kantor Adam diperbaiki.

Adam yang tengah dalam perjalanan pulang, mendadak mendengar ponselnya berbunyi. Ia memeriksa. Ternyata dari sang paman. Sebenarnya ia malas mengangkatnya, tapi rasa penasaran membuat ia akhirnya terpaksa mengangkat telepon itu.

"Adam, aku ditangkap polisi. Sekarang aku ada di kantor polisi. Bisakah kau menolongku?"

"Untuk apa," sahut Adam dingin.

Lindon syok. "Adam ... apa kau terlibat dalam penangkapan ini?"

"Seharus sejak awal, kamu tak perlu masuk ke dalam lingkaran keluargaku kalau tak ingin nasibmu seperti ini. Apa salah ayah dan ibuku hingga kau tega melakukan ini, hah!?"

Mau tak mau Barata yang sedang menyetir mobil mendengarnya juga.

"Adam, kau salah paham. Pasti ada yang berusaha menjatuhkan aku."

"Ho ho, pintar sekali kau bersandiwara. Lalu bagaimana kau akan menerangkan padaku soal wanita yang bersama ayahku waktu itu? Apa dia pura-pura dengan membayar dirinya sendiri juga!?" ucap Adam sinis.

"Wanita waktu itu? Bukankah aku yang memberikan informasinya pada kalian?"

"Kamu pikir aku percaya!? Itu sangat tidak masuk akal, Paman. Karena saat itu aku sudah janjian dengan ayah ingin menemui supplyer tapi tiba-tiba ayah tak muncul. Ayah tidak pernah berbohong dan aku juga melihat ibu menerima pesanmu. Karena itu aku ikut ibu demi melihat kebenaran, dan apa yang aku lihat bukanlah kenyataan karena sesuatu yang janggal juga ada di tempat itu! Jadi jangan bilang ayah pembohong karena aku yakin dia tak pernah mengkhianati ibu!" Tanpa terasa air matanya mengalir dari sudut mata pria berbrewok lebat itu. Segera ia menghapusnya karena ini harusnya berita gembira. Ia percaya ayah ibunya kini bangga, ia telah berhasil membersihkan nama sang ayah, walau sangat disayangkan sang ibu tak percaya pada ayahnya di saat-saat terakhirnya. "Ibu, ayah. Sekarang kalian bisa tenang di sana." Batinnya.

"Adam ...." Lindon kehabisan kata-kata. Akal bulusnya telah terbaca.

"Kau mau bicara apalagi!? Kamu sudah tak punya alasan untuk mengelak!!" Adam mulai geram.

"Aku sebenarnya mencintai ibumu."

"APA KAU SUDAH GILLA ...!? YANG KAU CINTAI HANYA UANG!! UANG, UANG DAN UANG!! KAU TAK PERNAH MENCINTAI SIAPA PUN, KAU HANYA MENCINTAI DIRIMU SENDIRI!!" teriak Adam yang tak dapat lagi menahan emosi, hingga urat-urat di lehernya menonjol.

Barata sempat kaget. Ia belum pernah melihat majikannya berteriak seperti orang gilla. Emosi Adam sudah tak bisa dibendung lagi.

"Adam, maafkan aku. A-aku tak berniat membunnuh ibumu," ucap Lindon pelan dengan nada penuh penyesalan.

"Oh ... jadi kamu memang BERNIAT MEMBUNNUH AYAHKU, iya!? Kalau begitu, MATTI SAJALAH KAMU MEMBUSUK DI PENJARA!!" Adam yang sudah tak bisa lagi menahan emosi, melempar ponsel hingga membentur kaca depan dan membuat retakan. Sedang ponsel itu jatuh terpental ke bawah.

"Astaghfirullah alazim." Barata yang kaget, hanya bisa menghela napas. Hampir saja ia mengerem mobil secara mendadak karena terkejut. Diintipnya sang majikan dari kaca spion di atasnya, pria itu kini menatap ke arah jendela. Ia berharap emosi majikannya cepat reda.

"Barata ... percepat mobilnya. Aku ingin segera pulang." Walau diucapkan dengan pelan tapi wajah Adam tampak dingin mencekam.

"Eh, iya, Pak!" Barata mempercepat laju mobilnya.

Segera setelah sampai di rumah, Adam bergegas turun dan mencari Eva. Ia ingat Eva ingin belajar. Apakah gadis itu kembali berada di ruang kerjanya? "Eva!" Adam membuka pintu. Di sana ada istrinya sedang duduk di samping meja kerjanya.

Eva mengalihkan wajah dari buku yang dibacanya. "Ya? Ada apa, Mas?"

Adam mendatangi gadis itu dengan sedikit ragu. "Eva ... a-aku butuh kamu." Wajahnya tampak memelas. Ia sudah tak tahan.

"Mmh?" Eva mengangkat kedua alisnya dan coba berdiri. Pasti ada sesuatu hingga suaminya sampai memohon begitu. "Mas ada apa?" Ia memperhatikan suaminya.

Pria itu menatap kedua bening mata Eva. "Aku butuh waktumu, Eva. Bisakah kamu luangkan waktumu sebentaar ... saja."

"Apa? Mas mau apa?" Eva nampak bingung.

Tanpa banyak bicara, Adam memeluk tubuh istrinya erat. Eva terkejut, matanya membola. Tak lama terdengar Adam menangis. Ini membuat Eva bingung. Kembali ia coba mengingat kembali kenapa suaminya tadi pergi. Pasti ini tentang orang tuanya.

Perlahan gadis itu memeluk balik suaminya dengan hangat, hingga pelan-pelan tangis itu mereda.

Adam melepas dekapannya. "Maaf, aku terlalu terbawa perasaan." Ia mengusap kedua matanya yang basah dengan wajah sedih.

Eva mendongak dan membantu membersihkan sisa-sisa air mata pria itu di pipi. "Ngak papa, Mas. Kalo ngak kuat nangis aja," ujarnya pelan dengan senyuman. Ia menangkup wajah pria itu dengan kedua tangan hingga pandangan mata Adam fokus menatap ke arah kedua bola mata istrinya yang tengah lembut menatapnya.

Adam menggenggam kedua tangan itu yang begitu hangat di wajah. "Tapi aku senang. Sekarang saat aku sedih, ada orang tempat aku mengadu. Rumah tempat aku pulang, dan bahu tempat aku bersandar, walaupun kamu hanya seorang perempuan."

"Aku senang jadi tempat kamu berbagi, Mas." Mata bening itu menatapnya dengan senyum kecilnya.

"Maaf aku cengeng hari ini, tapi aku ingin sekali berbaring di pangkuanmu," pinta Adam dengan wajah sedih.

"Oh, ngak papa, ayuk!" Eva menggandeng tangan suaminya. Karena besok ada ujian, ia duduk di sofa bagian ujung sambil membaca buku, sedang Adam membaringkan tubuhnya di sofa dengan posisi kepala berada di pangkuan sang istri. Posisi ini yang selalu ia lakukan saat sedih dengan sang ibu. Sekarang wanita itu sudah tak ada, tapi kini ada Eva yang walaupun masih terlalu muda, bisa menggantikan posisi sang ibu untuk menghilangkan mood-nya yang sedang tidak baik-baik saja.

Adam berbaring menatap meja pendek di hadapan sambil pikirannya mengembara. Di saat seperti itu ia merasa relaks. Pikirannya jadi tenang.

Adam tak menyangka Eva bisa juga jadi penyejuk di waktu ia sedang gundah. Rasanya menyenangkan punya seseorang tempat ia berbagi walau orang itu tidak bisa melakukan apa-apa selain menemani.

Bersambung ....

1
Fariz Alfatih
ko' bebal?
harusnya kebal ka'.
bebal itu berarti bodoh di beberapa daerah termasuk kotaku Demak.

saran aja tanpa menggurui 🙏🏼🙏🏼
Nur Adam
smgt untuk krya mu thoor
Baby_Miracles: terima kasih sudah membaca sampai tamat. kalo penasaran bisa baca karyaku yang lain. klik aja akunnya nanti daftar novelnya keluar
total 1 replies
Nar Sih
kak kok udh end sih ,pdhl blm puas aku bca nya ,tpi...siip buat cerita mu kak ,ending yg bagus bangett👍🥰🥰
Nar Sih: siiap kak
Baby_Miracles: mungkin ingin baca novel author yang lain, tinggal klik akun author. Terima kasih sudah membacanya ya
total 2 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
akhirnya happy ending ya Eva dan Adam 💗💗💗💗
Baby_Miracles: iya, suit2😘
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
waaah udah besar aja Kaska...
malahan udah mau punya adek...
😍😍😍😍
Mrs.Riozelino Fernandez
padahal aku Gedeg banget liat ayah Eva nih,tapi baca kata2 dia untuk yang terakhir aku ikutan mewek kk Thor 😭😭😭😭
sejahat apapun yang namanya orang tua pasti selalu ada di hati anaknya...
Baby_Miracles: heum. /Sweat/
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
laaah 😳😳😳😳😳
Nar Sih
syukurin tuh ayah mu eva ,biar sadar udah tukang mabuk jht lgi
Nur Adam
lnjut
Fariz Alfatih
akak othor, mangaaaatts!!💪🏼💪🏼💪🏼
Nur Adam
lnjut
Fariz Alfatih
lu kalo nggak napas Uda beda alam sama Eva🙄😭😭
Nar Sih
sabarr dan tenang adam ,doa kan smoga eva dan byi nya selamat sgra lhir
Nur Adam
lnjut
Nar Sih
suami posesif eva nih ,tpi sipp lah moga eva dan adam terus bahagia
Mrs.Riozelino Fernandez
biasa aja lagi gandengan Eva, apalagi kamu sedang hamil besar...
Nur Adam
lnjut
Nar Sih
klau gitu ngurus ank sambil kuliah ya eva
Nar Sih
hahaha kasihan ayah mu yg ngk punya ahlak ya eva ,di kejar,,nenek mu ,moga nenek rodiah cpt sembuh
Nur Adam
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!