NovelToon NovelToon
My Annoying Lecturer

My Annoying Lecturer

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Dosen / Tamat
Popularitas:12.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Juliahsn

"Kamu manggil dosen kamu abang?!"

"Iya, gimana dong. Gak sengaja."

"Mampus Elvia, kuliah kamu kayaknya gak bakal tenang." Emang salah curhat sama Devi, bukannya bantuin cari solusi malah diketawain.

---

"Nanti saya telat, Pak. Saya gak mau dimarahin sama dosen saya. Dosen saya galak."

"Dosen kamu itu saya, Elvia."

"Ntar boss saya marahin saya lagi. Boss saya juga galak!"

"Harus berapa kali saya bilang ke kamu?" Elvia tertawa melihat wajah kesal Arfa.

"Saya bossnya, Elvia!"

---

Kisah tentang Elvia, mahasiswi yang hobi nitip absen. Lalu Arfa, dosen mulut samyang yang karena satu dan lain hal dipanggil abang oleh Elvia.

Mampir dulu yuk, siapa tahu nyantol. Cerita tentang dosen memang banyak, tapi cerita ini dijamin mampu membuat kalian menahan kesal saking gemasnya. Happy Reading!

Update seminggu dua kali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juliahsn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Question?

Entah kenapa, cuaca hari ini rasanya begitu dingin.

Angin berhembus dengan kencang menambah rasa dingin yang kian menusuk.

Aku pun menolehkan kepalaku menuju asal angin yang membuatku kedinginan setengah mati itu.

"Pak! Matiin deh kipas anginnya!" Ujarku dengan nada tinggi.

Iya. Yang buat aku kedinginan dari tadi tuh kipas angin.

Kadang bingung ya, rumah segede istana, tapi pemiliknya kepanasan dan parahnya hobi ngadem di depan kipas angin.

"Panas, El."

"Masuk angin tahu rasa, Pak. Kan ada AC, buka aja."

"Dinginnya kipas angin lebih mantap, El."

Aku mendecih kesal, "Serah, Pak. Asal bapak seneng."

Pak Arfa tertawa kecil menanggapi ucapanku, "Kamu gak tahan kipas angin?"

"Tahan sih, tapi gak depan muka juga kali Pak."

"Saya bercanda, kok." Ujar Pak Arfa lalu mematikan kipas angin.

Aku pun duduk di depan meja rias. Make up ini berhasil membuat tanganku gatal ingin cepat terhapus.

"Pak.." Panggilku ke Pak Arfa.

"Kenapa?"

"Bapak lebih suka apel atau jeruk?"

Pak Arfa mengernyit heran, "Kenapa?"

Aku tidak menanggapi ucapan Pak Arfa, "Bapak suka makan apa?"

"Ada alergi?"

Aku memutar otakku untuk meneruskan berbagai pertanyaan yang sudah kusiapkan sejak tadi, "Warna kesukaan? Hobi?"

Pak Arfa tampak menghela nafas panjang, "Saya capek denger pertanyaan kamu."

Aku terkekeh pelan, "Jawab aja Pak satu-satu. Bapak kan pinter, pasti inget apa yang saya ajukan dari tadi."

Kini giliran Pak Arfa yang memasang wajah datar. Hehe. Udah lama gak lihat Pak Arfa memakai mimik muka galak, entah kenapa akhir-akhir ini Pak Arfa perhatian banget.

"Pertama, saya lebih suka makan apel. Makanya belajar motong buah, biar jadi tunangan bisa nyenengin dikit."

Pak Arfa lalu memberi jeda sebelum menjawab pertanyaan selanjutnya, "Saya suka makan apa aja. Saya gak pilih-pilih. Makanya belajar masak, saya gak banyak komentar selama masakan kamu bisa dimakan."

"Alergi? Sepertinya sampai sekarang tidak ada masalah. Saya juga gak sempet cek."

"Lalu, warna kesukaan saya semua warna yang bukan warna cerah. Hobi saya jahilin kamu." Jawab Pak Arfa yang sebenarnya sejak daritadi aku mendengar, mulutku sudah gatal ingin membalas.

"Pak.."

Pak Arfa menoleh, "Apa?"

"Jangan buat saya kesel deh."

"Kenapa? Bukannya saya sudah menjawab pertanyaan kamu?"

"Tapi, kenapa hobinya gitu."

"Suka-suka saya dong. Hobi saya sekarang gitu."

Aku memutar bola mataku kesal, "Terserah bapak aja deh."

"Kamu marah?"

"Enggak. Saya senyum kok." Ujarku sembari memamerkan sederet gigiku dengan terpaksa.

"Kelihatan jelas kepaksa."

"Itu tahu."

"Saya tempe."

"Bapak garing."

"Tempe emang bisa digoreng garing."

Aku diam sejenak karena sudah jengah melihat kelakuan Pak Arfa.

"Serah deh, Pak."

"Kamu gak ada pertanyaan lagi?"

Aku menggelengkan kepalaku, "Ada kok. Masih banyak."

Pak Arfa memberi kode seakan aku diperbolehkan untuk mengenal lebih dekat Pak Arfa.

"Bapak kalau gak ngajar, ngapain?"

"Nyantai."

"Bohong banget sih, Pak."

"Udah tahu kalau saya sibuk ngantor. Masih nanya lagi."

"Kan siapa tahu, Pak. Buktinya bapak kayaknya banyak waktu luang. Bisa gangguin saya terus."

"Itu berarti saya memang sudah siapkan waktu untuk kamu."

Untuk kesekian kalinya aku merasa ada rasa panas yang menjalar di kedua pipiku.

"Terus, bapak suka traveling gak?"

"Saya suka. Apalagi kalau ada yang menemani."

"Bapak suka cewek yang gimana?"

"Gak usah muluk-muluk. Saya suka kamu apa adanya."

Hah? Tadi Pak Arfa bilang apa?

Pak Arfa bilang suka sama aku?

Demi apa?

"A-apa?"

"Salah sendiri kamu congek."

Astatank..

Apa salah dedek yah. Selalu diginiin.

Gak capek apa Pak Arfa tuh bully aku?

"Kenapa bapak garing?"

"Karena saya renyah."

"Tuh kan.."

Pak Arfa tertawa pelan, "Apa?"

"Bapak garing."

"Kamu receh."

"Enggak kok. Buktinya saya gak ketawa."

"Kamu receh untuk hal-hal yang sebenarnya sangat tidak lucu."

"Selera humor kita kan beda."

"Ya. Selera humor kamu rendah."

"Pak, kalau debat terus. Kapan saya selesai nanya? Tunggu tahun kabisat?"

"Iya."

"Pak.."

"Apa? Katanya mau tanya? Lanjut lah tanya."

"Bapak suka makanan pedas, asin, asam, atau manis?"

"Pahit."

"Serius, Pak."

"Saya suka pedas. Kamu pasti gak suka pedas."

"Kok bapak tahu?"

"Soalnya kamu kayak bocah."

"Bocah tapi bapak suka kan."

Skak mat!

Pak Arfa kalah telak!

Setelah berhasil menghapus sisa-sisa make up, aku pun mulai memikirkan pertanyaan penutup sekaligus pertanyaan yang sangat menggangu pikiranku akhir-akhir ini.

"Pak, pertanyaan terakhir deh dari saya."

"Apa?"

"Bapak lebih pilih saya atau Delia?" Tanyaku.

Pak Arfa diam sebentar, seakan-akan mencoba memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang aku ajukan.

"Tunangan saya siapa?"

Bukannya jawab, Pak Arfa malah nanya hal yang tidak penting.

"Saya." Jawabku bingung.

"Logika saja. Masa saya lebih milih orang lain daripada tunangan saya sendiri."

Aku mencoba mencerna ucapan Pak Arfa dengan seksama.

Tolong, Pak.

Jangan berbelit-belit.

Otak saya gak mampu.

"Jadi? Maksud bapak apa?"

"Coba aja pikir sendiri."

"Saya?"

"Gak tahu."

Omimi,

Nyebut nama aku aja kayak susah banget.

Dasar, Pak Arfa nyebelin!

1
Dila ID
tpi resiko juga sih, walaupun punya kemampuan tp bkn profesional / terbiasa apalagi di dpn org pnting jdi moderator itu ga gampang, butuh materi juga tentang apa, lah ini fl nya ga tau dosennya ngisi acara tentang apa 😧
Rina_
ini error kah?
Rina_
aw
Rina_
good
Evi Yolanda
ini sih fix jd novel Ter the best bgt koplak .. seru .. geli geli gmn gtu bacanya /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Rina_
yeyy
Angel's heart
kacau aldo
Meli Ana
lagian lo ngapain beli majalah wikwik do🤣🤣
Nurlita Khan's
seruuuuuu banget
Yuli Sri Winarti
ngakak terus aku bc ini....😂😂😂
Airish Qalesya
wakakkaka. wadidau banget sih pak
Putrii Silvia
Kecewa
Putrii Silvia
cerita ini udh di hapus yaa, kok aku ga bisa baca
Gusti Ramayanti
Kecewa
Lia Anggraini
bagus, tp candaan kosongnya kebanyakan porsinya
Kevsal S
agk'
Elvi Mend
kapan tuh?
perasaan dulu pertama ketemu panggil Abang fotocopy 🤔
Elvi Mend
dekatan toh rumahnya, tapi kok aneh aj aku rasa☺️
Dila ID: iya, tiba2 pdahal udh part sgini melewati huru hara
total 1 replies
Siti Solikah
suer seru abis novelmu thor
Siti Solikah
wkwkwk wah mampus Lo elvia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!