🚧CERITA INI HANYA KHALAYAN OTHOR SEMATA, JANGAN MASUKKAN KE DALAM HATI. MASUKKAN SAJA KE DALAM ❤(+) FAVORIT🚧
Dipertemukan dengan CEO galak beserta dengan putrinya yang selalu mengganggu membuat hidupku jungkir balik.
Suatu hari bocah itu memanggilku dengan sebutan 'mommy'.
Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caraku menghadapi CEO dingin dengan mata setajam pedang itu?
Klik 'Mulai Baca' untuk mengetahui kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I LOVE U
Tiga hari berlalu setelah kejadian itu, hubungan antara Devan dan Fara masih sama seperti biasanya. Yaitu, belum ada kemajuan.
Saat ini Fara tengah bermain dengan putri sambungnya di ruang keluarga. Keduanya sesekali tertawa saat ada hal lucu yang menggelitik humor dua wanita berbeda generasi itu. Sore hari terasa menyenangkan karena permainan baru yang sedang keduanya mainkan.
“Oke sekarang giliran Mommy ya,” ucap Fara sembari melebarkan telapak tangan Ainsley.
“Hi-hi iya, Mommy.” Ainsley menjawab dengan memejamkan mata.
Fara menggerakkan jarinya di atas telapak tangan Ainsley, ia menggambar sebuah pola dengan jari telunjuknya.
“Ayo coba tebak tadi Mommy gambar apa?” tanya Fara seraya menaik turunkan alisnya disaat Ainsley sudah membuka mata.
“Gambar segi tiga!” jawab Ainsley semangat.
“Yah betul lagi,” ucap Fara dengan wajah merengut.
Ainsley terkikik geli melihat acting mommy-nya dalam memasang wajah sedih. “Akting mommy buruk.” Gadis kecil itu menutup mulutnya dengan satu tangan seraya tertawa.
“Daddy!” Panggil Ainsley dengan berteriak saat melihat Devan sudah pulang.
Perhatian Fara dan Ainsley teralihkan saat kedatangan Devan. Pria itu berjalan menghampiri tempat di mana putrinya sedang duduk.
“Bapak pulang lebih cepat hari ini?” tanya Fara.
“Ya, seperti yang kau lihat,” jawab Devan datar.
Fara merutuki suaminya di dalam hati, niat hati ingin membuka pembicaraan malah mengakibatkan dirinya menjadi kesal atas respon yang diberikan oleh mantan bosnya.
Ainsley memperhatikan Fara yang duduk di sebelahnya, lalu beralih memperhatikan Devan yang berdiri di depannya secara bergantian. Tiba-tiba sudut bibir gadis kecil itu terangkat.
“Daddy, ayo duduk di sebelah mommy!” Seru Ainsley terdengar riang.
Hmm, pasti Ley sedang merencanakan sesuatu. Gadis kecilku benar-benar menggemaskam. Puji Fara dalam hati.
Dan benar saja dugaan Fara, saat Devan sudah duduk di sofa yang sama, lebih tepatnya di sebelah Fara, Ainsley langsung berseru pada Fara untuk memainkan permainan yang baru saja dimainkan olehnya.
“Ley, daddy baru pulang kerja. Biarkan daddy berbersih dan istirahat terlebih dahulu, Sayang,” tutur Fara begitu lembut pada putri sambungnya.
Ainsley menekuk wajahnya seraya bersedekap dada, gadis kecil itu turut memasang wajah merajuk.
“Hhh, tunjukkan cara bermainnya pada saya,” ucap Devan.
“Mom ayo tunjukkan cara kita main tebak-tebakan tadi.” Ainsley mengguncang lengan mommy-nya dengan tidak sabaran.
Fara menyodorkan satu tangannya ke hadapan Devan, pria itu merespon dengan dahi mengernyit. Satu alisnya terangkat. “Apa?” kata Devan dengan wajah bingungnya.
“Kemarikan tangan bapak.”
Devan merasa enggan untuk menjulurkan satu tangannya. Namun, Ainsley yang juga berada di antara mereka sedang mengangguk-anggukkan kepalanya seraya tersenyum lebar.
Tangan pria itu terjulur ke depan, lalu Fara menyambutnya dengan senang hati. Ia memegang tangan suaminya.
“Sekarang tutup mata bapak, lalu—”
“Berani kau memerintah saya!” Sergah Devan.
Fara memutar bola matanya malas, wanita itu menarik napas dengan berat, lalu memasang senyum terpaksa. Sementara Ainsley hanya bisa menepuk kening melihat daddy-nya yang terlihat sensitive terhadap Fara.
“Daddy, memang seperti itu cara mainnya. Capek deuhh,” kata Ainsley memberi tahu Devan sembari menepuk keningnya kembali.
Akhirnya Devan memejamkan mata dengan tangan yang berada di atas telapak tangan Fara. Wanita itu mulai menggerakkan jarinya di atas telapak tangan Devan yang lebar.
“Bapak tebak kalimat apa yang saya tulis di atas telapak tangan bapak. Nah, ini saya masih menulis satu abjad,” jelas Fara memberi intruksi pada Devan.
Devan tidak menyahuti apa yang diucapkan oleh istrinya, ia fokus pada apa yang dituliskan oleh Fara pada telapak tangannya.
“Sekarang saya sedang menggambar bentuk pola,” kata Fara seraya menggambar pola berbentuk hati.
Perasaan Devan mulai tidak enak. Akan tetapi, dirinya tetap diam menunggu permainan yang sedang dimainkannya selesai.
“Nah, sekarang saya menulis salah satu abjad. Oke, selesai. Sekarang buka mata bapak dan sebutkan apa yang saya tulis di atas telapak tangan bapak.”
Devan membuka matanya, dengan wajah dingin dan suara yang datar Devan menjawab, “I love u.”
“I love you too, Pak. Ha-ha-ha.” Fara tertawa keras, ia senang bisa mengerjai mantan bosnya.
Ainsley turut kesenangan, gadis kecil itu bertepuk tangan dengan riangnya. Pancaran kebahagiaan begitu kentara di wajah Ainsley.
Sementara Devan membelalakan matanya saat sadar apa yang telah keluar dari bibirnya. Pria itu menarik tangannya sebagai bentuk spontanitas, wajah tampan itu terlihat tegang. Namun, sebisa mungkin ia terlihat biasa saja.
“Saya harus ke atas,” kata Devan.
“Ley, Daddy mandi dulu. Kamu di sini sama mommy saja ya, Sayang.” Pamit Devan, lalu melenggang pergi.
Saat pria itu telah menaiki tangga menuju lantai dua. Fara dan Ainsley saling pandang lalu cekikikan seraya ber-tos ria.
“Mommy keren,” puji Ainsley.
“Anak mommy yang paling menggemaskan ini lebih keren.” Fara tertawa sembari memainkan kedua pipi putri sambungnya.
Drt! Drt!
Fara melepaskan tangannya dari pipi sang anak, ia beralih ke meja kaca di depannya. Wanita itu mengambil smartphone-nya yang berada di atas meja.
“Ibu?” gumam Fara saat melihat nama si penelfon.
“Ley, Mommy angkat telfon dari nenek sebentar ya.”
Mata bulat Ley memancarkan kebahagiaan, gadis kecil itu sangat senang memiliki nenek. Dari dulu ia hanya hidup bersama daddy-nya saja. Tidak ada sanak saudara, kakek, nenek. Bahkan, sosok mommy pun baru Ainsley rasakan saat kehadiran Fara di rumah ini.
Fara mengobrol dengan ibunya, ia begitu bahagia mendengar ibunya bercerita jika setelah pengobatan terbaik yang diberikan oleh Devan pada ayahnya membuahkan hasil, kini sang ayah bisa beraktifitas seperti biasa. Dulu, jangankan untuk berkerja, berjalan sedikit jauh saja sudah tidak kuat.
“Jadi ibu mau ke sini?” tanya Fara.
“Iya , Nak. Boleh tidak ya? Ibu ingin memberikan sesuatu untuk suami kamu.”
Ainsley bersorak riang, gadis kecil itu melompat-lompat saat mendengar sang nenek akan datang.
“Itu suara cucu ibu, Nak?” tanya bu Ella.
“Iya, Bu,” sahut Fara dengan mengulas senyum. Ia geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya yang kelihatan bersemangat.
“Halo nenek, ini Ley anaknya mommy dan daddy,” sapa Ainsley pada ibu Fara lewat panggilan suara.
Fara mengelus kepala anaknya, celoteh anak berusia lima tahun itu membuat hatinya menghangat, ia menatap Ainsley dengan tatapan yang sangat lembut. Dalam hati Fara memanjatkan rasa syukur pada tuhan yang telah mempertemukannya dengan Ainsley.
“Nanti Fara beri tahu pada suami Fara ya, Bu.”
“Iya, Nak. Ibu tutup telfonnya ya, keburu kue kering yang ibu buat gosong,” tutur bu Ella.
“Iya, Bu.”
“Dadaaa, Nek.”
Kedua wanita beda generasi itu menjawab dengan serentak. Begitu panggilan usai, Fara memutuskan untuk naik ke atas diikuti dengan Ainsley yang tidak sabar ingin memberi tahu pada daddy-nya jika ia mempunyai seorang nenek.
Bersambung ….
kalau gak aku demo pakai like kamu thorrr!! 😭😭😭😭
nanti Mak beti marah🤣🤣🤣😆😆😆
astaga... semoga hari author Senin selalu...😭😭😭
jadinya burung hantu....😆😆😆
selamat membatin mommy...🤣🤣😆😆
Fara hamil anak kandung'mu...
bahahakkkk 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
cepat... cepat...
takut'y klo lambat kenapa² tar keguguran....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
kita liat apakah Devan cembuluu....