Kepercayaan Stella dihancurkan seketika oleh kedua orang yang sangat dipercayanya. Sahabat dan pasangan, dua kata itu menjadi nilai tambah dalam pelengkap kebahagiaan Stella, tapi semua salah setelah Stella tahu jika sahabat dan pasangan adalah penghancur kebahagiaannya.
Stella sama sekali tak menyangka jika mimpi buruknya yang memperlihatkan sahabat dan kekasihnya tengah memadu kasih dibelakangnya ternyata nyata. Kenyataan pahit yang harus Stella terima, dikhianati oleh dua orang terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Lagi
Stella melangkahkan kakinya mengekori seorang wanita menuju ke arah lift. Begitu lift terbuka, mereka pun naik ke lantai teratas gedung bertingkat tersebut.
Hari ini adalah hari pertama Stella bekerja di salah satu perusahaan paling maju di Jakarta. Sebelum bekerja, Stella diminta untuk mengikuti salah satu pegawai ke ruangan pegawai tersebut untuk dijelaskan mengenai apa saja pekerjaannya.
“Pak Direktur saat ini sepertinya belum datang, kita akan ke ruanganku dulu. Aku akan menjelaskan apa saja job desk yang harus kau kerjakan,” jelas pegawai tersebut.
“Baik, Bu,” jawab Stella.
“Direktur perusahaan ini termasuk baru, dia baru bekerja di sini satu bulan belakangan setelah pindah dari luar negeri. Dia juga masih muda dan tampan. Tapi, jangan sampai hal itu mengganggu pekerjaanmu,” ucap pegawai wanita itu.
Stella tersenyum. Baginya, mau setampan dan semuda apa pun bosnya, dia tidak datang ke sini untuk mencari jodoh. Melainkan, dia ingin bekerja dan menambah pengalaman. Membuka hati untuk seorang pria tidak ada dalam pikirannya saat ini. Terlebih lagi, setelah apa yang dilakukan oleh Garry kepadanya.
Stella dan pegawai wanita tersebut keluar dari lift, kemudian masuk ke dalam ruang kerja. Pegawai tadi tak lupa menyuruh Stella duduk di salah satu kursi seraya ia menjelaskan tentang pekerjaan Stella.
“Direktur perusahaan ini suka dengan pekerjaan yang cepat dan tepat. Dia cukup perfeksionis. Jadi, aku harap kau mudah beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan yang cukup keras. Dia suka segala hal yang sempurna. Dia tidak suka dengan pekerjaan yang dikerjakan secara setengah-setengah. Kau juga harus rapi dan disiplin. Jangan terlambat atau pun melawan ucapannya,” jelas pegawai tadi.
Stella mengangguk. “Baik, Bu.”
“Oh iya, dia tidak suka pegawai yang banyak bertanya. Jangan membuat dia kesal maka dia akan bersikap baik denganmu,” sambungnya lagi.
Lagi dan lagi Stella hanya bisa menganggukkan kepalanya dan menjawab dengan kata ‘baik’. Pegawai tersebut lantas menjelaskan tentang pekerjaan apa saja yang akan Stella kerjakan setelah menjabat sebagai sekretaris di perusahaan tersebut. Tak lupa dia juga memberikan beberapa kode akses komputer perusahaan.
Tepat satu jam setelah jam kerja dimulai, Stella dibawa atasannya menuju ke ruang kerjanya. Mulai hari ini, dia akan bekerja di ruangan yang sama dengan direktur perusahaan. Setelah atasannya menjelaskan kepada direktur jika Stella sudah siap bekerja, Stella diperintahkan untuk masuk seorang diri.
“Selamat pagi, Pak. Saya Stella, sekretaris baru Anda,” ucap Stella sambil menatap pada punggung seorang pria yang saat ini tengah berdiri membelakanginya.
Tepat saat pria itu membalik badannya, mata Stella membulat lebar. Dia terkejut bukan main saat melihat jika direktur perusahaan ini adalah Davin. Rahang Stella mengeras, tangannya mengepal kuat. Dia merasa kesal karena dia akan bekerja dengan pria itu. Namun, sebisa mungkin dia tetap bersikap profesional.
“Ternyata dunia ini sangat sempit,” ujar Stella sarkastik sambil tersenyum lebar. “Siapa sangka jika Anda adalah bos saya.”
Davin berusaha menahan senyumnya saat mendengar kalimat Stella. Pria itu seperti biasa, selalu menjaga sikap profesionalisme saat berada di lingkungan kerja.
“Senang bertemu denganmu lagi, Stella,” jawab Davin, lalu kembali duduk di kursi kebesarannya.
Hari pertama Stella bekerja berjalan dengan sangat lancar. Dia bersyukur sebab Davin tidak mengganggu atau bahkan mempersulit pekerjaannya. Bahkan, jika tidak ada hal yang benar-benar penting menyangkut pekerjaan, Davin hampir tidak pernah mengajaknya berbicara. Stella bersyukur karena Davin betul-betul bisa menjaga sikap profesionalismenya.
“Stella, jangan lupa atur jadwalku untuk dua minggu ke depan,” perintah Davin dari balik komputernya.
“Baik, Pak. Apakah ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Stella sambil melongokkan kepalanya ke arah meja kerja Davin.
“Hubungi bagian marketing dan katakan kalau kami harus rapat besok pagi,” jawab Davin.
“Baik, Pak,” balas Stella.
Hanya itulah percakapan yang terjadi di antara Stella dan Davin hari ini. Hingga akhirnya jam bekerja selesai dan Davin mulai melakukan sesuatu yang sangat ingin dia lakukan sejak tadi.
Sebagai seseorang yang tidak bisa melihat wanita cantik tanpa mendekatinya, Davin mulai melancarkan aksinya untuk mendekati Stella. Melihat Stella tengah membereskan meja kerjanya, ia pun menghampiri wanita itu.
“Stella.”
Stella mengangkat kepalanya, mendapati Davin berdiri di depannya.
“Iya, Pak? Apakah ada yang bisa saya bantu?” balas Stella.
“Apakah tempat tinggalmu jauh dari sini?”
Stella mengerutkan dahinya bingung. “Maksudnya, Pak?”
“Aku ingin mengantarmu pulang,” balas Davin sambil tersenyum tipis.
“Oh, tidak perlu, Pak. Aku bisa pulang dengan taksi. Aku tidak mau merepotkan Anda.”
“Aku tidak merasa direpotkan.” Davin menatap lurus ke iris mata Stella. “Aku harus tahu di mana tempat tinggalmu supaya jika ada pekerjaan mendadak, aku bisa menghampirimu,” sambung Davin, beralibi.
Cari pasangan yg lbih baik dri Garry...ngapain lama" klo sdh tau selingkuh...kelamaan..mendua itu pilihan Stela...cukup diselesaikan dn balas dgn elegan yaitu mati kita akhiri...