Apa jadinya jika menantu yang dianggap sampah dan dijuluki menantu kelas teri karena tak berguna secara materi, ternyata adalah seorang billionaire ?
Heru Triyono (30 tahun) diam-diam memiliki sebuah rahasia yang tersimpan rapat. Bahkan dirinya saja tidak tahu bahwa ia seorang pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Pramudya.
Liam Kaisar Pramudya adalah nama calon pewaris tunggal keluarga Pramudya yang kekayaannya begitu tersohor seantero negeri dan luar negeri. Akan tetapi keberadaan Liam yang masih menjadi misteri, membuat publik selalu bertanya-tanya tak terkecuali musuh dalam selimut.
Di mana kah Liam berada? Apakah sudah mati atau masih hidup?
Simak kisahnya sobat...
DILARANG PLAGIAT🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Siuman
Heru pun kembali ke parkiran menuju mobilnya setelah ia melihat Liam palsu keluar dari rumah sakit. Ia segera menghubungi anak buahnya untuk membuntuti Liam palsu hanya untuk memastikan saja apa lelaki itu kembali ke Jakarta atau tidak.
Heru memutuskan melepas jaket dan maskernya. Ia mengubah dandanannya kembali ketika dirinya menjadi Heru. Lalu ia berjalan menuju kamar inap sang istri.
Sebelumnya ia membelikan makanan dan camilan seadanya untuk dibawa masuk ke kamar inap sang istri.
Tok...tok...tok...
Setelah mengetuk pintu, Heru pun membukanya perlahan. Ia melihat ibu mertua dan adik iparnya yang sedikit terkantuk-kantuk tengah duduk di sofa.
Bu Rosa terbangun saat mendengar suara pintu dibuka.
"Oh kamu sadar juga akhirnya. Masih waras buat kembali lagi ke sini. Ibu pikir kamu pergi ninggalin tanggung jawab," sindir Bu Rosa dengan pedasnya yang mengalahkan kepedasan bon hutang.
"Maaf, Bu. Tadi saya pergi ganti baju sama ini beli makanan dan cemilan. Biar Nia saya yang jaga. Ibu sama Selly bisa istirahat di rumah. Saya antar Ibu sama Selly dulu ke rumah lalu balik ke sini," tutur Heru sopan.
"Enggak perlu! Ibu masih bisa bawa mobil sendiri. Kamu jaga baik-baik Nia di sini. Awas kalau kamu sampai kabur enggak bayar biaya istrimu di opname. Ibu akan cari kamu ke ujung dunia sekalipun buat tagih bon rumah sakit!" hardik Bu Rosa seraya berdiri dan mengajak Selly untuk pulang.
Sebelumnya dengan tanpa rasa malunya Bu Rosa mengambil kantong yang dibawa Heru.
"Makanan sama camilan ini buat Ibu sama Selly. Nungguin kamu ganti baju lama sekali jadi lapar. Nanti kamu beli lagi buat Nia," ucap Bu Rosa seraya bergegas keluar dari kamar inap putri sulungnya dengan menenteng dua kantong plastik berisikan makanan dan camilan.
Heru hanya mengulas senyum tipis dan geleng-geleng kepala melihat tingkah mertuanya tersebut.
Tak lama dari kepergian ibu mertua dan adik iparnya, ia mendapat pesan dari anak buahnya bahwa Liam palsu sudah kembali ke Jakarta. Hal itu terbukti mereka mengikuti mobil Liam palsu sejak keluar dari rumah sakit hanya mampir sebentar ke sebuah cafe untuk berganti baju di toilet dan membeli minum hingga lelaki tersebut masuk tol ke arah Jakarta.
Heru bernafas lega sebab ia sangat yakin bahwa Liam palsu kapok menjadi dirinya dalam lingkup keluarga mertuanya.
Ia mengelus rambut sang istri yang tengah tertidur lalu turun mencium perut Nia yang sudah sedikit menyembul.
"Baik-baik jagoan Ayah di dalam sana. Jangan nakal ya sayang. Jangan bikin susah Buna. Kasihan Buna sekarang sakit. Sehat terus ya jagoan Ayah," cicit Heru seraya mengelus perut sang istri penuh sayang.
Nia menggeliat dan membuka matanya saat merasakan ada seseorang yang mengelus perutnya. Ia mengerjakan pandangannya nampak putih semua dan bau obat-obatan. Dia meyakini pasti dirinya sedang tidak berada di kamar rumahnya.
Dan benar saja saat pandangannya sudah jelas ia yakin seratus persen dirinya tengah berada di rumah sakit. Sebab ia melihat tangannya di infus dan ia berada di atas ranjang rumah sakit.
Dirinya menengok ke samping, melihat sang suami yang tersenyum padanya seraya menggenggam tangannya erat.
"Mas," panggil Nia lirih.
"Iya, Dek. Ini aku. Apa masih mual, hem?" tanya Heru dengan nada cemas.
Nia yang baru terbangun, ingatannya langsung tertuju sebelum dirinya pingsan. Ia mengingat saat itu suaminya baru saja masuk ke kamar setelah ia mendengar keributan di depan dengan lengkingan suara ibunya dan Selly.
Tiba-tiba saat suaminya ingin memeluknya, mendadak perutnya seakan diaduk-aduk begitu kencang sehingga rasa mual hebat langsung menderanya tanpa peringatan dirinya muntah di baju sang suami.
Sebelum pingsan ia sempat melihat mimik wajah suaminya yang seakan marah dan ingin menamparnya namun keburu pusing melanda lalu ia merasa pandangannya gelap dan pingsan. Setelah itu ia tak tahu apa yang terjadi.
Ada kejanggalan dalam hatinya, suaminya kenapa bisa berubah?
Sejak mengenal Heru jauh sebelum mereka menikah, Nia sangat tahu bahwa lelaki yang ia cintai ini sangat penyayang dan sabar padanya maupun keluarganya. Walaupun ada kesenjangan status sosial diantara keduanya.
Namun hal itu bukanlah menjadi penghalang mereka untuk memadu kasih dan akhirnya menikah. Sehingga ia sangat aneh saat melihat suaminya yang semalam hanya karena dirinya muntah lalu ingin menamparnya.
Heru yang ia kenal tak pernah kasar atau main tangan. Bahkan dijadikan sapi perah atau pelayan di keluarganya saja ia terima dengan ikhlas dan tak pernah membantah.
Tetapi lelaki yang ada di hadapannya sekarang sangatlah berbeda. Yang saat ini betul-betul seperti suaminya sehari-hari yang selalu tersenyum padanya dan penyayang. Hatinya merasakan ketenangan dan kenyamanan bersama lelaki yang sekarang.
"Tak mungkin rasanya jika Mas Heru itu punya saudara kembar?" batin Nia berkecamuk.
Dan anehnya saat ini suaminya mengelus perutnya dengan lembut dan ia tidak merasakan mual apapun. Bahkan sekarang justru kantuk tengah menderanya.
"Mas, Nia ngantuk. Mau bobo," cicit Nia manja.
"Ya sudah bobo saja. Mas tungguin Buna sampai bobo nyenyak," ucap Heru tersenyum.
"Maunya dipeluk bobonya. Sini Mas," ucap Nia seraya menunjukkan sebelah ranjangnya agar Heru naik dan tidur satu ranjang bersamanya.
Kebetulan ranjang tempat Nia saat ini ukurannya sangat besar dan cukup muat untuk dua orang. Kamar yang ia tempati juga termasuk kategori kelas satu. Itu pun atas pilihan Bu Rosa sebab ia ingin putri dan calon cucunya segera mendapat perawatan terbaik.
🍁🍁🍁