Istri 30 Trillion Mr. Mafia

Karena delay, menjadi delapan belas jam waktu kotor dari London ke Jakarta. Dan Jakarta lebih cepat enam jam dari London.

Pukul satu pagi, Kiara keluar dari bandara lalu menaiki sebuah taksi. Kening mengerut tatkala bocah ingusan yang dia lihat di pesawat tadi ikut duduk di sisinya.

Brugh.... Pintu tertutup. Anak sultan yang katanya terkenal sejagat Indonesia ini melipat kedua tangan lalu menyandarkan punggung.

"Ngapain kamu bocah?" Kiara mendorong lengan pemuda itu. Tak kenal, tapi pemuda ini terlalu agresif.

Rega menyengir. "Sudah malam, bocah kecil seperti ku pasti bahaya kalo pulang tanpa pengawasan orang tua, hehe."

"Jadi?" Sekarang Kiara tahu persamaan antara suaminya dan bocah ini, mereka sama-sama kaya dan sama-sama keras kepala.

"Jadi apa lagi? Jadi ya, aku ikut kamu saja Mbak."

Mbak? Kiara terhenyak mendengar panggilan anak ini. Ya Tuhan, bocah ini benar-benar membuat Kiara naik pitam "Sekarang turun nggak?" Usir nya.

"Nggak!" Rega membatu di joknya.

"Jadi gimana ini Neng?" Pak sopir bingung dengan pertengkaran kedua penumpangnya.

Kiara merogoh tas punggungnya, ia kemudian menyodorkan banyak uang dollar pada sang sopir. "Suruh bocah kecil ini turun saja Pak, saya akan bayar dengan banyak dollar!" Ujarnya.

Laki-laki itu terkekeh, menggeleng. "Wah, saya hanya menerima uang rupiah Neng, saya harus langsung memakainya untuk sarapan besok." Katanya.

"Hah?" Kiara terkesiap, ia baru ingat, sepeserpun Kiara tak memiliki uang rupiah. Dollar di tangannya belum sempat ia tukarkan.

Seperti tahu apa yang sedang Kiara pikirkan, Rega menyeringai, wanita bersuami itu sudah bisa dipastikan tak memiliki uang rupiah.

Bergegas Rega menyodorkan banyak uang pada pak sopir. "Ini saya saja yang bayar Pak, sekarang antar kami secara bergantian. Pertama-tama kita antar dulu Mbak jutek ini ke rumahnya, baru setelah itu Bapak antar saya." Atur nya.

"Baik Den." Sopir itu menyengir mendapatkan banyak uang dari Rega, dia yakin gepokan uang itu empat kali lipat lebih banyak dari nominal argo yang akan berjalan.

Kiara merengut, ia terdiam pasrah. Taksi itupun mulai bergerak membawa serta Kiara dan Rega pulang.

Malam sudah memasuki dini hari, Kiara juga takut jika harus keluar dari mobil dan memilih taksi lain. Setidaknya, bersama anak ingusan ini Kiara aman.

"Aku tidak mau hutang, jadi aku kembalikan uang mu!" Kiara menyodorkan gepokan dollar pada Rega.

Rega mencebik. "Sorry, Rega hanya menerima uang rupiah! Jadi kalo kau merasa berhutang padaku, kapan-kapan bayar dengan rupiah saja."

"Kapan-kapan?" Kiara menyela melotot. "Aku bahkan tidak ingin bertemu dengan mu lagi!"

Melipat tangan kembali, Rega memejamkan matanya. "Kalau begitu, simpan saja uang mu, aku sudah terlalu kaya." Katanya.

Kiara mendengus. Bocah tampan ini benar-benar menyebalkan. Rega sama seperti suaminya yang sesuka hati karena kekuatan ala crazy rich nya.

...⭕⭕⭕...

Dua hari kemudian. Sepatu hitam mengkilap itu memercikkan sinar kilatnya. Siang ini Dave Myles turun dari mobil merah gelap.

Rumah mewah bergaya minimalis modern itu milik mertua Kiara. Sebelumnya Dave mengunjungi alamat lama Kiara, dan ternyata keluarga Derry sudah pindah ke komplek perumahan baru.

Dave tersenyum kecut melihat bangunan mewah yang seharusnya menjadi milik istrinya saat ini.

Kiara benar-benar keterlaluan, ia menghamburkan uang dari Dave untuk mensejahterakan keluarga almarhum Derry.

Melangkah gagah, Dave diiringi oleh Marvin dan dua bodyguard asli pribumi. Bel telah ditekan, tak lama kemudian satu orang gadis membukakan pintu.

Terlihat, gadis cantik berusia 18 tahun itu ternganga lebar menatap lekat ketampanan seorang Dave Myles yang luar biasa gagah.

Dave membuka kacamata hitam miliknya, begitu pula dengan Marvin dan kedua bodyguard lainnya.

"Permisi." Sapa Dave.

"I-iya, cari siapa yah?" Gadis itu terbata-bata, gugup menghadapi pria setampan Dave Myles.

"Kiara! Istriku kabur dari rumah, dan aku yakin dia datang ke tempat mantan mertuanya." Dave tak lagi basa-basi.

"Kak Kiara?" Gadis itu terkesiap. Bukankah Kiara di luar negeri, kenapa pria tampan ini mencarinya ke rumah? Tapi selama beberapa hari ini, Kiara memang tidak menghubungi dirinya.

"Nona ini siapa?" Marvin menimpali hingga gadis itu beralih padanya.

"Reina, kenalkan nama saya Reina Om." Menyodorkan tangannya, Reina berujar.

Dave menyela. "Kau mantan adik ipar Kiara bukan?" Tanyanya.

Reina kembali menatap Dave. "Kak Kiara itu bukan hanya ipar saya, tapi Kakak saya Om, kami sudah seperti, ..."

"Di mana dia?" Potong Dave. "Dia pasti bersembunyi di sini!" Ketusnya.

Reina menggeleng. "Kenapa Om datang ke sini? Reina bahkan baru tahu kalau Kak Kiara lari dari rumah Om." Ujarnya polos.

"Geledah rumahnya!" Marvin menitahkan kata pada dua bodyguard. Segera dua orang kekar itu menyerobot masuk begitu saja.

Reina mendelik. "Eh, apa-apaan ini? Ini rumah ku! Rumah ibuku!" Pekiknya.

Dave menekan kuat lengan gadis itu. "Rumah yang ibumu beli dari hasil memeras istriku bukan!?" Sinis nya.

"Tapi, ..."

"Geledah sampai tersisir semuanya!" Teriak Marvin.

"Baik Tuan!"

Tanpa izin tuan rumah, Dave duduk dengan tenang di sofa ruang tamu berwarna merah muda.

Marvin ikut menggeledah rumah kosong itu. Rupanya tak ada satupun penghuni selain daripada Reina.

Reina mengikuti langkah-langkah Marvin dan dua bodyguard yang mengacaukan rumahnya. Ia berusaha menghentikan aksi bar-bar mereka.

"Tidak ada kan? Aku bahkan belum pernah bertemu dengan Kak Kiara!" Teriak Reina.

"Kosong Tuan!" Dua bodyguard keluar melapor.

"Tak ada di mana pun." Marvin menyusul.

Dave bangkit dari duduk, ia melangkah mendekati Reina yang terdiam. "Di mana makam mantan suami Kiara?"

"Mau apa Om ke sana?" Sergah Reina.

"Aku bertanya baik-baik dan jawablah secara baik-baik, atau aku ratakan dengan tanah rumah ini!" Bentak Dave.

"Tapi, ..." Reina bergetar ketakutan.

"Beritahu saja Nona." Terkekeh kecil, Marvin memangkas ucapan Reina. "Kami tidak mungkin mengacak-acak makam seseorang! Kedatangan kami ke sana hanya untuk mencari Nyonya muda saja. Mungkin saja Nyonya muda juga ke sana setelah sampai di Indonesia." Pungkasnya.

Reina terperangah, jadi cerita-cerita Kiara selama ini bukanlah kebohongan belaka, Kiara benar-benar sudah menjadi seorang Nyonya muda.

Reina menatap seksama wajah tampan Dave Myles. Alangkah beruntungnya Kiara mendapatkan suami yang kaya raya lagi tampan dan gagah seperti itu.

"Katakan di mana makam Abang mu? Aku sudah tidak punya waktu lagi! Dua bodyguard ku akan menghancurkan rumah mu!"

"Jangan Om." Reina bersuara keras tiba-tiba, ibunya akan murka jika sampai rumah kebanggaannya ini hancur. "Jangan hancurkan rumah kami, makam Abang sedikit jauh dari sini. Nanti Reina tuliskan dulu alamatnya." Ucapnya.

Segera Reina meraih secarik kertas dari dalam laci nakas berisi perlengkapan kuliahnya. Sebuah alamat ia tuliskan sebelum kemudian memberikan pada Marvin.

"Itu alamatnya Om. Dan semoga Kak Kiara cepat diketemukan." Kata Reina.

Marvin manggut-manggut. "Ok, terima kasih gadis cantik." Nyengir nya.

"Tapi tolong Om Om, jangan sampai merusak makam Abang Derry." Lirih Reina kembali.

Dave tak menggubris, dengan wajah dingin ia berpaling arah lalu mengayunkan kakinya keluar dari rumah. Marvin dan dua orang kekar itu mengikuti.

"Utus orang untuk berjaga di sekitar makam. Aku yakin Kiara akan mendatangi makam mantan suaminya." Di sela langkahnya, Dave menitahkan kata sembari menyematkan kacamata hitamnya.

Marvin mengangguk. "Beres."