Masa Remaja yang ku sebut indah dan menyenangkan. Justru membawa aku pada sebuah penyesalan.
Sebuah kebanggaan dan kesenangan sesaat tapi membuat aku kehilangan segalanya. Dia yang dengan lantang menyatakan cintanya, Ayah, masa depanku serta malaikat kecil itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vi_via, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jasmine
" Jahat ya kamu, pakai bohong segala! Untung kakak nggak mati kelelahan di jalan. " Omel Sena, saat wanita itu membantu sang adik melepaskan pernak pernik yang di pakai Della, di kamarnya.
Karena suami Della masih berada di luar, berbicara dengan kerabatnya juga tamu yang datang lebih dulu karena tidak bisa menghadirkan acara resepsi malam nanti.
" Habisnya, kakak kalau nggak digituin, nggak bakalan pulang, kasihan tante dan Daffa tahu, rindu banget sama kak Sena. Lagian kenapa sih, kakak betah banget di sana, padahal keluarga kakak itu disini." Sahut Della seraya membalas mengomeli kakak sepupunya itu.
" Kakak di sana itu kerja Della, bukan duduk, ongkang-ongkang kaki." Sahut Sena membuat wanita itu tertawa.
Namun sedetik kemudian dia membalas ucapan Sena." Aku juga tahu kalau kak Sena itu kerja, bukan ongkang-ongkang kaki! Tapi apa nggak bisa kakak kerja di sini saja, Aku yakin rumah sakit disini akan langsung menerima kakak tanpa banyak berpikir, saat melihat nilai serta pengalaman kerja kakak."
Sena tahu, saat ini Della sedang membujuknya, tapi untuk menetap serta mencari pekerjaan disini apa lagi di Jakarta rasanya dia belum siap untuk itu.
" Kak kok diam?" Panggil Della, membuat wanita itu sedikit terkejut namun sedetik kemudian dia dapat menguasai perasaannya lagi." Kakak mikirin apa sih?"
" Nggak ada kok, cuma lagi mikir kerjaan aja." Jawabnya berkelit. Dan Della yang tengah memunggungi Sena pun tidak menyadari kalau wanita itu sedang menghindari pembicaraan itu.
" Oh iya! Kak malam nanti, kakak ikut kita kan? " Tanya Della saat teringat acara resepsinya.
" Della, kakak nggak bisa, kakak capek banget! Mau istirahat, kamu tahu sendirilah kakak baru sampai dan membutuhkan istirahat." Bujuk Sena, pada akhirnya wanita itu mengalah dan tidak memaksa kakaknya.
Dan tepat jam satu siang seluruh keluarga menuju hotel kecuali Sena dan Daffa. Anak itu menolak ikut karena ingin menjaga Kakaknya, awalnya Ningsih pun ingin menemani Sena juga, namun Sena menolak dan meminta mamanya untuk ikut karena tidak enak hati dengan paman dan bibinya. Ningsih pun pada akhirnya, menurut saja.
Setelah semua orang pergi, Sena bergegas membersihkan dirinya kemudian beristirahat. Sementara si kecil Daffa, hanya diam dan memperhatikan apa yang di lakukan kakaknya, hingga Sena tertidur karena kelelahan, melihat hal itu! Daffa tidak menganggu sedikit pun, dia justru naik ke atas ranjang Sena dan berbaring di samping wanita itu.
Mata Daffa tidak tertutup. Dia saat ini fokus menatap wajah sang kakak yang tengah tertidur lelap, sesekali dia senyum-senyum sendiri. Menyentuh bulu mata lentik Sena atau bermain dengan rambutnya.
Sena yang kelelahan pun tidak terganggu dengan semua itu. Hingga Daffa pun ikutan tertidur sambil memeluk tangan Sena.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Drrrthtt... Triitingg.. Ting..
Dering panjang dari ponselnya, membuat tidur Sena terusik. Walaupun wanita itu terlihat begitu enggan untuk membuka kedua matanya, namun pada akhirnya di membuka matanya juga.
Kepala Sena terasa begitu berat namun dia tetap memaksakan diri untuk bangun. Kemudian mencari letak ponselnya yang masih berada di dalam tas.
Setelah melihat id penelepon, Sena pun memutuskan untuk menjawab panggilan itu. " Halo Anara! Kamu dimana? Aku sudah berada di depan pintu apartemen kamu dan kamu tidak kunjung membukanya, jariku bahkan sudah lelah terus menekan bel, kamu telat sedikit saja aku yakin security akan datang dan mengusir aku dari sini," Sena menjauhkan ponselnya saat mendengar Omelan wanita yang beberapa tahun belakangan ini menjadi temannya itu.
Wanita itu bernama Jasmine, keduanya berkenalan saat sama-sama mengambil Spesialis." Maaf Jasmine, aku tidak di Bukares, tapi di Indonesia!"
" Apa? Secepat itu, oh tuhan Anara kau gila." Jeritnya membuat Sena kembali menjauhkan ponsel itu dari telinganya, sebelum dia benar-benar membutuhkan dokter THT.
Entah kenapa wanita yang selalu berbicara dengan nada tinggi itu bisa menjadi dokter kardiologi, sedangkan nada bicaranya saja bisa membuat pasiennya segera bertemu sang pencipta.
" Sorry aku tidak sempat memberi tahu kamu! Mama aku sakit, aku harus segera pulang untuk melihatnya." Jelas Sena. Wanita di seberang sana pun, hanya bisa mengangguk mengerti walaupun Sena tidak dapat melihatnya.
" Semoga mama kamu cepat sembuh." Ucap Jasmine tulus.
" Terima kasih. Oh iya! Kenapa kamu mencari ku?" Tanya Sena.
" Astaga aku sampai lupa. Aku punya kejutan untuk kamu, tapi tebak kejutannya apa?" Sena langsung merotasi-kan bola matanya. Karena wanita itu selalu, Seperti ini.
" Aku menyerah, sebaiknya kamu katakan saja." Ucap Sena pada akhirnya.
" Baiklah, kamu jangan kaget ya." Sena mendengus karena temannya itu terlalu berbelit-belit. "Salah satu rumah sakit, terkenal di Jakarta, ingin merekrut dokter dari rumah sakit tempat kita berkerja, kamu tahu sendiri kan, dokter-dokter di sini tidak perlu di ragukan kemampuannya." Jasmine sengaja mengjeda ucapannya, sementara Sena mulai khawatir, entah untuk apa. Namun dia menunggu wanita itu menyelesaikan ucapannya.
" Dan dokter Albert merekomendasikan lima dokter, termasuk aku dan kamu! Dokter Albert meminta aku untuk memberitahu kamu untuk mengirim lamaran sebagai formalitas. Tapi aku sengaja tidak memberitahu kamu dan membuat lamaran kamu lalu mengirim nya bersama dengan lamaran aku." Jelas Jasmine membuat Sena lemas tak bertulang, sungguh berita yang sangat mengejutkan.
" Tapi bagaimana bisa kamu mendapatkan berkas-berkas ku Jasmine?" Tanya Sena, nada suaranya terdengar mulai tidak bersahabat.
" Kamu ingat aku pernah meminta berkas-berkas mu, untuk melihat kesamaan nilai kita waktu itu. Dan saat itu juga kamu sempat meninggalkan aku ke minimarket_" Tidak ingin mendengar penjelasan lebih lanjut dari Jasmine wanita itu langsung mengakhiri panggilan itu begitu saja.
Bahkan saat Jasmine beberapa kali mencoba menghubunginya, Sena tak menjawab dan memilih menonaktifkan ponselnya.
Karena apa yang dia dengar itu bukan sebuah kejutan sama sekali.
Sena pun bergegas mengambil laptopnya untuk mengecek apa yang di katakan Jasmine barusan. Dan benar saja ada beberapa email yang masuk. salah satu Rumah sakit yang di maksud Jasmine, dokter Albert dan rumah sakit tempat dia bekerja.
Oh tuhan sungguh sebuah kebetulan yang sangat tidak Sena ingin terjadi.