NovelToon NovelToon
Ditalak Sebelum 24 Jam

Ditalak Sebelum 24 Jam

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Patahhati / Nikahmuda / Cintapertama / Tamat
Popularitas:35.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Apa yang kamu rasakan, jika pernikah impian yang kamu gadang gadang akan menjadi first and last marriage, ternyata hanya bertahan kurang dari 24 jam?

Kenyataan pahit itulah yang sedang dirasakan oleh Nara. Setelah 8 tahun pacaran dan 6 tahun dilalui secara LDR, Akhirnya cintanya dengan Abi berlabuh juga di bahtera pernikahan.

Kejadiaan memilukan itu mempertemukan Nara dengan pemuda bernama Septian. Pikirannya yang kacau membuatnya tak bisa berpikir logis. Dia menghabiskan waktu semalam bersama Septian hingga mengandung janin dari pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

USAHA MENGAMBIL HATI

Saat Nara bangun, dia merasakan ada sebuah lengan kokoh yang memeluk pinggangnya. Dengan gerakan pelan, dia memindahkan lengan tersebut lalu membalikkan tubuhnya menghadap Septian.

Nara menatap wajah yang masih terlelap itu. Tanganya perlahan bergerak untuk menyentuh rambut dan rahang kokoh milik Septian. Benar benar wajah yang sempurna. Sangat rupawan dan menyenangkan dipandang mata.

Nara buru buru menarik tangannya dan memejamkan mata saat Septian melenguh dan sedikit bergerak. Tapi ternyata, pria itu tak bangun, membuat Nara kembali membuka mata. Nara melihat jam, ternyata sudah lumayan siang. Dia ada jadwal mengajar hari ini. Memang sengaja tak ambil cuti karena tak ingin orang orang tahu dia menikah.

Akan lucu rasanya jika orang tahu baru kemarin dia menikah, tapi tiga bulan kedepan, perutnya sudah segede gaban.

Lebih baik orang orang di kampus tak tahu kapan dia menikah. Saat perutnya sudah membesar, dia baru akan jujur jika sudah menikah. Dan semoga saja, mereka tak bertanya, kapan dia menikah.

"Sep, bangun Sep." Nara mengguncang lengan Septian agar suaminya itu bangun.

Septian membuka matanya perlahan dan melihat Nara yang sudah berpakaian rapi.

"Kamu mau kemana Ra?"

"Kampus. Aku aja jadwal hari ini."

"Loh, kamu gak ambil cuti? Masak kemarin nikah, sekarang udah kerja?"

"Aku gak ambil cuti."

"Oh... " Septian tampak kecewa. Sepertinya pernikahan ini memang tak terlalu penting buat Nara. Makanya dia tak ambil cuti.

"Maaf untuk semalam, aku__"

"Iya gak papa."

"Kamu denger semua yang aku omongin semalam? Jadi bener dugaanku, kamu cuma pura pura tidur?"

Nara Merutuki kebodohannya sendiri. Harusnya dia diam saja dan mendengarkan Septian bercerita. Tapi malah keceplosan, sial.

"A, ku harus segera kekampus." Nara buru buru mengambil tasnya yang ada diatas meja rias.

"Aku anterin ya."

"Gak usah, aku buru buru."

"Tungguin, bentar doang. Aku juga sekalian mau ketemu Pak Yuda bentar lalu ke coffee shop. Barista yang Shift siang libur hari ini, jadi aku yang gantiin. Nanti aku mulai kerja jam 10."

"Gak usah, entar jadi gosip kalau ada yang lihat kita berangkat bareng."

"Emangnya kenapa?" Septian mengernyit bingung. Bukankah tak ada masalah jika mereka menikah. Sudah sama sama dewasa dan single.

"Aku gak mau mereka tahu dulu."

"Kenapa?"

"Ya... pokoknya gak mau."

"Malu punya suami aku?" Tanya Septian sambil tersenyum getir.

"Bukan gitu Sep. Aku cuma__"

"Gak masalah apapun alasannya. Aku ikut saja apa kemauan kamu. Ya udah Cepetan berangkat, ntar telat." Septian beranjak dari ranjang lalu menuju kamar mandi.

...****...

Sepulang kerja, Septian mampir sebentar untuk membeli martabak. Rasanya ingin sekali kali membawa oleh oleh saat pulang. Kebetulan juga sedang magrib. Jadi sambil menunggu martabak, sekalian sholat dulu dimasjid terdekat.

Dia sampai dirumah tepat jam makan malam. Tampak Nara dan kedua orang tuanya sedang makan di meja makan.

"Baru pulang Sep?" Tanya Tiur yang melihat Septian datang.

"Iya mah." Septian mencium punggung tangan mama dan papa Nara lalu mendekat kearah Nara.

"Mau langsung makan?" Tanya Nara.

"Aku mandi dulu aja. Oh iya, tadi aku mampir beli martabak." Septian meletakkan bungkusan kresek berisi sekotak martabak diatas meja makan.

"Lain kali gak usah buang buang uang untuk beli yang gak penting. Udah banyak makanan dirumah. Mending ditabung uangnya. Gaji kamu juga paling gak seberapa."

Jleb

Ucapan papa Nara langsung menusuk kehati Septian. Keinginannya untuk mengambil hati orang tua Nara, malah berujung seperti ini.

Nara menghentikan makannya. Dia mendongak untuk menatap wajah Septian yang berdiri disampingnya. Takut Septian tersinggung.

"Iya Pah." Septian lalu meninggalkan meja makan menuju kamar Nara.

"Lain kali jangan bicara seperti itu Pah. Takut Septiannya tersinggung. Apalagi pakai bawa bawa gaji segala." Tiur mengingatkan.

"Biar dia tahu diri. Tahu dimana tempatnya. Dengan begitu, dia gak akan macam macam sama Nara. Syukur syukur kalau hatinya terbuka untuk berusaha lebih keras lagi dalam mencari uang."

Nara buru buru menyelesaikan makannya dan menyusul Septian kedalam kamar. Tapi saat dia sampai dikamar, Septian sedang mandi.

Nara mondar mandir dikamar. Sibuk memikirkan kata kata apa yang tepat untuk dia ucapkan pada Septian sebagai permintaan maaf gara gara ucapan papanya.

"Ra."

Nara kaget saat Septian tahu tahu udah keluar dari kamar mandi.

"Udah selesai makannya?"

"Udah."

Septian tiba tiba berjongkok didepan Nara. Membuat wanita itu bingung.

"Anaknya ayah udah kenyang belum?" Ujar Septian sambil mengusap perut Nara. "Sehat sehat ya didalam. Ayah sayang banget sama kamu. Sama mamanya juga." Lanjut Septian sambil mendongak keatas menatap wajah Nara yang tiba tiba blushing.

Nara memalingkan wajahnya kearah samping. Dia malu, karena yakin wajahnya memerah saat ini.

"Ka, kamu gak makam Sep?" Nara berusaha mengalihkan pembicaraan untuk mengurangi rasa gugup yang tiba tiba datang.

"Iya nih, lapar banget." Jawab Septian sambil berdiri dan mengusap perutnya. "Aku kebawah dulu ya." Septian mengusap puncak kepala Nara lalu keluar kamar.

Nara membuang nafas kasar. Berusaha menetralisir detak jantung yang berpacu karena ulah Septian. Akhir akhir ini, Septian selalu sukses membuat dia jantungan.

...*****...

Sudah tak ada orang dimeja makan saat Septian turun. Hanya tinggal bik Surti yang sedang membereskan meja.

"Mau makan Den?" Tanya Bik Surti yang melihat kedatangan Septian.

"Iya bik."

"Ya udah, kalau gitu saya ambilin lauk lagi. Sebagian sudah saya bawa kedapur tadi."

"Gak usah bik. Ini aja udah cukup kok."

Septian menarik kursi lalu duduk. Saat dia ingin mengambil nasi. Pandangannya tertuju pada sesuatu yang tadi dia bawa. Septian membuka kotak yang masih rapi terbungkus kantong keresek. Ternyata masih utuh, tak ada yang mau menyentuhnya.

Hatinya terasa tercubit. Mungkin memang salah dia. Makanan pinggir jalan seperti ini jelas bukan levelnya keluarga Nara.

"Bik." Panggil Septian saat Bik Surti hendak kembali kedapur.

"Ini buat bibi sama mang Dadang. Kalau gak habis, bagiin ke sekuriti didepan." Septian menyodorkan keresek berisi martabak pada Bik Surti.

"Makasih banyak Den." Sahut Bik Surti dengan wajah sumringah sambil meraih martabak dari tangan Septian. Itulah bedanya orang kaya dan orang biasa. Orang biasa akan lebih menghargai pemberian walaupun tak seberapa.

"Sama sama bik."

Septian lalu mengambil nasi dan lauk seadanya.

Tak lama kemudian Nara turun. Dia mencari martabak yang tadi dibeli Septian.

"Aku kasiin bik Surti. Kirain kamu gak mau." Ujar Septian.

Nara mendengus lalu menuju dapur untuk mencari Bik Surti. Tapi terlambat, Bik Surti udah bagiin ke pos satpam.

"Kenapa?" Tanya Septian yang melihat Nara datang dengan wajah ditekuk.

"Udah dimakan sama Bik Surti dan dibagiin ke security depan."

"Maaf ya, tadi masih utuh saat aku kesini. Jadi aku pikir kamu tadi gak mau."

"Kamu itu beliin martabak buat aku apa bik Surti sih?" Nara mendengus kesal.

"Maaf, maaf." Septian mengusap lembut puncak kepala Nara. "Sebagai gantinya, gimana kalau kamu aku ajak jalan jalan. Pacaran, kita kan gak pernah pacaran."

"Pacaran?" Nara mengernyit bingung.

"Iya, pacaran. Mau nggak aku ajak pacaran?"

Nara menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyum. Tak bisa dipungkiri, hatinya berbunga bunga saat ini. Rasanya seperti abg yang mau diajak kencan untuk pertama kali.

"Mau nggak?"

Nara mengangguk sambil tersenyum.

1
Kristina Sihmirmani
👍👍
Jetva
bisa aza si mbok🤣🤣🤣sakit ampe kejang perut aq saking nahan tawa tengah mlm...🤣🤣🤣
Jetva
sakit perut aq🤣🤣🤣🤣🤣
Jetva
2 TAHUN BUKAN 2 JAM...TIAPA HARI BERTEMU DAN KESEMPATAN ARUMI JD DEKAT DGN PUJAAN HATI YG JELAS" DIA TAU N PAHAM KLO ITU TUNANGAN SAHABATX..TP DIA TEGA MEMBUKA PAHA BUAT TUNANGAN SAHABATX....DI NOVEL MUNGKIN MEMAAFKAN TP REAL LIVE GA ADA YG GA SAKIT HATI DGN PENGHIANATAN MODEL ARUMI ABI...SEKEDAR SELINGKUH MUNGKIN MSH BS DIMAAFKAN. TP BERZINAH..??
Jetva
apapun itu..Arumi harus sadar diri.....selingkuh itu 2 org yg berperan...jika Abi mengetuk pintu, jangan dibuka..kamu tau itu pacar/tunangan sahabatmu...tp kamu membuka pintu dgn lebarx hingga Abi bebas masuk bahkan kalian berzinah berulang x saking nikmatx perzinahan itu...jika Abi mulai bosan, ya jgn salahkan Abi juga. barang rampasan itu ga abadi n ga kerasa nyaman...bahkan kalian dgn entengx meninggalkan Nara di Rooftop hanya krn takut ancaman Arumi yg mau bunuh diri...Abi laki" pecundang...Nara yg beruntung...
Fitri Hanida
kak ga mau di terbitkan novelnya?
pengen beli bukunya😭
Vera Wilda
Terima kasih Thor ❤️❤️❤️
Vera Wilda
Selamat menempuh hidup baru shaila dan Diego ….
Vera Wilda
Nah tuh pikirin Shaila tuh , kasihan tuh diego udah berusaha untuk kamu
Vera Wilda
Saya dukung kamu Arumi pisah dg Abi, untuk Nara klo kamu masih dendam sm Arumi berarti kamu masih cinta sama Abi, apa kamu blm move on dr Abi ?
Vera Wilda
Mama nya diego baik juga …
Vera Wilda
Kamu salah juga septian , langsung main tampar, liatin bekas luka2 kamu, trus apa salah nya kamu wa nara ….
Orang tua mana yg gak sakit anaknya d tampar
Vera Wilda
Mending setelah ini kamu lepaskan Abi Arumi , masih banyak laki2 yg tulus mencintai dan menerima kamu apa adanya, cari kerja bangun kembali kehidupan mu …..
Vera Wilda
Kasihan sama Arumi sebenarnya
Vera Wilda
Nenek gak punya akhlak , setiap ibu pasti ingin anak yg d lahirkan sehat dan tidak kurang satu apapun…. Nenek udah tua tp pikiran masih cetek , tobat nek … 😏
Vera Wilda
Ada2 aja ya masalahnya setiap hari 😁😁😁
Sadiqah: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Vera Wilda
Jujur kamu Ra , telpon Nova , jangan diem aja giliran septian kamu suruh jujur 🤔
Vera Wilda
Lagian elu bu main emosi aja , bukannya d tanya baik2 dan tunggu septian biar dia yg jelasin 😏😏😏
Vera Wilda
Bener td respek sama Nara , tp setlah dia memberikan kehormatannya dg sadar pd laki2 yg baru d kenal nya dan laki2 itu lebih buruk lagi dr Abi , laki2 y sudah biasa tidur dg perempuan2 mana pun jd gak respek dg Nara karena kebodohannya …
Vera Wilda
Lebih menyedihkan lagi kamu ternyata Nara dr pada Arumi 😁, awal nya simpati sama kamu karena d khianati oleh suami dan sahabat, tp setelah kamu obral keperawanan mu , ternyata kamu sama aja dg Arumi tp lebih parah sich dg Arumi , kamu malah dg laki2 yg kamu temui d jalan tanpa kamu tau siapa dia. Udah kayak perempuan psk 😁 maaf ya …
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!