Ini kisah Alexa Hutama, seorang anak haram yang selalu mendapat tatapan kebencian dari keluarga ayahnya, Anggara Hutama. Tidak sampai di situ, kisah cinta Alexa pun tidak pernah mulus. Dihianati kekasih dan adiknya sendiri. Membuat Alexa yang penurut dan pendiam menjadi sosok berani dan liar. Apalagi setelah pertemuanya dengan seorang CEO dingin dan arrogant. Pria dewasa yang hanya ingin tubuhnya. Apa Alexa akan tetap bertahan? Pada hati yang selalu membuatnya sakit? Atau justru membuat Austin menyesali sikap acuhnya selama ini, begitu Alexa memutuskan hilang dari dunia ini dengan cara bunuh diri. Menceburkan diri dari kapal pesiar ketika hari pernikahannya. Cekidot. Baca juga novel Sept yang lain;
Rahim Bayaran
Menikahi Majikan
Dea I Love you
Istri Gelap Presdir
Suamiku Pria Tulen
Follow juga IG Sept yaa... yuk kenalan sama penulisnya.
Instagram ; Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berselimut Luka
Wanita Pilihan CEO Bagian 29
Oleh Sept
Rate 18 +
"Mengapa Papa begitu terkejut? Apa ada yang papa sembunyikan dari Alexa?" tanya Alexa dengan begitu tenang. Ia duduk di depan sang papa dengan ekspresi sama dinginnya.
"Apa rencanamu? Bukannya selama ini kamu tidak tertarik dengan perusahaan. Lagi pula Papa tahu, ini bukan bidangmu. Cepat pulang, berhenti main-main. Teruskan saja hobimu. Papa akan dukung."
Tuan Anggara sepertinya sedang membujuk Alexa dengan halus. Ia tidak suka putrinya yang tidak tahu apa-apa itu ikut campur dalam perusahaan.
"Ada apa dengan Papa? Mengapa Papa takut Alexa ikut campur di perusahaan ini? Setahu Alexa, Alexa punya hak atas perusahaan ini."
"Alxea cukup! Kamu tidak tahu apa yang kamu katakan. Berhenti ikut campur dengan masalah perusahaan ... atau kamu ingin gallery seni sendiri? Papa akan buatkan. Tapi jangan ikut campur dalam masalah bisnis ini."
"Terlambat! Alexa rasa sudah tidak tertarik. Mungkin Alexa mulai serakah."
Gadis itu tersenyum tipis pada papanya. Membuat sang papa tambah semakin pusing.
"Jangan keras kepala seperti ibumu," ucap tuan Anggara kemudian.
Seketika wajah Alexa langsung panas, matanya terasa perih.
"Aku putrinya, aku akan sama sepertinya!"
"Lexaaa!!!"
Keduannya pun saling menatap, sebuah tatapan yang sulit untuk digambarkan. Tatapan benci, kecewa, sedih dan juga rindu.
"Kamu harus sadar posisimu," suara tuan Anggara terdengar lirih tapi menusuk.
"Apa karena aku anak haram?"
Suasana langsung dingin, baik tuan Anggara ataupun Alexa, mereka sama-sama membisu.
"Baguslah kalau kamu mengerti," ucap tuan Anggara dengan tatapan kosong. Ia tidak berniat mengatakan itu, hanya saja bila membiarkan Alexa ke perusahaan. Maka, anak itu akan mendapat banyak hal buruk.
Seluruh penjuru negri tahu, siapa Alexa tersebut. Bagi Tuan Anggara, menyembunyikan Alexa dari permukaan jauh lebih baik. Sebab pandangan miring akan Alexa akan sedikit berkurang.
Sedangkan Alexa, ia nampak terluka. Ia merasa benar-benar tidak diharapkan di dunia ini. Kecewa, ia memutuskan pergi dari sana.
Alexa yang merasa tertolak di mana-mana, memilih mengendara tanpa arah. Menyusuri jalan demi jalan hingga langit mulai gelap.
Tidak mau pulang, tidak mau menemui Austin. Akhirnya ia berakhir di sebuah klab malam bersama Jessy.
"Ya ampun, apa yang terjadi. Kamu kenapa?"
Jessy buru-buru duduk saat Alexa menelpon dirinya.
"Aku traktir, kamu mau apa ... ambil!" ucap Alexa yang sudah mulai mabuk.
"Ayo pulang, aku nggak mau jadi sasaran kemarahan Austin. Nanti aku yang dikira bawa kamu ke sini." Jessy menarik lengan Alexa dengan paksa. Namun, Alexa malah memegang erat kursi di sebelahnya.
"Jangan aneh-aneh, Lexaaa!!! Cukup sekali Austin mau mencingcangku."
"Ihss ... lupakan pria brengsekkkk itu!"
"Kalian gak ribut, kan?"
"Jangan bahas pria sialllaannn tersebut!" Alexa mulai merancau.
"Astaga! Kali ini apa lagi yang kalian ributkan?"
"Aku bilang jangan bahas dia lagi!" teriak Alexa kemudian menaruh wajahnya di atas meja.
Tubuhnya bergetar, dan Jessy tahu bahwa temannya itu sedang menangis.
"Ish ... sialannn Austin!" batin Jessy.
Ikut kesal karena melihat temannya menangis, Jessy akhirnya menghubungi Austin.
"Selesaikan masalah kalian baik-baik, jangan ..."
"Di mana dia?"
Jessy tertegun, belum selesai bicara Austin langsung memotong begitu saja.
"Hallo!! Kirim alamatnya!"
Tut Tut Tut
"Ish ... kalian ini!" gerutu Jessy sembari mengirim alamat mereka.
***
Setelah menunggu setengah jam lebih, akhirnya Jessy merasa lega. Dilihatnya pria itu berjalan mendekat.
"Heiii ... mau dibawa ke mana?" cegah Jessy saat melihat Austin membopong tubuh Alexa yang sudah pingsan begitu saja. Bersambung.
tapi dulu dia jahat juga.....rasain aja ....