Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Tertangkap
Modal nekat Valeria kabur lewat jendela. Dengan sangat hati-hati, wanita itu membuka perlahan jendela. Ia mulai keluar dari sana perlahan, nafasnya berhembus pelan menatap di bawah sana yang jaraknya begitu dalam. Tapi ia harus melakukannya, agar bisa kabur dari tempat ini.
Saat jarak sudah hampir sampai di bawah. Valeria memutuskan untuk meloncat dari ketinggian yang menurutnya tidak seberapa. Perkiraannya salah, ia kira kedalaman yang ia lihat tidak akan membuatnya kenapa-napa. Tapi saat ia memutuskan meloncat dan sampai di bawah, kakinya terkilir. Membuat Valeria jatuh terduduk meringis memegangi pergelangan kakinya.
"Akhh! Sakit." Ringis Valeria, tangannya mengusap pergelangan kaki. Sembari matanya menatap ke atas, masih tidak menyangka jika dirinya bisa sampai bawah dengan selamat. Walau kakinya yang menjadi korban.
Saat akan bangun, rasa nyeri Valeria rasakan. Ia kesusahan berdiri. Sampai ia kembali duduk dan terbengong sejenak.
"Bagaimana caraku untuk berjalan jika kakiku terasa sakit seperti ini?" Valeria kebingungan dengan keadaannya.
"Perketat penjagaannya. Jangan sampai Tuan Raffaele marah jika terdapat sebuah kesalahan!" Seru salah seorang bertubuh besar penjaga Mansion Raffaele.
Valeria mendengar suara itu jadi ketakutan. Takut jika dirinya tertangkap basah telah berusaha melarikan diri. Sekuat tenaga Valeria mencoba untuk memaksa kakinya yang sedang sakit. Ia harus menahan sakit dan akhirnya ia bisa bergerak sedikit demi sedikit menjauh dari Mansion Rafael.
"Aku harus bisa keluar dari gerbang itu. Tapi bagaimana caraku mengelabuhi para penjaga itu agar tidak berada di sana lagi?" Gumam Valeria, kemudian ia menemukan sebuah cara ketika pandangannya menemukan batu yang berukuran sedang di sampingnya berdiri.
Wanita itu sedikit membungkuk mengambil batu tersebut. Lalu mengarahkannya ke vas bunga di depan sebuah ruangan yang terlihat aneh itu.
Prang!
"Suara apa itu?" Ucap para penjaga gerbang. Valeria menyembunyikan diri.
"Jangan-jangan wanita yang di dalam berusaha kabur! Ayo cepat kita lihat!" Balas yang satunya, hingga mereka meninggalkan gerbang tersebut menuju ke sebuah ruangan yang terdapat sumber suara tadi.
Hal tersebut digunakan dengan sebaik mungkin oleh Valeria untuk bisa keluar. Sekuat tenaga mengabaikan kakinya yang sudah hampir membengkak sekarang ini. Ia terus melangkah hingga menjauhi Mansion Raffaele. Sesekali di setiap langkahnya, ia akan menoleh ke belakang. Melihat apakah ia ada yang mengikutinya. Namun untungnya tak ada, jadi ia bisa bebas kabur.
"Kalian bagaimana bisa lengah begini?! Cepat cari dia sampai ketemu! Aku yakin dia masih ada di sekitar sini, tidak akan mungkin bisa keluar dari sini semudah itu." Raffaele begitu marah saat kepulangannya langsung diberi kabar jika Valeria kabur.
BRAK!
Gebrakan di meja begitu nyaring saking kerasnya. Sorot matanya menyala tajam. Rahang yang semakin mengeras dan kepalan tangannya yang membuat buku tangannya memutih.
"Kamu tidak akan pernah bisa semudah itu lari dariku Valeria. Kamu akan terkurung di sini sampai aku puas menyiksamu." Ucap Raffaele dengan kemarahan yang sudah membumbung di hatinya.
Raffaele ikut dalam pencarian, mereka mensyukuri wilayah Mansion dan setiap jalan bahkan di dalam hutan juga. Tanpa ada lengah sedikitpun untuk mendapatkan Valeria kembali.
"Berhenti di sini!" Titah Raffaele ketika matanya tak sengaja melihat seklebatan seorang wanita berjalan tertatih di balik pepohonan besar itu.
Sudut bibir Raffaele terangkat. Ia tahu jika wanita itu tak akan pernah bisa semudah itu keluar dari wilayahnya ini.
"Tuan mau kemana?" Tanya Gilbert yang saat ini menjadi sopirnya.
"Menangkap kelinci kecilku." Jawab Raffaele.
Tangannya membuka pintu mobil. Lalu melangkah ke arah pohon besar tersebut. Sebisa mungkin ia tak menimbulkan suara dalam langkahnya.
Di dalam mobil Gilbert memperhatikan atasannya tersebut. Ia sudah sangat hapal jika seorang Raffaele menginginkan sesuatu, itu harus didapatkan.
Gilbert hanya sekilas pernah melihat rupa si wanita yang saat ini sedang di cari oleh atasannya tersebut. Memang cantik, dan masih sangat muda. Sembilan belas tahun, dan harus menghadapi kemarahan sebuah dendam seorang pria dewasa. Tak tanggung-tanggung, yang harus wanita itu hadapi adalah Mafia yang kejam.
"Kamu akan sangat sulit bebas." Ucap Gilbert lirih.
...****...
Di balik pohon, detak jantung Valeria berpacu dengan sangat cepat. Ia tadi sempat melihat sebuah mobil melintas. Tak mau ketahuan, ia lantas bersembunyi. Takut jika mobil tersebut milik pria kejam itu.
Valeria terus berdoa, meminta agar Tuhan memberikan pertolongan kepadanya untuk kali ini. Karena hanya itu yang bisa dirinya lakukan.
"Ya Tuhan tolong aku kali ini." Gumam Valeria, kedua tangannya ditangkupkan memohon pertolongan.
Raffaele sudah berada di sisi pohon yang sama dengan keberadaan Valeria sekarang ini. Pria tersebut tersenyum miring. Menertawakan permintaan tolong Valeria yang sedang memohon pada Tuhan.
Pria tersebut melipat kedua tangannya di depan dada. Sembari sisi tubuhnya bersandar pada pohon.
"Tapi sayangnya Tuhan tidak berpihak padamu lagi. Tuhan tidak akan berpihak pada sebuah keluarga yang salah." Suara berat dan dingin Raffaele terdengar.
Secara otomatis Valeria menoleh ke samping. Dan menemukan pria kejam di dekatnya. Refleks Valeria memundurkan dirinya tertatih.
Keadaan Valeria tersebut diperhatikan Raffaele. Pria itu melihat ke bawah, di mana kaki Valeria sudah bengkak dan sedikit membiru. Lalu tak lama ia berdecih, mengejek keadaan wanita di depannya ini.
"Mau kabur? Mau aku beri kesempatan untuk kabur dariku?" Ucap Raffaele menantang.
Valeria tampak tidak percaya dengan perkataan yang ditawarkan oleh Raffaele. Terlihat pada sorot matanya yang masih sangat waspada akan keberadaan Raffaele di depanya.
"Aku tidak berbohong. Aku akan memberikan kesempatan untuk dirimu lari dari hadapanku saat ini." Kembali Raffaele mengulangnya.
"Bohong! Kamu pasti cuma berbohong!" Balas Valeria.
"Larilah dariku saat ini. Aku berikan waktu sampai sepuluh menit kamu menghilang dari pandanganku." Kata Raffaele. Dan Valeria masih tak beranjak.
"Masih tidak mempercayai ucapanku? Kamu boleh mencobanya. Waktunya dimulai dari sekarang."
"Tapi jika sampai sepuluh menit aku masih bisa melihatmu, aku akan menangkapmu dan jangan harap bisa kabur lagi dariku. Karena aku akan melakukan yang lebih kejam dari kemarin." Lanjut Raffaele penuh ancaman.
Valeria menggeleng, ia tak mau berada di bawah tekanan Raffaele. Ia harus bisa pergi jauh secepatnya dari pria tersebut. Tanpa menunggu waktu lagi, Valeria memaksakan kakinya untuk berari. Dengan ringisan kesakitan yang ia rasakan, Valeria tak mempedulikannya.
Wanita tersebut tetap berlari menjauh. Sedangkan Raffaele menunggu di bawah pohon yang sama. Matanya menyorot tajam tak beralih dari punggung kecil yang sedang melarikan diri itu. Sesekali memperhatikan arloji mewah di tangannya.
"Lari sekuatmu. Dengan kaki seperti itu, maka aku akan dengan mudah menemukanmu lagi." Ucap Raffaele, ini sudah berlangsung lima menit. Dan pria tersebut mengikuti langkah Valeria dengan berjalan santai.
"Kenapa dia mengikutiku juga? Ini belum ada sepuluh menit aku berlari. Dia sungguh curang sekali." Di tengah kegelisahannya itu, Valeria tetap berusaha berlari.
"Satu..." Raffaele mulai menghitung mundur di setiap langkahnya.
"Dua..."
"Tiga...!"
Langkah lebar dan cepatnya itu berlari mengejar wanita yang ikut mempercepat larinya. Valeria menangis sembari berlari. Takut jika tertangkap lagi oleh Raffaele.
Jaraknya dengan pria itu sudah hampir dekat. Andai saja kakinya tak terkilir, ia pasti sudah bisa berlari menjauh. Tapi sialnya, wilayah ini benar-benar asing baginya. Sudah berjalan sejak tadi, ia tak kunjung bisa keluar dari sini, semua dikelilingi hutan. Tempat macam apa sebenarnya ini?
Tarikan di tangannya dari arah belakang membuat tubuhnya berbalik dan langsung merasa melayang di udara. Bagaimana tidak? Raffaele langsung mengangkat tubuh Valeria seperti sebuah karung.
"Turunkan aku! Kamu curang, kamu menipuku!" Valeria berontak di gendongan Raffaele. Memukuli punggung pria tersebut.
"Aku tidak menipumu, semua sesuai kesepakatan. Kamu saja yang larinya tidak becus. Sekarang, waktunya kamu menantikan hukumanmu karena sudah berani kabur dariku." Ujar Raffaele.
Bugh!