NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rheaaa

Lyra tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia percayai telah mengkhianatinya sebulan sebelum pernikahannya.

Alih-alih membelanya, ibu tirinya justru memilih untuk menikahkan tunangannya dengan kakaknya sendiri dan menjodohkannya dengan Adrian— seorang pria yang tak pernah ia tahu.

Namun, di tengah huru hara itu Adrian justru menawarkan padanya sebuah kontrak pernikahan yang menguntungkan keduanya. Apakah Lyra dan Adrian akan selamanya terjebak dalam kontrak pernikahan itu? Atau salah satunya akan luluh dan melanggar kontrak yang telah mereka setujui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Sebelum menyalakan mesin mobil, Lyra kembali mengecek ponselnya. "Dia tidak mengabariku sama sekali," gumam wanita itu lalu melempar ponselnya ke kursi penumpang di sebelahnya.

Tangannya meraih kunci yang telah tertancap dan memutarnya, membuat mesin mobil menyala seketika. Kakinya segera menginjak pedal gas sedangkan tangannya sibuk memutar kemudi mobil.

Di perjalanan, jalanan sore sudah tampak lengang. Lyra kembali menurunkan kaca jendelanya, membiarkan kehangatan dari matahari sore memenuhi mobilnya.

Lampu lalu lintas berganti hijau. Dengan tenang, Lyra menekan pedal gas, membuat mobilnya merayap maju meninggalkan zebra cross di hadapannya.

Namun dari arah kiri, terdengar raungan mesin mobil yang memecah keheningan. Suara itu datang terlalu cepat, bahkan terlalu liar. Dalam sepersekian detik, Lyra sempat menoleh. Matanya membelalak, melihat mobil lain datang ke arahnya, pupilnya semakin membesar.

Waktu seakan melambat, sebelum akhirnya

Braaakkk!!!

Benturan keras menghantam sisi kiri mobil Lyra. Tubuh wanita itu terhempas ke samping, bahunya menghantam pintu, namun sabuk pengaman yang ia kenakan menjerat dadanya hingga sesak. Suara kaca pecah meledak di kupingnya, serpihannya beterbangan menggores halus pipinya.

Mobil Lyra terseret, berputar setengah lingkaran. Suara dari decitan ban yang beradu dengan aspal memekakkan telinga. Napasnya tercekat, dunia seakan bergoyang di pandangannya yang perlahan mengabur. Tangannya yang mencengkram erat setir mobil gemetar hebat.

Mobil Lyra akhirnya berhenti setelah menghantam pembatas jalan. Bau asap tipis tercium, bercampur dengan aroma menyengat dari kantung udara yang mengembang. "To ... tolong ...," gumam Lyra, suaranya serak nyaris tak terdengar, tenggelam oleh hiruk-pikuk jalanan.

Benturan keras membuat tubuh Lyra terhempas ke kanan namun tertahan oleh sabuk pengaman yang ia kenakan. Luka di pelipisnya yang menghantam pintu dengan kuat serta goresan yang ada di wajahnya meninggalkan rasa perih.

Di lain sisi, Juan yang sedang berkendara menuju supermarket melihat kepulan asap tipis yang keluar dari mobil Lyra. "Mobil itu tampak tidak asing," ucapnya sambil menyipitkan mata, berusaha mengingat siapa pemilik mobil tersebut.

"Lyra! Aku yakin itu mobil Lyra!" Juan langsung menepikan mobilnya kemudian berlari ke arah kerumunan itu. Pria itu tersentak ketika melihat tubuh Lyra masih ada di dalam mobil.

Dadanya berdebar dengan sangat kencang, seperti akan meledak di dalam sana. Pria itu meraih ponsel yang ada di dalam saku celananya. Tangannya gemetar saat menelepon ambulance, keringat dingin meluncur dari dahinya.

*

*

*

"Juan!" seru Sena dengan napas yang memburu. "Kau sudah menghubungi keluarganya?" tanya Sena dengan napas yang tersengal.

Juan hanya menggeleng, tangannya masih terlihat gemetar. "Baiklah, aku akan mengabari ayahnya," ujar sena lalu merogoh tas dan mengeluarkan telepon genggam miliknya.

Tak butuh waktu lama, keluarga Lyra telah tiba di rumah sakit. Kekhawatiran menyertai wajah mereka semua. "Pa, apa yang Adrian katakan?" tanya Bu Olivia saat Pak Hardi baru saja memutus sambungan telepon.

"Adrian akan segera pulang," jawab Pak Hardi lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket. Pria paruh baya itu melangkahkan kakinya, mendekati Juan yang duduk dengan tatapan kosong di kursi ruang tunggu.

"Nak, terima kasih banyak. Menantuku sangat beruntung memiliki teman seperti kalian." Pak Hardi menarik sudut bibirnya ke atas, tangannya terulur mengusap punggung Juan dengan lembut.

Sementara itu Pak Satria duduk tanpa mengatakan sepatah katapun. Kepalanya tertunduk, menyembunyikan matanya yang mulai memerah. "Jangan khawatir, Pa ... Lyra pasti akan baik-baik saja," ucap Bu Sintia berusaha menguatkan suaminya.

"Dia putriku satu-satunya, Ma. Bagaimana jika dia meninggalkan Papa?" balas Pak Satria, dadanya terasa sesak seolah udara enggan mengisi paru-parunya.

"Papa, masih ada aku. Aku juga sekarang putri Papa," celetuk Safira. Sontak seluruh mata mengarah padanya. Bibir Bu Sintia bergetar, seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Anak ini, padahal sebentar lagi akan menjadi ibu tapi masih tidak bisa berpikir sebelum berbicara," batin Bu Sintia menatap tajam ke arah putrinya, seakan sedang memberikan peringatan.

"Lebih baik kau diam jika tak tahu caranya menghibur seseorang," bisik Dion lalu menarik lengan Safira.

"Memangnya apa yang kulakukan? Aku juga putri papa, Dion," ucap Safira pelan. Mata Dion melebar, pria itu memelototi istrinya seolah menyuruhnya untuk diam.

Bu Olivia menautkan jari-jarinya, dadanya berdebar kencang. Batinnya terus berharap agar Lyra baik-baik saja.

Di tengah ketegangan itu, Dokter yang memeriksa Lyra akhirnya keluar. Spontan semua orang berdiri, Pak Satria segera menghampiri sang dokter. "Dokter! Bagaimana keadaan putriku?!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!